Karya: Ana
Kabarnya, hari ini kamu sedang tersenyum. Kabarnya, hari ini kamu sedang tertawa. Kabarnya, hari ini kamu sedang bahagia. Kabarnya, hari ini kamu tengah gembira. Kabarnya, hari ini kamu ... kamu ... aku tidak tahu. Kabar, kabar, kabar, dan kabar. Setiap saat aku selalu mendengar kabarmu, tapi apakah kamu mau mendengar kabarku?
Bahkan untuk mengetahui apakah aku masih bernafas saja kamu terlihat enggan. Sebegitu bencinya kah kamu kepadaku? Memang ada yang salah dariku? Kalau ada coba sebutkan!
Aku tidak bisa terus-terusan dirundung pikiran itu, pikiran tentang apa kesalahanku. Tentang kenapa kamu begitu membenciku? Tentang kenapa aku dibenci olehmu, tentang apa yang selama ini aku pertanyakan pada diri sendiri. Semuanya terasa rumit. Aku hanya butuh jawaban. Jawaban yang keluar dari mulutmu sendiri, bukan dari mulut orang lain.
Kita bisa bicarakan baik-baik soal masalah di antara kita, kemungkinan besar tak akan ada kesalah pahaman di antara kita. Tapi aku lupa satu hal, kamu saja nampak enggan mengetahuiku hidup atau tidak. Seharusnya aku tahu ... aku tak penting untukmu, aku bukan prioritasmu, aku bukan ... seseorang yang berarti bagimu.
Semarang, 19 Februari 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
30 DWC Jilid 17
Puisi[ANTI PLAGIAT-PLAGIAT KLEB] Mungkin emang gak menarik di awal, tapi coba baca aja. Bab empat seterusnya kutujukan untuk seseorang yang sudah begitu memberiku inspirasi. B ... A ... semua. Tapi, kalian berdua lah yang paling berpengaruh. Tulisan ini...