obrolan tentang pernikahan

1.9K 144 9
                                    

"Oke, konsepnya dalam ruangan aja nih berarti? Nggak mau coba di luar ruangan? Kayak di taman bunga atau pantai gitu?" Tanya seorang pria kemayu pemilik wedding organizer yang duduk di hadapan Irida dan Ainesh.

"Iya, kayaknya di dalem ruangan lebih nyaman, ya kan sayang?" Irida berpaling dan menyentuh lengan Ainesh yang duduk di sisi kanannya.

"Hah? Gimana?" Tanya Ainesh gelagapan, jelas sekali ia baru saja melamun.

Irida mendengus kasar menyadari Ainesh tak menyimak obrolannya dengan pemilik wo di hadapan mereka.

________

"Wah, bagus sekali. Pas sekali buat Irida, tinggal di kecilkan sedikit bagian pinggangnya ya?" Komentar tante Monik, pemilik butik langganan mama Irida saat Irida keluar dari ruang ganti dan menghampiri tante monik serta Ainesh yang sedang duduk di ruang tunggu.

"Gimana sayang?" Tanya Irida pada Ainesh sambil menunduk memperhatikan gaun yang sedang ia coba.

Tak mendapatkan jawaban, Irida menoleh dan kembali bersuara.
"Ainesh" panggilnya.

Tak juga ada respon, pria di hadapannya tetap menunduk memperhatikan jemari tangannya sendiri yang saling terpaut di atas pangkuannya.

"AINESH!" Panggil Irida lagi, kali ini dengan suara keras yang membuat tante monik yang tengah mencoba merapikan bagian belakang gaun yang sedang ia coba berjengkit kaget.

Ainesh segera tersadar dari lamunannya dan menoleh.
"bagus bajunya, kamu cocok pakai warna pastel kayak gitu" komentar Ainesh singkat.

"Ini putih, bukan pastel, Ainesh!" Bentak Irida geram sebelum berjalan sambil menghentak-hentakkan kaki nya menuju ruang ganti.

_________

"Yang ini sedang trend, mbak" seorang gadis yang berdiri di balik etalase menunjukkan sepasang cincin dalam kotak beludru berwarna merah. Irida menerima cincin tersebut dan mencoba salah satu nya.

"Manis sih,tapi agak kebesaran, mbak" ujar Irida sambil melepas kembali cincin di jari manisnya.

"Tenang mbak, kami punya ukuran yang lebih kecil kok" penjaga toko cincin tersebut pun mengeluarkan kotak beludru yang serupa dan menyodorkannya ke hadapan Irida. Segera Irida mencoba lagi salah satu cincin dalam kotak beludru tersebut.

"Nah, itu pas kan mbak?" Tanya penjaga toko. Irida mengangguk dengan semangat.

"Gimana sayang?" Tanya Irida sambil menyodorkan jari manisnya kearah Ainesh. Ainesh yang masih asik menunduk seolah tak mendengar suara Irida. Irida mengerang kesal dan menyenggol lengan Ainesh.

"Nesh!" Panggil Irida. Ainesh menoleh kearah Irida dengan wajah lunglung.

"Eh? Udah selesai ya? Wah padahal aku masih pengen nyoba banyak cincin lagi" ujar Ainesh. 

"Lagi?kamu bahkan nggak nyoba satu cincin pun sejak tadi!" Hardik Irida.

_________

"Jadi, kita pakai undangan yang warna silver aja ya sayang? Kelihatannya lebih elegan daripada yang coklat"

Satu detik. . . Dua detik. . .tiga detik. . .

Tak kujung mendapat jawaban, Irida melirik Ainesh yang tengah duduk di hadapannya. Sontak Irida berdecak kesal saat mendapati tunangannya tengah melamun lagi, entah yang keberapa kali nya di hari ini.

"Kamu dengerin aku nggak?" Bentak Irida yang membuat Ainesh segera tersadar dari lamunannya dan menoleh ke arahnya.

"Iya, gimana tadi?" Tanya Ainesh sedikit bingung.

"Kita lagi mempersiapkan pernikahan kita loh, KITA Nesh!" Irida sengaja menekan dan mengulang kata 'kita'.

"Iya, aku tau" sahut Ainesh.

"Terus kenapa kelihatannya cuma aku yang excited banget ya menyambut hari bahagia kita?" Sindir Irida.

"Maksud kamu?" Tanya Ainesh tak mengerti.

"Maksud aku? Kamu masih nanya maksud aku gimana?" Tanya Irida berang yang hanya dijawab dengan anggukan oleh Ainesh.

Irida menghela nafas panjang sebelum menjawab.

"ini udah seminggu sejak acara lamaran kita loh, Nesh. Dan pernikahan kita akan digelar bulan depan! Tapi sejak pertama kali kita mempersiapkan semuanya, kamu jelas nggak pernah ikut andil sama sekali selain cuma ikutan duduk dan melamun saat aku sibuk ngoceh ria sama wedding organizer dan pemilik butik tempat kita fitting baju pernikahan!"

"Maaf, aku-"

"Kamu apa?" Potong Irida.

Irida menyipitkan matanya dan menatap Ainesh tajam.
"jangan bilang kamu masih mikirin perempuan itu?" Tanya Irida telak.

Ainesh menghela nafas.
"perempuan yang kamu maksud itu punya nama, Da. Namanya Keiko, tolong jangan bersikap kekanakan"

"Kekanakan kamu bilang?" Irida meninggikan suaranya, ia sudah terpancing emosi sehingga tak lagi memperdulikan bahwa saat ini mereka tengah jadi pusat perhatian seluruh pengunjung kafe yang sedang mereka datangi ini.

"Irida stop! Kita dilihatin banyak orang" tegur Ainesh.

"Apa peduli ku?" Tantang Irida masih dengan nada tinggi.

Ainesh lagi-lagi hanya mampu menghela nafasnya.

"Aku pamit, kayaknya obrolan tentang pernikahan ini terlalu berat buat kamu!" Irida berdiri dari duduknya, setelah membanting contoh undangan di tangannya dan menyambar tas nya di atas meja kafe, segera Irida berbalik dan berjalan cepat keluar dari kafe, meninggalkan Ainesh yang mengusap wajahnya dengan frustasi karena ia juga tidak tau apa yang sedang terjadi pada dirinya . Yang ada di fikirannya hanyalah, di mana Keiko sekarang? Bukankan ini sudah dekat waktu dia melahirkan? Bagaimana nasibnya nanti?

_______

Update!

Full Of Love,

OLinMayawi~

Menolak Luka (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang