Day 21: Abang

0 0 0
                                    

Karya: Ana

Dulu sekali--ehm atau mungkin baru setahun yang lalu--aku punya satu kakak, laki-laki. Perlu semua orang tahu, kalau kakak laki-laki adalah impianku yang sampai kapan pun tak akan pernah terwujudkan, sampai Mama hamil kembali pun tetap tak akan merubah takdir yang ada.

Sampai akhirnya aku bertemu dengan dia, orang pertama yang baru bertemu sekali langsung ditanyain, "Mau jadi adek Abang, gak?". Hah ... rasanya kalau inget itu jadi kangen, deh.

Ya walaupun kami satu sama lain tak pernah saling jumpa, tapi tetap saja aku seperti memiliki ikatan batin dengannya. Oh, atau aku yang berlebihan?

Kadang, dia mengata-ngataiku, mengolok-olokku. Ya hanya sebatas bercanda, sih. Dan beneran itu semua udah bisa bikin aku ketawa, bukan marah tapi ketawa. Duuhhh ... beneran kangen, nih sama dia. Kali ini bukan B, tapi BZ. Hehe, karena inisial dia begitu.

Sekarang kami sudah jarang kontakan, semenjak nomer telepon ganti. Duh, kangen banget sama dia. Kakak laki-laki pertama, lagi. Kan seneng banget, tahu! Belum kadang BZ suka perhatian gitu, serasa beneran punya kakak laki-laki, atau aku menganggap dia pacar? Haha, jangan sampai, lah.

Ah intinya kangen banget, lah. Nggak tahu, deh BZ baca ini atau enggak. Bang, semoga inget aku terus, ya, hehe ...

Semarang, 8 Maret 2019

30 DWC Jilid 17Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang