Indonesia

1.2K 129 4
                                    

"Welcome home" Ainesh merentangkan kedua tangannya saat mereka berdiri di pintu keluar bandara, tengah menunggu taksi online pesanan mereka.

Keiko menghirup udara dalam-dalam dan mengeluarkannya perlahan.
"Aku benar-benar rindu negara Ini"

"Aku juga selalu merindukan negara ini" sahut Ainesh.

"Karena di sini ada tunangan mu"  komentar Keiko.

"Kita menginap di hotel hari ini, besok baru kita kerumahku" Ainesh mengubah topik pembicaraan. Tanpa banyak bertanya, keiko hanya mengangguk sambil mengelusi perutnya.

"Itu taksi kita" Ainesh menunjuk mobil mewah yang berhenti tak jauh dari mereka. Ainesh segera menyeret dua kopernya dan menyuruh Keiko berjalan di depannya.

"Apa yang harus kulakukan lakukan di hadapan keluargamu?" Tanya Keiko saat mereka sudah duduk di dalam taksi.

"Jangan banyak berfikir, Iko. Kasihan anak kita. Tidurlah, nanti kubangunkan jika sudah sampai" Ainesh menarik tubuh Keiko agar kepalanya bisa bersandar di bahu Ainesh lalu tangannya yang lain ia gunakan untuk mengelusi perut Keiko. Yang tidak Ainesh tau, Keiko tersenyum dalam rengkuhan Ainesh.
_______

"Irida, hei. Sayang buka pintunya"

"Iya ma sebentar"

"Kamu lagi ngapain sih, kok lama banget buka nya"

"Aku masih di toilet, ma"
Segera Irida berlari untuk membuka pintu kamarnya.

"Kenapa sih, ma kok gedor-gedor kamar aku?" tanya Irida saat sudah berdiri di hadapan mama nya.

"Tadi mama nya Ainesh ngasih tau mama, katanya Ainesh besok pulang. Jadi keluarga Ainesh mau bikin pesta kejutan sekalian merayakan kelulusan Ainesh. Nah kamu disuruh ngundang keluarga Dini sama Chandra sekalian" jelas sang mama.

"Keluarga Dini sama keluarga Chandra diundang? Buat apa?" Tanya Irida.

"Eh ini anak ketularan oon dari mana sih. Papa Dini sama papa Chandra kan karibnya papa mu sama papa Ainesh. Ya jelas mereka diundang, amnesia kamu ya?"

"Oh, cuma buat rame-ramean ya ma?" Tanya Irida.

"Sembarangan. Rencananya sih keluarga besar Ainesh dateng semua, pada mau milih hari yang bagus buat acara lamaran"

"Hah? Lamaran siapa ma?" Tanya Irida.

"Ya ampun. Beneran oon kamu ya,Da. Ya lamaran kamu sama Ainesh lah"

"Ooh. Ngomong dong, ma"

"Terserah kamu, ah. Mama bete ngomong sama kamu"
Mama Irida pun meninggalkan kamar Irida sambil menghentakan kakinya.

"Yee, drama amat emak gue" gumam Irida sambil menutup pintu kamarnya.

Irida segera menghubungi Dini dan Chandra, menyampaikan apa yang diperintahkan mama nya. Setelahnya ia berbaring di ranjang dan mulai terlelap.

______

Ainesh yang baru saja keluar dari toilet segera menuju nakas di mana handphone nya berdering nyaring. Saat ia mengecek handphone nya, rupanya panggilan masuk dari Chandra. Segera ia berjalan menuju ruang tamu kamar hotelnya karena tak ingin suaranya mengusik Keiko yang sedang terlelap. Setelah duduk di sofa, segera Ainesh mengangkat panggilan Chandra.

"Halo bro" sapa Ainesh.

"Hoi, bang Ainesh. Denger-denger udah lulus nih" goda Chandra.

Ainesh terkekeh pelan.
"denger darimana?"

"Kak Irida barusan nelfon" jawab Chandra.

Ainesh hanya ber oh panjang.
"lo besok balik ya bang?" Tanya Chandra.

Ainesh menghela nafas berat.

"Loh? Kok kedengarannya seperti ada beban berat gitu? Ada masalah bang?" Tanya Chandra.

"Nothing" sahut Ainesh singkat.

"Wah mulai bohong karib gue ini. Lo kenal gue dari jaman gue masih SMP kali bang. Masa masih nggak percaya aja sama gue, gue nggak ember, kok. Kalau ada masalah cerita lah sama gue"

Ainesh menghela nafas lagi, ia benar-benar bingung. Dia sudah di Indonesia sekarang, bersama Keiko. Satu langkah lagi ia akan membuat seluruh keluarganya kacau balau. Ainesh benar-benar bimbang, haruskah dia berkata pada semua orang bahwa Keiko adalah istrinya? Atau Ainesh tinggalkan saja Keiko dan melanjutkan hidupnya dengan normal seakan tak pernah terjadi apa-apa. Toh, selama menjadi istrinya, Ainesh tak pernah sekalipun menyentuh Keiko. Bukan dia yang seharusnya bertanggung jawab pada hidup Keiko kan? Seharusnya si Steve biadab itu yang bertanggung jawab.

"Bang? Lo masih di sana?"
Teguran Chandra membuatnya tersadar. Ainesh benar-benar butuh tempat berbagi. Jadi dia pikir, tak ada salahnya kan bercerita pada Chandra?

"Dra, lo bisa jemput gue sekarang? Gue udah di Indonesia. Tapi jangan bilang siapapun, ntar gue kirim alamatnya"

"Siap. Langsung on the way bang" sahut Chandra sebelum mematikan sambungan telfonnya.

_________

   Saya jarang kasih Author note. soalnya saya tau, jarang orang yang mau baca Author note :v

Menolak Luka (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang