Ainesh memutar knop pintu kamarnya, rupanya Keiko lupa mengunci pintu kamar mereka. Perlahan Ainesh melangkah masuk dan menutup kembali pintu kamarnya perlahan. Ia mengedarkan pandangannya pada seluruh kamar dan matanya menemukan sosok Keiko yang tengah berbaring memunggungi pintu dengan selimut yang menutupi tubuhnya sebatas pinggang, menampilkan bagian lengan atasnya yang tampak lebih kurus dari terakhir kali mereka bertemu. Seingat Ainesh, ia hanya pergi beberapa hari saja dan tubuh Keiko sudah sangat kurus. Seburuk itu kah keadaannya? Hamil muda ternyata sangat menyiksa istrinya.
Ainesh melangkah perlahan, tak ingin menimbulkan suara yang mampu mengusik tidur sang istri. Ia meletakkan ransel yang ia bawa kedalam keranjang pakaian kotor dan melangkah pelan lagi menuju kamar mandi untuk membersihkan diri sekaligus menghilangkan efek jetlag yang membuat perutnya mual.
Selesai mandi, Ainesh mengirimkan pesan pada Irida dan mengabarkan bahwa ia sudah sampai di rumahnya dengan selamat. Alih-alih membalas pesannya, Irida justru langsung menelfonnya. Terkekeh pelan, Ainesh mengangkat telfon Irida dan berjalan pelan menuju balkon.
"Halo, sayang" sapa Ainesh saat ia sudah berdiri di depan pagar balkon.
"Halo, kamu udah sampai?" Tanya suara Irida di sebrang sana.
"Udah, udah sempat makan dan mandi juga" sahut Ainesh.
"Baguslah kalau udah sampai" kata Irida.
"Kamu lagi di mana?" Tanya Ainesh.
"Di butik tante Monik. Nganterin Dini beli kebaya"
"Dini mau nikah? Kok beli kebaya?" Canda Ainesh.
"Ish. Ya enggak lah. Dia mau ke acara ulang tahun sepupu nya katanya. Tema nya pakaian adat gitu, agak aneh sih tapi ya bodo amat deh. Aku diundang sebenernya. Boleh dateng nggak?" Irida bertanya.
"Boleh lah. Dateng aja kali" sahut Ainesh.
"Tapi kebaya ku udah pernah dipakai semua" keluh Irida.
"Ya beli yang baru, sayang" ujar Ainesh.
"Uang bulanan udah tipis ah. Si Dini songong sih, ngajak beli kebaya di tempat tante Monik, jangankan kebaya, selendang sepotong aja di sini harganya setara sama harga laptopku loh"
Ainesh tertawa kecil.
"whatsapp aja totalnya berapa biar aku yang bayar, ntar aku transfer kerekening kamu""Eh, beneran?" Irida sedikit terkejut.
"Iya dong, beneran" kata Ainesh.
"Asik. Murah hati kali tunanganku ini" puji Irida kegirangan.
Ainesh tertawa mendengar nada girang Irida.
"selamat belanja sayang""Makasih sayangku" ujar Irida.
"Iya, ntar jangan lupa kirim foto kebaya pilihan kamu ya. Awas kalau terlalu terbuka ya" ancam Ainesh.
"Eh pak, aku mau beli kebaya bukan midi dress. Ya nggak mungkin kebuka lah" gerutu Irida.
"Becanda kali, say. Sewot amat"
"Udah ah, aku mau pilih-pilih dulu ya. Dah"
"Dah, Irida bar-bar. See you"
"See you too, tuan galak"
Ainesh masih saja terkekeh usai mengakhiri telfon dari Irida, sampai akhirnya sebuah suara membuyarkan senyumannya.
"Ainesh, kamu udah pulang? Aku pikir masih besok" sapa Keiko dari balik punggung Ainesh.
"Pulang?" Ulang Ainesh dalam hati.
Ainesh berbalik, menyusul Keiko yang sudah lebih dulu duduk di sofa balkon."Bagaimana flight kamu?" Tanya Iko setelah Ainesh duduk di sisi kirinya.
"Bagus" sahut Ainesh sekena nya.
Iko mengangguk beberapa kali mendengar respon Ainesh.
"Bagaimana kabar kamu? Kamu terlihat pucat dan lebih kurus?" Ainesh menyentuh sebelah pipi Iko dengan lembut. Keiko tersenyum, menyentuh punggung tangan Ainesh di pipinya kemudian menggenggam tangan kekar tersebut dengan erat.
"Aku baik. Hanya kehilangan selera makanku"
"Baby gimana?" Tanya Ainesh lagi.
"Baby oke kok, kami sehat, Nesh"
"Tapi kamu bilang kehilangan selera makan, aku khawatir baby di perut kamu kelaparan nanti"
"Aku rutin minum susu, Nesh. Terima kasih sudah memperhatikan kami sampai harus pulang dengan cepat. Aku akan melanjutkan tidurku. Selamat malam, Ainesh"
Ainesh masih termangu di tempat setelah Keiko pamit untuk melanjutkan tidurnya. Ainesh masih berusaha mencerna makna kata PULANG bagi nya. Apa kembali kepada istri yang diam-diam dinikahi itu adalah pulang? Atau kembali pada keluarga dan tunangannya itu baru bisa disebut pulang?
*****
KAMU SEDANG MEMBACA
Menolak Luka (END)
RomanceCerita pertama dari #LukaSeries Hidup itu pilihan, dan aku memilih untuk menolak luka. -Irida Harris Ryanda _____ Maafkan jika niat baikku menolong seseorang berbuah penghianatan untukmu, pelangiku. -Ainesh Albara _____ Aku bukan orang ketiga, aku...