hoofdstuk 53

70 11 26
                                    

"Setiap keputusan yang akan di pilih pasti mempunyai konsekuensi dan porsinya masing-masing, tinggal bagaimana cara kamu dengan bijak memilihnya."

-Caramel-

…☕…

Pelajaran telah usai, kini eca sedang berada di belakang gerbang sekolah yang sudah lama di tutup, bukan tanpa alasan eca datang ke tempat ini.

Eca datang untuk menemui seseorang, iya, orang yang sempat eca suruh untuk mencelakakan cara.

Saat orang itu tepat di hadapan eca, eca segera menamparnya tanpa ragu. Melihat cowok berbadan kekar tidak membuatnya takut, ketimbang harus melihat arka celaka karna ulahnya.

"Omongan lo bullshit tau gak?! Berani-berani nya lo bohong sama gue brengsek!" kesal eca penuh dengan amarah.

"Saya nggak salah di sini bos, siapa suruh yang cowok itu nyelametin target," bela cowo itu.

"Sialan! Enyah lo!!" bentak eca.

"Lahh bayarannya dulu mana bos?" tagih cowok itu.

"Setelah kesalahan yang udah lo buat, masih berani lo minta bayaran?!"

"Iyalah, gue udah ngelakuin kok, cuman cowok itu aja yang buat kerjaan gue gagal," bela cowok itu dengan nyolot.

"Dari awal nggak ada perjanjian kayak gitu ya, gue mau ngasih kalo clear!" ucap eca.

"Lo mau ngasih, atau gue rampas sekarang?" tanya cowok itu dengan mengancam.

"Lo ngancem gue bangsat?" tanya eca kesal.

Cowok itu secepat mungkit mencekal pergelangan eca, membuat eca takut dan merasa sakit,

"Lo jangan macem macem sama gua," ucap cowok itu.

Eca mengeluarkan uang dengan amplop di saku rok nya, dan melemparkan nya ke tanah, membuat cowok itu melepaskan eca dan segera mengambil jatah untuk nya.

"Dari tadi kek," balas cowok itu.

Eca menatap cowok itu dengan ganas. Seakan ingin menerkam hidup-hidup.

"Bangsat!" umpat eca.

…☕…

Ini sudah hati ketiga arka terbaring lemah dan tak sadarkan diri, arka di fonis koma oleh dokter. Walaupun begitu, cara tetap usaha untuk terus berdoa dan selalu beroptimis untuk meyakinkan dirinya.

Bahwa arka akan baik-baik saja.

Cara terbangun dari tidur nya, badannya terasa pegal dan sakit karna posisi tidur yang tidak nyaman. Selama tiga hari ini pun cara terus menemani arka di sisinya.

Cara percaya, arka akan bangun dan kembali ke padanya.

Cara mengerjapkan matanya, "Hoammm~" cara mengulet. Lalu menatap arka.

"Belom bangun juga? Mau sampe kapan? Betah banget tidur lama-lama, pas bangun juga belekan tu mata," ejek cara mengumpat.

Cara langsung pergi ke kamar mandi, menyikat gigi dan mencuci wajahya, serta mengganti pakaian yang sudah ia bawa kemarin.

Cara keluar dari kamar arka, saat ini masih pukul 05.14. Cara memakai hoodi hitam miliknya. Ia juga menutup kepalanya dengan kupluk hoodi.

Saat ini cara keluar hanya berkeliling sekitar rumah sakit, sembari menghirup udara pagi.

Tidak banyak orang yang berlalu lalang disini. Angin terus menghembuskan, mengenai pipi di wajahnya.

Saat ia ingin berbelok di lorong rumah sakit, dirinya bertabrakan dengan seseorang. Orang itu pun hanya merapalkan kata maaf dari mulutnya. Dan cara melepaskan kupluk hoodi yang sedari tadi menutupi wajahnya.

Amsterdam GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang