"Aduh manisnya anak papa" puji Harris Ryanda saat Irida dengan balutan gaun malam warna khaki berpotongan elegan menghampiri dia dan istri nya yang sudah menunggu di ruang keluarga.
Irida yang dipuji sang papa pun segera menghampiri papa nya dan memeluknya singkat.
"Siapa yang milih baju kamu?" Tanya sang mama.
"Dini ma" jawab Irida.
"selera Dini memang nggak bisa diragukan" puji mama Irida.
"Anak papa pakai apapun tetep cantik kok. Mau pakai gaun atau piyama pun tetap secantik cinderella" komentar papa Irida.
"Dih, kayak si papa pernah liat Cinderella aja" cibir sang mama.
"Ih mama nih sirik melulu tiap papa muji princess nya papa. Mama cemburu ya?" Goda sang papa.
"GR banget papa, nih" sahut Irida.
"Betul. Setuju mama sama Irida" sahut sang mama.
"Aduh papa diserang. Ini tidak adil" rajuk papa Irida.
"Drama banget sih papa. Udah ayo buruan berangkat. Ntar terlambat loh" ajak mama Irida.
"Come on!" sahut Irida sembari menggandeng kedua orangtua nya.
______
Irida segera menghampiri orangtua Ainesh begitu tiba di restoran tempat mereka akan mengadakan makan malam bersama.
"Tante" sapa Irida pada mama Ainesh.
"Eh sayang udah dateng. Sini peluk dulu" mama Ainesh berdiri dari duduknya kemudian menarik Irida kedalam pelukannya.
"Kangen, tante" ujar Irida dengan nada manja.
"Tante juga kangen" balas mama Ainesh.
"Eh menantu cantik om udah dateng. Udah dong jangan dipeluk terus, ma. Gantian sini salaman sama om dulu" protes papa Ainesh. Irida tersenyum lebar kemudian melepaskan pelukan mama Ainesh dan segera menuju papa Ainesh untuk bersalaman.
"Om sehat?" Tanya Irida setelah mencium punggung tangan papa Ainesh.
"Om sehat, nak" jawab papa Ainesh sambil mengusap kepala Irida.
"Iya deh yang udah ketemu mertua, orang tua kandungnya dilupain"
"Papa ih" Irida segera menuju kearah papa nya yang terlihat merajuk.
"Abisnya papa sama mama langsung ditinggalin" rajuk sang papa.
"Udah-udah, ayo duduk aja" lerai mama Irida.
Irida dan orangtuanya pun duduk di satu sisi meja panjang yang sudah dipesan sebelumnya dengan posisi berhadapan dengan orangtua Ainesh.
"Coba ada Ainesh, lengkap nih pasti" ujar Irida.
"Cie yang kangen sama Ainesh" goda mama Ainesh.
Irida tersenyum tipis.
"iya tante, Ainesh belakangan ini sibuk banget, sih" aku Irida."Nanti tante marahin dia ya sayang biar nggak sibuk terus" hibur mama Ainesh. Irida pun mengangguk dengan semangat.
"Udah boleh makan belum nih? Felish laper"
Felish, adik kecil Ainesh yang sejak tadi hanya duduk diam di antara kedua orangtuanya akhirnya bersuara dengan nada dingin, sangat kentara jika ia tak suka situasi hangat yang tengah terjadi.
"Ya ampun, Felish laper ya sayang?" Tanya mama Irida.
"Iya tante" jawab Felish datar.
"Sabar ya sayang, kita nunggu teman papa dulu" ujar papa Ainesh.
"Emang kita nunggu siapa sih, pa?" Tanya Irida pada sang papa.
"Kolega papa. Konglomerat Indonesia yang menikah sama putri bangsawan Inggris. Keluarga Dinata itu loh, Da. Yang punya kilang minyak dan pertambangan di beberapa negara Asia. Kabarnya putra tunggal mereka kuliah di kampus yang sama dengan kamu, Da" jelas sang papa.
"Oh ya? Wih tajir banget dong. Coba aja Irida kenal sama anak mereka, kan keren bisa temenan sama anak konglomerat plus keturunan bangsawan. Gantengan mana ya sama Ainesh?" Komentar Irida takjub.
"Masih gantengan bang Ainesh. Kak Irida nggak usah macam-macam" sahut Felish tajam.
Seketika tawa semua orang pecah mendengar ucapan Felish. Gadis kecil berusia 12 tahun itu sangat menyayangi sang abang sampai tak rela mendengar Ainesh dibanding-bandingkan.
