Karya: Ana
Ah rasanya bingung, bagaimana cara menjabarkannya, ya? Maksudku ... aku tak tahu sejak kapan aku menyukaimu. Bertemu hanya lewat sebuah ketikan, yang kita satu sama lain tak tahu bagaimana rupa lawan bicara kita. Vidcall? Bahkan hal itu saja dilarang dalam dunia itu. Ehm, sebetulnya bukan dilarang, sih. Hanya lebih baik tidak saja.
Ya seharusnya, sih rasa ini tidak ada. Tapi ... sebelum aku tahu bagaimana rupa aslimu, aku sudah menyukaimu. Tanpa melihatnya, itu berarti aku benar-benar jatuh cinta, kan? Bukan hanya sekedar suka karena pesona milikmu?
Ngomong-ngomong soal pesona, entah setelah melihat wajah aslimu ... aku memiliki feeling bahwa kamu orangnya ramah. Ya ... atau, orang yang suka tebar pesona?
Hm, coba kupikir kembali. Jika dilihat-lihat, rupamu tidak tampan-tampan sekali. Justru kamu memiliki wajah dengan paras rata-rata negara ini. Kulit hitam kecokelatan dengan mata sedikit sipit, hidung mancung dan bibir tipis.
Sudah lah, ya ... jika aku terus membicarakan tentangmu di sini, aku takut kamu akan marah. Walau sebenarnya tak ada hak lagi untukmu marah kepadaku. See u, B ...
Semarang, 5 Maret 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
30 DWC Jilid 17
Poesia[ANTI PLAGIAT-PLAGIAT KLEB] Mungkin emang gak menarik di awal, tapi coba baca aja. Bab empat seterusnya kutujukan untuk seseorang yang sudah begitu memberiku inspirasi. B ... A ... semua. Tapi, kalian berdua lah yang paling berpengaruh. Tulisan ini...