Apa yang selalu mengejarmu ?
Apa yang selalu menjadi teman setiamu ?Apakah kau tau ?, bahwa mereka terlampau berada sedekat urat nadimu. Namun kau hanya menganggap mereka sebatas angin lalu. Iya mereka, waktu dan kematian. Yang selalu menjadi penanda atas awal dan akhir hidupmu.
( Dari sang teman dekat ~ kematian )
~~~©~~~
LUTTE
Lorong rumah sakit terasa sangat menyesakkan. Waktu seakan berjalan melambat, sudah beberapa kali isakan itu terdengar menggema di lorong yang seakan memeluknya tanpa suara.
Aurel terduduk, menenggelamkan kepalanya di antara tangan dan kaki. Tangisnya masih terdengar menyesakkan saat melihat Aldo pingsan dalam pelukannya. Menakutkan saat tubuh yang selalu melindunginya melemas didekapannya.
Saat itu juga ketakutannya semakin nyata, kehilangan terasa sangat dekat dengannya. Melihat mata itu terpejam membuat Aurel tak mampu lagi berucap.
"Nggak papa Rel...Aldo itu kuat, yang perlu Lo lakuin cuma percaya kalau dia bakalan balik lagi ke kita." Sudah berkali kali kata itu keluar dari bibir seorang Rangga. Dia tau sahabatnya itu tak akan menyerah dengan gampangnya.
" Kenapa Lo semua nggak pernah ngomong ke gue soal ini ?," Kata Aurel lemah mukanya sudah memerah karena tangis. " Gue nggak akan ninggalin Aldo kalau karena ini dia nyembunyiin sakitnya dari gue." Kepalanya tertunduk, belum pernah seumur hidupnya merasa takut kehilangan seseorang seperti saat ini .
" Sorry Rel, kita cuma ngelakuin apa yang Aldo lakuin. Karena yang tau dia sakit emang cuma gue sama Rangga, dan itu permintaan Aldo sendiri ." Kata Rendi masih menatap pintu yang sedari tadi masih belum terbuka. Semoga saja sahabatnya itu masih ingin bertahan.
Waktu berjalan melambat, sudah satu jam ruangan itu belum terbuka.
" Tolong Al ..bertahan demi aku." Pinta Aurel sembari terus mencoba memeluk tubuhnya. Namun matanya masih tak teralihkan dari pintu yang masih tertutup rapat didepannya.Lorong itu bergema, memunculkan sesosok orang yang tengah berlari menuju kearah mereka. Sosok itu Wijaya, yang hanya mampu menatap Aurel ,Rangga ,serta Rendi secara bergantian dengan nafas yang masih terdengar tak beraturan karena berlari .
"Bagaimana keadaannya ?" Tanyanya langsung mengarah kepada Rangga dan Rendi, sedang yang ditanya hanya mampu menggeleng dan berdiam, sama sama saling percaya bahwa hari ini tak akan menjadi hari terakhir bagi Aldo .
"Kami belum tau om, tapi setau saya sahabat kami itu akan berjuang untuk tetap bertahan. Kali ini Aldo belum akan menyerah, dia tidak boleh menyerah . Karena kami masih percaya dia akan membuka matanya kembali kali ini ." Bukan, jawaban itu bukan dari Rendi maupun Rangga karena mereka hanya diam. Aurel yang menjawab, gadis itu masih ditempatnya disamping Rangga namun tubuhnya sudah mampu berdiri .
Biarkan hatinya berbicara bahwa Aldo akan bertahan dan memenangkan negosiasi hidupnya sekali lagi. Biarkan kali ini dia percaya bahwa Aldo akan membuka matanya kembali . Dan dirinya akan menjadi seseorang yang dilihat Aldo untuk pertama kalinya dengan senyum yang merekah diwajahnya, bukan dengan air mata di pipi merahnya .
~~©~~Saat telfon itu berdering dan mengabarkan sesuatu telah terjadi kepada anaknya. Wijaya terlampau khawatir, namun dirinya sedang berada di tempat kerja. Juga sedang ada rapat penting dengan para koleganya. Dia selalu merasa bersalah karena tak mampu langsung berlari ke tempat ini. Tuntutan pekerjaan benar benar membelenggunya .
KAMU SEDANG MEMBACA
LUTTÉ (End)
Genç KurguBerusaha bertahan dari hasil terburuk sekalipun. Obat yang paling ampuh untuk jantungku yang terus berdetak tak karuan itu adalah dirimu, hanya berada disampingmu saja jantungku terasa lebih baik, karna kamu adalah sumber kekuatanku ~ Aldo Brawijaya...