"Kak Irida nggak macem-macem kok, Lish" ujar Irida sambil menatap Felish yang duduk di hadapannya.
Felish hanya mengangguk malas.
Felish adalah gadis introvert yang tak suka berada di keramaian, ia selalu sinis pada siapapun selain keluarganya. terlebih pada Irida, Felish menganggap Irida akan mencuri Ainesh darinya. Karena nya, Felish selalu bersikap kurang baik pada Irida. Irida sendiri tak pernah mempermasalahkan sikap Felish padanya. Baginya, Felish hanyalah seorang adik yang sangat menyayangi sang kakak sehingga tak rela berbagi kasih sayang sang kakak dengan orang lain, Itu hal yang lumrah menurut Irida."Felish besok libur, kan?" Tanya Irida yang hanya dijawab dengan anggukan kepala oleh Felish.
"Mau girl's time sama kak Irida nggak? Kita ke mall terus ke dufan. Gimana?"
Ajakan penuh antusiasme dari Irida hanya dijawab dengan satu kata menusuk oleh Felish.
"ogah" sahut Felish masih datar."Yaah, Felish nggak mau ya. Padahal kak Irida pengen jalan-jalan sama Felish" Irida memasang wajah sedih, berharap Felish akan iba namun respon yang didapat sungguh jauh berbeda.
"Gausah caper, deh! Temen kak Irida kan banyak. Pergi aja sana sama temen yang lain. Ngapain juga ngajak Felish" jawab Felish tajam.
Irida yang merasa tertohok pun hanya mampu menghela nafas, setelah bertahun-tahun berusaha untuk dekat dengan Felish, hasilnya tetap saja sama. Felish sangat tertutup dan tak menginginkan kehadiran Irida. Sementara mama Ainesh yang merasa tak enak hati akan kelakuan putri bungsu nya pun segera meminta maaf.
"Maafin kelakuan Felish ya, sayang" ujar mama Ainesh yang dijawab dengan senyuman lebar dari Irida.
"nggak pa-pa kok, tante. Mungkin Felish lagi nggak pengin keluar. Tapi Irida aja yang terlalu maksa"
"Drama" sinis Felish.
"Felish, shut up!" Papa Ainesh memperingatkan. Bukannya takut, Felish justru memutar kedua bola matanya dengan malas.
"Selamat malam"
suara penuh wibawa itu mencuri perhatian seluruh penghuni meja. Sontak mereka semua menoleh ke sumber suara dan mendapati pria paruh baya dengan setelan jas formal tengah berdiri di ujung meja. di samping sang pria, berdiri wanita paruh baya cantik dan anggun yang setia melingkarkan tangannya ke lengan sang pria."Mr and mrs Dinata" sapa papa Irida sambil berdiri dari duduknya, disusul dengan berdirinya seluruh penghuni meja yang lain.
Papa Irida dan papa Ainesh segera menyalami pria yang dipanggil mr. Dinata."Silahkan duduk, pak" ujar papa Ainesh mempersilahkan.
"Terima kasih" jawab mr. Dinata yang segera duduk berdampingan dengan sang Istri.
"Loh, putra bapak dan ibu tidak turut hadir?" Tanya papa Ainesh.
"Sedang menerima telepon, sebentar lagi menyusul" jawab mrs Dinata dengan nada ramah dan anggun.
"Nah, ini dia datang" ujar mrs Dinata sambil menujuk pemuda yang baru saja menghampiri meja mereka.
"Maaf saya terlambat"
Suara familiar itu menarik perhatian Irida, segera dia menoleh dan sangat terkejut saat mendapati Chandra sedang berdiri di sisi meja dengan setelan jas formal dan rambut rapi yang membuat wajah tampannya semakin tampak rupawan."Ah, he's our son. Chandra Dinata" mr Dinata memperkenalkan Chandra sebagai anaknya dan sukses membuat Irida menganga kaget.
"Hai kak Irida" sapa Chandra ramah pada Irida yang masih menganga.
Sumpah, Din. Anak konglomerat ini pacar lo?
_____
KAMU SEDANG MEMBACA
Menolak Luka (END)
RomanceCerita pertama dari #LukaSeries Hidup itu pilihan, dan aku memilih untuk menolak luka. -Irida Harris Ryanda _____ Maafkan jika niat baikku menolong seseorang berbuah penghianatan untukmu, pelangiku. -Ainesh Albara _____ Aku bukan orang ketiga, aku...