Karya: Ana
Kemarin, aku lihat kamu. Kamu yang lain, yang aku tak pernah lihat sebelumnya. Terasa aneh memang, aku ... tak biasa melihatmu begitu. Penampilan yang jauh berbeda dari kamu yang aku kenal. Lalu, apakah kamu yang kemarin adalah sisi lain dari dirimu?
Seakan ada badai besar, kepalaku terasa berantakan dan berangin-angin. Pusing melanda, membuatku tak tahan untuk berdiri. Terbaring menatap perubahanmu. Miris. Ke mana kamu yang dulu? Apakah sekarang kamu benar-benar berubah?
Kenangan yang dulu akan tetap menjadi kenangan, karena segala kenangan tak akan pernah terulang kembali.
Aku rindu kamu yang dulu. Selembut kain sutra, tak pernah kasar berbuat. Terkadang aku sedih memikirkan keputusanmu ini, berubah menjadi lebih baik apanya? Yang ada justru terjerumus ke hal semacam begituan. Berusaha kukeluarkan kamu dari kungkungan menyesatkan itu, tapi rasanya segala hal menyesatkan seakan tertanam jauh di dalam dirimu.
Kusayangkan perubahanmu ini. Bahkan aku sudah putus asa membuatmu kembali ke jalan dulu. Meratapi dirimu. Ah, kemarin ... pertama kalinya kulihat kamu begitu. Aneh. Tapi seiring berjalan waktu, aku mulai terbiasa. Oh, jangan buat aku mengikuti perubahanmu itu. Cukup kamu yang berubah, dan aku yang tak bisa mengubahmu kembali.
Semarang, 25 Februari 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
30 DWC Jilid 17
Poésie[ANTI PLAGIAT-PLAGIAT KLEB] Mungkin emang gak menarik di awal, tapi coba baca aja. Bab empat seterusnya kutujukan untuk seseorang yang sudah begitu memberiku inspirasi. B ... A ... semua. Tapi, kalian berdua lah yang paling berpengaruh. Tulisan ini...