Ending

78 15 33
                                    

" Setiap hari adalah halaman kosong. Kita bisa memenuhinya dengan coretan luka dari hari kemarin lagi dan lagi, atau mengisinya dengan cerita baru."

-Amsterdam Girl

* * ☕ * *

Setelah eca mau bertanggung jawab dan juga mengakui semua perbuatannya. Eca juga menjelaskan semuanya di depan mamahnya Arka, Cara dan juga teman-temanya.

Jelas, semuanya sempat tidak menyangka bahwa eca pelaku atas kejadian ini. Kalau di tanya marah, jelas mereka marah. Mereka bahkan kecewa dengan kejutan yang di berikan eca untuk mereka.

Eca di fonis di penjara selama 6 tahun masa pengurungan atas tindakan 'pembunuhan berencana'

Om nya yang seorang jaksa pun hanya bisa nemerima pelakuan ponakannya. Dia tidak bisa membela atas perlakuan eca, Di bilang malu jelas malu, salah ya jelas salah. Apalagi orang tuanya yang sudah enggan untuk sekedar bertatap muka dengan eca.

Tapi sebelum itu, eca datang ke rumah sakit, untuk memberi permintaan maaf yang sebenarnya kepada cara, tentunya Bella bunda Arka, dan sahabat sahabatnya.

Eca berlutut kepada mereka semua, sembari merapalkan kata maaf yang terucap dari mulutnya.

Sahabat sahabatnya segera menghampiri eca dan meminta eca untuk bangun dari posisi nya.

Mau sebenci dan sekecewa apapun mereka terhadap eca, mereka tetap saja pernah saling memberi suka dan duka satu sama lain.

Sembari eca menangis, eca menggenggam tangan milik cara,"Gue tau, apa yang gue lakuin emang udah kelewat batas. Mau gue ucapin seribu kata maaf, gue tetep udah ngecewain lo semua, gue bener-bener bingung harus apa, gue malu untuk natap muka lo, gue emang nggak berhak dapet maaf dari lo semua," ucap eca menangis tersedu-sedu.

Dela memegang bahu eca, "Mau seburuk apapun seorang sahabat, kita pernah ngerasain seneng dan susah sama-sama, jadi tolong lo jangan hancurin kepercayaan kita lagi yang udah kita bangun susah payah," tegas dela.

"Ca, gue juga bingung mau ngomong apa, tapi selama 6 tahun nanti, tolong jaga diri lo, dan gue berharap semoga kejadian ini yang akan memberi lo hikmah untuk kehidupan lo nanti," ujar farah mengingatkan.

Manda menatap wajah eca. Dari matanya menyiratkan rasa kesal, kecewa, sedih, dan kasihan dalam satu perasaan.

"Lo tau ca?" jeda manda, membuat eca mendongak menatap mata manda, eca sangat malu terhadap dirinya, dia membuat manda kecewa atas apa yang dia perbuat, membuat celaka sahabatnya juga kakak kandung nya sendiri yang bahkan sampai saat ini belum juga siuman.

"Kalo gue boleh jujur, lo bikin gue muak sama lo ca! Saat lo ngelakuin itu, apa lo nggak mikir gimana perasaan gue, perasaan nyokap bokap cara, arka? Sahabat sahabat lo? Lo cuman mikirin keinginan lo terhadap arka! Lo egois! Kalo sampe arka kenapa-kenapa, gue nggak akan maafin lo seumur hidup gue," ungkap manda.

"Nda udah," sela cara menenangkan.

Eca terus terisak oleh tangisannya. Dia hanya bisa menunduk dan menyesali apa yang dia sudah lakukan.

Manda menatap sahabat-sahabatnya secara bergantian, "Lo semua mungkin bisa memaklumi perbuatan eca, tapi nggak dengan gue! Lo tega sama kita, ca! Lo mikir nggak sih? Cuman karena cowok lo ngehancurin semuanya, bukanya jaga kepercayacaan tapi lo justru malah ngehancurin kepercayaan kita semua, dan lo tau kan? Kepercayaan yang udah di khianati, bakal susah untuk percaya untuk kedua kalinya." ucap manda mengebu.

"Gue saranin, banyak-banyak merenung deh selama lo di penjara," tegas manda yang langsung pergi.

Eca diam, menelungkup kepalanya dengan kaki yang dia peluk, ucapan manda membuat dirinya benar benar sakit, tangisnya semakin terisak saat sahabat sahabatnya mencoba untuk menenangkannya, bahkan mereka masih mencoba bersikap baik terhadap semua yang sudah ia lakukan selama ini.

Amsterdam GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang