Hoofdstuk 39

113 27 34
                                    

Amsterdam. Belanda
09.45

Dua sejoli sedang berada di rumah sakit. Menunggu pasien yang sedang terkulai lemas dan tak sadarkan diri di ruangan icu yang berlapiskankan kaca besar.

Raut wajah yang cemas, bimbang dan takut sudah tercetak jelas di sana

Air mata itu pun sudah memenuhi pelupuk mata gadis itu Tinggal waktunya saja kapan air mata itu turun seketika.

Sudah berapa kali cowok yang menemaninya itu terus menenangkan gadisnya. Selalu berkata bahwa semua akan baik baik saja selagi kita optimis dan selalu berfikir positiv

Tapi memang dasar keras kepala gadis itu terus membantah apa yang cowok itu ucapkan padanya

Dokter datang menghampiri mereka dan mengatakan sebuah kabar, dan itu adalah kabar yang tidak mau ia dengar sejak tadi

"Bent u de familie van de patiënt"
(Apakah kalian keluarga kandung dari pasien)

"Geen dok, wij zijn familieleden"
(Bukan dok, kami kerabatnya)

"Sorry, maar ik moet dit aan de familie vertellen. de patiënt ervaart momenteel kritiek omdat er een zeer sterke impact is tijdens het ongeluk. er was een bloedstol in de hersenen bevroren, dus ik moest een operatie ondergaan"
(Maaf tapi saya harus katakan ini kepada keluarga karena berhubung ini mendesak, pesien mengalami kritis. Kecelakaan itu mengakibatkan benturan yang cukup keras terdapat penyumbatan darah di dalam otak, maka kami dari pihak rumah sakit untuk mengambil tindakan operasi dan tentu ini harus ada persetujuan dari keluarga terlebih dahulu) dokter berucap

Membuat air mata rumi mencelos dari pelupuk matanya membasahi pipinya yang chuby

Suara isakan tangis itu bergema di lorong lorong rumah sakit, menciptakan tangis yang terdengar pilu. Di tambah suasana Belanda kini telah di selimuti oleh malam karna perbedaan waktu di indonesia

Jadi tak heran jika lorong lorong ini sepi yang notabene nya adalah ruangan VVIP, jadi tak banyak orang yang berlalu lalang di area ini

"Huaa! Vin gimana ini? Kita harus gimana? Kita harus kasih tau cara vin" ucap rumi masih dengan tangisan yang kencang. Sudah tidak peduli dengan cairan yang keluar masuk dari hidungnya.

Kadang sesekali rumi menyekanya dengan baju milik kevin membuat kevin harus ber-extra sabar, ia hanya pasrah saat baju nya harus di korbankan untuk lap cairan tersebut

Asalkan itu membuat arumi menjadi tenang

"Jangan rum! Lo tau sendiri cara sayang banget sama grandma, lo inget kan waktu itu grandma kena demam aja cara panik nya setengah mati, apalagi kalo dia tau kalo grandma lagi kritis" saran kevin

"Tapi tetep aja cara tante marissa harus tau! Bagaimanapun mereka keluarga nya vin, apalagi operasi segera akan di laksanakan, dokter butuh izin keluarga vin" lantang arumi

"Iya gue ngerti. Ya udah gini aja lo kabarin ini ke mamah marissa kek atau ke papah dhani terserah, kalo nggak ke biangkeron aja.tapi tidak ke cara biarin keluarganya yang akan kasih tau ke cara" ujar kevin yang membuat panggilan khusus untuk eron

"Ya lo bener" balas arumi mengangguk setuju, lantas ia mengambil hp genggam nya dari dalam sling bag miliknya
Dan langsung mencari nomor yang akan ia hubungi

• • ☕ • •

Mobil mini cooper itu sudah menempatkan di parkiran dengan rapih bersejajar dengan mobil mobil lainya

Kini dua sejoli itu berjalan memasuki kawasan yang terkenal dengan rumah hobit di dalam nya. Di tambah ada bangunan bangunan tiruan seperti rumah rumah eropa pada umumnya

Amsterdam GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang