Irida memeluk erat lengan Ainesh sambil sesekali merebahkan kepalanya di pundak sang tunangan. Meskipun senyuman tak pernah lepas dari wajah manisnya, tak bisa dipungkiri betapa hatinya sedang menjerit karena merasa tak sanggup melepaskan sang tunangan.
“pak, masih lama kan sampai bandara nya?” tanya Irida pada supir pribadi Ainesh yang sedang fokus mengemudikan mobil yang mereka tumpangi.
“sebentar lagi sampai, non” jawab sang supir ramah.
“yaah!" Keluh Irida.
"nggak bisa diperjauh ya pak letak bandaranya?” tanya Irida asal.
Ainesh di sebelahnya terkekeh. “segitu nggak rela nya aku pergi?”
Irida mencebik kan bibirnya.
“kalau aku bilang nggak rela emang kamu bakalan nggak jadi pergi?”Ainesh mengangguk mantap.
“aku bisa tetep di sini dan lanjut S2 di sini aja, nggak perlu ke New York”Segera Irida menggeleng tegas.
“No! kamu harus tetap pergi!”Ainesh mengerutkan dahinya.
“kamu suka kalau aku pergi?” tanya Ainesh .“bukan gitu” ujar Irida.
“kamu kan calon penerus papa kamu, dan kalau kita menikah nanti kamu juga harus gantiin posisi papa aku. Jadi kamu harus cerdas dong! Di sana pasti pendidikannya lebih baik daripada di sini” lanjutnya.Ainesh mengacak puncak kepala Irida.
“yang anak nya pak komisaris. kenapa nggak kamu aja yang jadi penerus papa kamu?” tanya Ainesh.“kamu menghina nih? seluruh dunia juga tau kalo kamu lebih cerdas daripada aku, jangankan lanjut S2, lulus S1 tepat waktu aja aku udah bersyukur banget, Nesh. Mana sanggup aku gantiin papa” ujar Irida.
“kamu itu cerdas loh sebenernya. Cuma terlalu males aja buat mengenali diri dan kemampuan kamu sendiri” komentar Ainesh.
Irida mengibaskan tangannya ke udara.
“udah deh nggak usah menghibur aku gitu”“GR banget sih kamu. Ngapain juga aku menghibur kamu. Ini aku jujur padahal” jawab Ainesh yang membuat Irida semakin mencebik.
“Nesh, LDR itu berat loh. Apalagi perbedaan waktu nya jelas nampak banget. Ntar aku bangun tidur kamu baru mau tidur, giliran aku mau tidur gantian kamu nya yang bangun tidur. Susah banget pasti sekedar mau komunikasi aja” ujar Irida.
Ainesh tersenyum simpul.
“ada yang lebih susah daripada LDR” ujar Ainesh.“apa itu?” tanya Irida.
“menjaga hati agar tetap mencintai orang yang sama” jawab Ainesh.
Irida menoleh kearah Ainesh dan menatap matanya.
“Aku percaya sama kamu, kok. kamu nggak akan hianatin aku”Ainesh mengangguk.
“aku tau”“eh Nesh, kamu perginya kira-kira berapa tahun, ya?” Irida mengalihkan topik pembicaraan yang lebih ringan.
“Cuma sebentar kok, aku kan cerdas. Sebentar aja juga wisuda” sahut Ainesh jumawa.
“sombong amat, nyesel nanya” gerutu Irida.
Ainesh tertawa kecil.
“setelah wisuda, kita langsung nikah” ujar Ainesh setelah tawanya reda.“janji ya?” Irida menyodorkan kelingkingnya dan disambut dengan tautan kelingking dari Ainesh.
“janji” sahut Ainesh sambil mengangguk mantap.
Sementara sang supir yang sedari tadi hanya mendengarkan sambil sesekali menoleh ke spion tengah turut tersenyum simpul. Namun entah mengapa, di kedua telinga sang supir, janji tuan muda nya terdengar semu.
***
Saya tau work saya banyak sekali kekurangan nya. Mohon saran yang membangun ya! Saya tau kok, readers saya kan readers cerdas semua buka netijen yang hobi kritik pedas tanpa mengandung saran yang membangun.
Mohon dukungannya.
Salam manja dari penulis abal-abal.Love,
OLinMayawi_
KAMU SEDANG MEMBACA
Menolak Luka (END)
RomanceCerita pertama dari #LukaSeries Hidup itu pilihan, dan aku memilih untuk menolak luka. -Irida Harris Ryanda _____ Maafkan jika niat baikku menolong seseorang berbuah penghianatan untukmu, pelangiku. -Ainesh Albara _____ Aku bukan orang ketiga, aku...