Hoofdstuk 15

174 45 4
                                    

Arkapov

"Arkaaa!! Sini cepat turun sarapan bareng nak," teriak Bella, yakni bunda arka.

"Iya bun, sebentar!" ucap gue nggak kalah teriak sama ucapan mak gue,

Gue menuruni tangga hendak berjalan ke arah dapur dimana keluarga gue udah duduk dengan rapih.

Gue melirik bokap gue sekilas bokap lagi baca koran sambil menyeruput minuman karamel hangat nya lama-lama males juga gue sama bokap.

Tunggu, gue melihat bokap minum karamel, kok jadi ke inget caramel ya,mentang mentang sama namanya!

Ya walaupun cuman beda K dan C

Gue dan bokap emang nggak terlalu akur, ralat sih, emang nggak akur. Nggak seperti gue sama bunda. Dan nggak seperti bokap dan aksa.

Nggak tau kenapa kalo di dekat dia canggung gitu.

Walaupun sikap nya nurun ke gue, tapi tetap aja dia yang paling cold sifatnya antara gue dan abang gue, Aksa, Aksa Deovano Nugraha.

Dan yang nggak gue suka dari bokap itu dia selalu nuntut gue menjadi apa yang dia mau, melarang semua kegiatan gue yang nggak dia sukai.

Terkadang gue merasa cape, gue nggak bisa membantah ucapannya, menuruti semua keinginan bokap gue,

Semata mata karna gue masih menghargainya dan itu gue anggap sebagai kebaikan untuk anak nya kelak,

Tapi apakah gue egois jika mengelak dan bersikukuh atas kemauan gue sendiri? termasuk nge-band? dan bokap daftar orang yang paling menantang keputusan itu.

"Ka ka arkaa!" Teriak bunda, bikin gue tersentak kaget, suara bunda emang suara yang paling melengking di gendang telinga gue setelah bu Aini, guru killer di sekolah,

"Ha- a I' iya kenapa bun?"

"Bunda panggil-panggil dari tadi diam aja, kenapa sih kamu? Lagi ada masalah?" Tanya bunda.

Gue pun hanya menggelengkan kepala dan langsung melahap roti selai yang bunda buatkan tadi.

"Ka kamu nggak doyan cewek ya?" Ucapan bunda langsung menbuat gue keselek roti,

"Uhuk uhuk_ " gue terbatuk, mendengar ucapan mak gue, ya allah di bilang anaknya nggak doyan cewek!

"Kalo lo nggak suka cewek, awas aja lo suka sama gue, gue lindes di penggilingan padi lo," sarkas aksa mengancam,

Dari tadi nih bocah diem adem anyem di sebelah gue sekalinya ngomong bikin gue naik darah.

"Najis, coba ngomong sekali lagi, gue tusuk bibir lo pake garpu sini," balas gue

"Apaansi bun arka normal kali," elak gue jengah,

"Lagian kamu kapan sih bawa pacar ke rumah? kamu bukan jomblo akut kan?" ucap bunda gue sok tau.

"Nggak laku dia bun," ucap aksa ejek,

"Yeu anjir, ganteng gini di bilang nggak laku, arka belum ada yang pas aja bun, ntar juga ada," ucap gue meyakinkan,

"Arka kalau kamu nggak cepet-cepet bawa pacar cewek nanti bunda jodohin sama temen bunda aja,"

Gue baru mendengar nya aja udah bergedik ngeri, membayangkannya aja udah bikin gue muak, apalagi kalo iya, adu kelar idup gue.

"Udah-udah makan, nggak baik ngomong sambil makan," ujar Arsya melerai,

Semua diam sampai gue bersuara lagi

"Lagian harusnya bang aksa dong yang harus udah punya cewek, ntar keburu kolot,"

"Ee Sorry ya, gue uda ada, nggak kayak lo," ucap aksa langsung melengos pergi dari dapur dan langsung menyalami tangan bunda dan papah,

Amsterdam GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang