not a dream wedding

1.7K 166 15
                                    

Ainesh tak berhenti tersenyum sambil mengemudikan mobilnya. Ia sangat gembira mengingat besok akan pulang ke Indonesia dan menemui tunangan kesayangannya. Ainesh sudah menyiapkan oleh-oleh berupa gaun yang segaja ia pesan di butik langganan sang mama di New York dan saat ini ia sedang dalam perjalanan menuju butik tersebut untuk mengambil gaun pesanannya.

Sesampainya di butik, Ainesh segera membayar gaun pesanannya. ditengah transaksi,  mata Ainesh tanpa sengaja tertuju pada gaun malam ekor panjang berwarna putih yang membuat dia teringat pada Iko, gadis yang sudah sebulan ini menginap di rumahnya. Ainesh bisa membayangkan bagaimana gembira nya Iko jika ia membelikan gaun untuknya. Entah mengapa, wajah gembira Iko selalu menjadi hiburan tersendiri untuk hatinya yang selalu merindukan Irida yang jauh.

Ainesh pun memutuskan untuk membeli gaun putih tersebut. Dengan perasaan senang, Ia kembali melajukan mobil menuju kediamannya.

Baru saja memarkirkan mobil di garasi, handphone yang ia simpan di saku berdering menandakan sebuah pesan mendarat di handphone tersebut.

Irida Harris Ryanda

Nesh. Jadi pulang kan besok?

Sambil tersenyum. Ainesh membalas pesan Irida.

Ainesh Albara

Jadi sayang

Tanpa menunggu balasan dari Irida, Ainesh masuk kedalam rumah sambil menenteng dua paper bag berisi gaun untuk Irida dan Iko.
Setelah menyuruh salah satu pelayan meletakkan paper bag berisi gaun Irida ke kamar pribadinya, Ainesh menuju kamar Iko sambil membawa papper bag berisi gaun untuk Iko.

"Iko, boleh aku masuk?"

Tak ada sahutan, Ainesh memutar kenop pintu yang ternyata tidak terkunci. Setelah pintu terbuka, Ainesh melangkah masuk dengan senyuman lebar.

"Iko, aku punya sesuat-"

Tak sempat meneruskan ucapannya, Ainesh melotot kaget ketika mendapati Iko menangis terisak sembari duduk di lantai kamar dengan sebuah gunting yang ia arahkan ke perutnya. Ainesh segera berlari dan merebut gunting di tangan Iko, namun Iko tetap menggenggam gunting tersebut dengan erat.

"Apa yang akan kamu lakukan?" Tanya Ainesh, masih berusaha merebut gunting di tangan Iko.

"Lepaskan! Biarkan aku mati bersama bayi sialan ini" hardik Iko.

"Apa maksudmu?" Tanya Ainesh tak mengerti.

"Aku hamil, aku tak sudi punya anak dari bajingan Steve itu" jerit Iko histeris.

Ainesh yang terkejut hanya terus berusaha merebut gunting yang semakin digenggam dengan erat oleh Iko.

"Lepaskan! Lepaskan aku. Biarkan aku mati. Biarkan anak bajingan ini ikut mati bersamaku" jerit Iko sambil terisak. Ainesh menggeleng tegas, menolak permintaan gila Iko untuk membiarkan ia mati. Tidak! Ainesh akan melakukan apapun untuk melindungi Iko dan bayinya.

"Aku akan jadi ayah bayi ini. Aku akan nikahi kamu!" perkataan spontan dari mulut Ainesh membuat Iko terkejut.

"Kamu bohong! Kamu punya tunangan!" Pekik Iko.

"Aku nggak bohong! Aku akan nikahi kamu. Besok kita akan menikah!"

 Nada suara penuh kesungguhan itu pun membuat Iko melunak, ia melepaskan gunting di tangannya yang segera dibuang oleh Ainesh kesembarang arah. Ainesh segera merengkuh Iko kedalam pelukan.

"Aku akan nikahin kamu" gumam Ainesh.

Entah apa yang ada difikiran Ainesh saat mengatakannya, ia hanya merasa tak bisa melihat Iko mati di hadapannya. Ia tak sanggup melihat Iko sekacau tadi.

"Aku akan nikahin kamu, kita akan menikah besok! Aku akan jadi ayah untuk anak kamu" gumam Ainesh ditengah isak tangis Iko yang mulai mereda.

Irida! Astaga, Ainesh membuat kesalahan fatal!

_____

Irida Harris Ryanda

Aku udah nunggu di bandara selama lima jam tapi ternyata kamu nggak jadi pulang hari ini.

Ainesh meremas handphone di tangannya usai membaca pesan dari Irida tersebut. Bahkan sekedar mengetikkan balasan pesan untuk Irida pun Ainesh tak sanggup, ia benar-benar merasa sangat bersalah pada gadis pemilik senyuman manis yang senantiasa menunggu kepulangannya.

Beberapa saat yang lalu, Ainesh resmi menikah dengan Keiko, gadis yang sama sekali tak ia cintai. Ainesh benar-benar dirundung perasaan bersalah. Ia marah pada dirinya sendiri yang dengan bodoh telah melukai hati Irida dan banyak orang yang menunggu kepulangannya. Ia tak dapat membayangkan bagaimana murka kedua orangtua nya jika sampai mendengar kabar pernikahan dia dengan Iko. Ainesh tersenyum miris ketika membayangkan wajah terluka Irida jika sampai gadis manis itu tau kebenaran yang terjadi, betapa Irida akan sangat membenci Ainesh nanti.

Ainesh berteriak marah sambil melemparkan handphone di tangannya ke sudut kamar hingga handphone tersebut menabrak dinding dan hancur, Ainesh memukuli ranjang tempat ia duduk berulang kali sebelum kemudian menjambak rambutnya sendiri. Tak ia hiraukan setelan Jas nya yang berantakan.  Ia benci pada dirinya sendiri.

"Maafkan aku" 

Suara lembut sarat akan penyesalan itu membuat Ainesh menoleh, didapati nya Keiko berdiri di pintu masuk kamar Ainesh. Masih mengenakan gaun putih yang kemarin dibelikan oleh Ainesh dan menjadi gaun pernikahannya, Iko melangkah masuk kekamar Ainesh dan mendudukkan dirinya di tepi ranjang Ainesh. Ainesh tak menjawab, hanya menatap punggung Iko yang duduk memunggunginya.

Iko menoleh ke arah Ainesh.
"maafkan aku. Semua ini salahku. Seharusnya kamu tidak usah menolongku"

Ainesh menggeleng.
"ini bukan salahmu, aku yang ingin melakukannya"

"Lalu bagaimana dengan hidupmu setelah ini?" Tanya Iko.

"Aku akan tetap melanjutkan kuliahku. Tidak usah cemas, aku mampu membiayai hidupmu dengan uang saku dari ayahku" ujar Ainesh.

"Lalu tunanganmu?" Tanya Iko.

Ainesh menahan nafas sejenak sebelum menghembuskannya dengan kasar.
"beri aku waktu untuk memberi tahu semua orang termasuk dia dan keluargaku"

Iko mengangguk kecil.
"aku benar-benar menghancurkan hidupmu"

Ainesh menggeleng.
"jangan begitu"

"Seandainya setelah tunanganmu tau kamu sudah menikahiku di sini, dan dia masih mau menerimamu, maka aku tidak keberatan jika kamu mau menikahinya juga" lirih Iko.

"Kurasa dia akan membenciku setelah ini" gumam Ainesh miris.

"Maafkan aku" ujar Iko.

"Berhenti lah meminta maaf. Segera bersiap, aku akan mengantarmu membeli perlengkapan untuk calon bayi kita"

"Bayi kita?" Tanya Iko, kurang yakin dengan ucapan Ainesh.

"Iya, bayi kita. Kamu istriku, bayimu adalah bayiku juga" sahut Ainesh mantap.

Iko yang merasa terharu akan ucapan Ainesh pun tanpa sadar menitikkan air mata sambil menundukkan kepalanya dalam-dalam.
"terimakasih. Kamu memang lelaki yang benar-benar baik"

_____

Menolak Luka (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang