"So? Lo bakal lulus tahun ini, bang?" Tanya Chandra pada Ainesh yang duduk di hadapannya berdampingan dengan Irida. Saat ini mereka tengah duduk di meja makan rumah Chandra sambil menikmati mie ayam pangsit yang dibawa Ainesh.
"Rencananya sih. Doain aja" sahut Ainesh sambil menyeruput mie yang di jepit oleh sumpitnya.
"Wah bareng kak Irida sama Dini dong, ya?" Tanya Chandra lagi.
Irida mengangguk.
"iya-""Tapi dua anak itu kan lulus S1 kalau gue udah magister" potong Ainesh jumawa.
Irida meraih kacang goreng dari toples di hadapannya dan melemparkannya kearah wajah Ainesh.
"sombong"Ainesh dan Chandra tertawa kecil.
"Terus, gimana ceritanya lo berdua bisa jalan kaki sampai sini?" Tanya Chandra lagi.
"Tanya aja tuh sama pak calon magister. Tunangan cakep gini diajak jalan kaki" gerutu Irida.
Ainesh mengangkat jari telunjuk dan jari tengahnya kearah Irida untuk memberikan tanda peace.
"sorry sayang. Aku nggak tau kalo di situ tadi ada rambu dilarang parkir""Jadi mobil lo diderek, bang?" Tanya Chandra.
Ainesh mengangguk membuat Chandra tertawa lepas.
"Kalau lo nggak keberatan nih, ntar anterin gue sama Irida balik dong" pinta Ainesh.
Chandra mengangkat jempolnya.
"sip, tenang aja. Gue juga sekalian mau kerumah Dini kok""Dih,berondong udah berani nyamper kerumah aja" ledek Irida.
Chandra terkekeh.
"udah ketemu sama orangtua nya lagi, kak""Wih, keren. Kayaknya udah dapet lampu hijau nih. Kapan kepelaminan?" Goda Irida.
Chandra tertawa kecil.
"masih lama kali, kak. Gue juga baru semester 2. Kalian tuh yang udah tunangan duluan""Besok setelah Ainesh lulus, iya kan sayang?" Irida berpaling ke arah Ainesh.
Mendengar pertanyaan Irida, seketika Ainesh teringat tentang Keiko, istrinya. Bagaimana bila nanti Irida tau kebenarannya? Benci kah Irida pada nya? Masih sudi kah dia menikah dengannya?
"Sayang? Kok ngelamun sih"
Suara Irida menyeretnya kembali ke alam nyata, segera Ainesh menoleh ke arah Irida.
"Setelah kamu lulus, kita langsung nikah, kan?" Tanya Irida.
Dengan gugup, Ainesh mengangguk kaku. Irida tersenyum lebar membuat Ainesh turut tersenyum. Seandainya ada yang bertanya padanya hal apa yang sangat ingin dia nikmati setiap saat, ya senyum Irida lah jawabannya. Senyuman manis yang menampakkan dua lesung di pipi nya. Senyuman yang membuat siapapun yang melihatnya akan tertular kebahagiaan. Senyuman yang sangat ingin ia jaga selamanya. Hati Ainesh benar-benar hangat setiap melihat senyuman itu.
Ting!
Handphone Ainesh berbunyi, pertanda pesan masuk ke handphonenya. Segera Ainesh meraih benda pipih tersebut di saku depan celana jeans nya, dan detik itu pula dia menyesali tindakannya membuka handphone. Sebuah pesan yang mendarat di handphonenya benar-benar membuat senyuman Ainesh menguap entah kemana, hatinya yang semula hangat mendadak beku. Ainesh mematung di tempatnya selama beberapa detik sebelum kemudian memutuskan untuk mematikan handphonenya dan kembali memasukannya kedalam saku jeans.
From : Keiko Yumika
Dear, Ainesh.
Maaf aku mengganggu. aku tau ini sangat merepotkan,
tapi bisa kah kamu kembali secepatnya? Hamil muda membuatku tak mampu melakukan apapun selain muntah-muntah. Maaf, aku tidak bermaksud cengeng dan mengganggu waktumu, tapi aku benar-benar membutuhkan mu, suamiku._____
"Jadi kamu mau balik lagi besok?" Tanya Irida setelah Ainesh mengungkapkan niatnya untuk kembali ke New York.
"Ya ampun, Nesh. Baru juga dua hari ketemu aku, udah mau balik aja" gerutu Irida.
"Maaf sayang. Tapi ini urgent banget" ujar Ainesh berusaha memberi pengertian.
"Segitu pentingnya, ya? Lebih penting dari aku?" Tanya Irida.
"Jangan ngambek gitu, dong. Ini kan soal kuliah" bujuk Ainesh.
"Tapi aku masih kangen, Nesh" rajuk Irida.
"Sayang, jangan kayak anak kecil dong" ujar Ainesh.
"Tapi kamu baru beberapa hari doang disini, Nesh" rajuk Irida.
"Iya, sabar dong sayang. Besok kan aku balik lagi kalau ada kesempatan" hibur Ainesh.
"Janji ya?" Tantang Irida.
Ainesh mengangguk pasti.
"janji"Irida tersenyum.
"cepet lulus dong, Nesh. Biar aku nggak capek ngangenin kamu""Pasti, sayang" kata Ainesh.
Ainesh mengusap puncak kepala Irida dengan lembut sebelum kemudian memeluk erat tubuh sang tunangan. Mungkin, ini untuk yang terakhir kali nya ia bisa merasakan dekapan hangat dari Irida. Karena Ainesh sudah berjanji pada dirinya sendiri, apapun yang terjadi, dia akan membawa Keiko pulang dan memperkenalkannya sebagai istrinya kepada semua orang, setelah itu ia akan terima apapun keputusan Irida. Ia sudah terlalu lelah berpura-pura di hadapan Irida. Ainesh sudah lelah menahan luka setiap kali melihat Irida tertawa, membayangkan bagaimana kelak tawa itu akan menghilang dan dia lah penyebab hilangnya tawa bahagia tersebut.
"Irida, maafkan aku sayang"
______
Halo. . .
Makin absurd? Iyah emang -_-
Gatau ahh, stuck aja gitu-_-
Doain aja ya Menolak Luka nggak saya Unpub :v
KAMU SEDANG MEMBACA
Menolak Luka (END)
RomanceCerita pertama dari #LukaSeries Hidup itu pilihan, dan aku memilih untuk menolak luka. -Irida Harris Ryanda _____ Maafkan jika niat baikku menolong seseorang berbuah penghianatan untukmu, pelangiku. -Ainesh Albara _____ Aku bukan orang ketiga, aku...