Karya: Ana
Jangan takut sendirian, aku di sini ... masih setia 'tuk menunggu. Tak 'kan pernah pergi sekalipun kau usir. Aku di sini ... setia menemani, dalam kejauhan. Setia mendoakan dalam kebisuan. Setia mendukungmu dari belakang.
Pundakku masih menerimamu, kapan saja kau mau. Aku tak 'kan pergi, meninggalkanmu sendiri. Kau rapuh, kau butuh penyemangat.
Tolong terima aku, sebagai pendukungmu. Walaupun aku jauh dari kata sempurna, ketahuilah bahwa cintaku tulus, setiaku tulus, hanya untuk dirimu. Jangan sia-siakan aku. Tolong terima aku.
Tak pernah kumemohon seperti ini, hanya kau seorang yang sudah membuatku seperti ini. Kuminta pertanggung jawaban? Bisa jadi ... tapi satu yang kuharap dari sekian banyak harapan untukmu, kamu mau menatapku dan menganggapku ada. Ehm ... dua, sih sebenarnya.
Saat kamu jatuh, kusiap menangkapmu. Tapi kau justru memilih untuk jatuh daripada menerima uluran tanganku. Jatuhmu meleset, kamu ... akhirnya benar-benar rapuh. Aku coba tolong, tapi kamu justru mengusirku.
Ijinkan aku untuk masuk ke dalam dirimu, menciptakan senyum terukir di wajahmu. Ceriamu adalah ceriaku, bahagiamu adalah bahagiaku. Terimakasih sudah membuatku berharap, yang pada akhirnya tetap harapan itu tak membuahkan hasil. Takdir membuat kita menjauh, mungkin ini yang terbaik.
Semarang, 28 Februari 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
30 DWC Jilid 17
Poetry[ANTI PLAGIAT-PLAGIAT KLEB] Mungkin emang gak menarik di awal, tapi coba baca aja. Bab empat seterusnya kutujukan untuk seseorang yang sudah begitu memberiku inspirasi. B ... A ... semua. Tapi, kalian berdua lah yang paling berpengaruh. Tulisan ini...