“belum tidur?” tanya Ainesh pada Irida yang wajahnya terpampang di layar pc di hadapannya.
“belum, makanya aku skype kamu” jawab Irida.
“nakal kamu ya, ini udah jam sebelas malem kan di sana?” tanya Ainesh.
Irida hanya mengangguk.
“kangen tau Nesh, makanya aku sempetin nunggu kamu bangun tidur dulu baru aku tidur nanti. Aku cuma pengen liat muka kamu doang kok” Irida mengerucutan bibirnya.“sekarang itu susah loh Nesh mau hubungin kamu, aku bangun pagi kamu udah tidur malem, giliran kamu bangun pagi aku nya yang udah tidur lagi” gerutu Irida.
Sembari terkekeh pelan, Ainesh mengusap wajah Irida di layar pc nya, seolah tengah mengelus pipi sang tunangan.
“udah dong jangan sedih gitu, bulan depan aku usahakan pulang” hibur Ainesh yang membuat Irida seketika menampilkan senyuman cerah.“seriusan?” tanya Irida memastikan.
Ainesh mengangguk.
“iya sayang”“yippie!” pekik Irida girang.
“pstt” Ainesh menempelkan telunjuk kanannya di bibirnya, memberi isyarat agar Irida diam.
“jangan teriak-teriak. Nanti mama sama papa kamu denger” lanjut Ainesh.
“ups” segera Irida menutup mulutnya dengan telapak tangan sebelum kemudian tersenyum lebar.
“Aku sayang Ainesh!”“aku juga sayang Irida” jawab Ainesh.
“gimana hari kamu? Ngapain aja hari ini?” tanya Ainesh.“biasa aja, sih. Ngampus, kejar-kejaran sama Dini, makan siang bareng Dini, nemenin Dini ngintip junior tampan” cerita Irida.
“si Dini ganti selera nih? Udah nggak suka senior lagi sekarang? terus jadi naksir berondong?”
“nggak juga sih” jawab Irida.
“Dini penikmat senyuman dari segala jenis cowok tampan kok, nggak harus berondong atau senior doang. Cuma kan sekarang kita udah nggak punya senior karena udah di semester akhir, dan Dini udah bosen sama cowok tampan seangkatan, makanya sekarang nggak punya pilihan lain selain tebar pesona ke junior” jelas Irida.
Ainesh mengangguk paham.
“aku sih nggak ngelarang kamu bergaul sama Dini, ya? tapi aku cuma mau ingetin aja, jangan ketularan sifat absurd nya, ya!”Irida tertawa kencang sampai memegangi perutnya mendengar ucapan Ainesh.
“Dini itu memang manusia paling absurd yang hobi ngintip cowok tampan, sih. Tapi tenang aja sayang, Dini bukan tipe penjerumus yang akan membawa aku menuju jalan keabsurdan seperti dia kok. jadi kamu tenang aja ya sayang”
Kali ini Ainesh yang tertawa.
“iya-iya, aku percaya sama kalian, kok” ujar Ainesh setelah tawanya mereda.“udah mulai siang, ya? Kamu siap-siap gih. Ntar telat ke kampusnya” ujar Irida memperingatkan.
“iya, kamu juga cepet tidur. Jangan kebiasaan begadang” nasihat Ainesh.
Segera Irida memberikan gerakan hormat pada komandan.
“laksanakan, pak!”Ainesh tertawa kecil.
“good night, bee”“good morning, Darl”
“lucu ya, bee. Good night jawabnya good morning” komentar Ainesh.
“ya abis gimana lagi, langitnya beda warnanya sih” ujar Irida asal.
“kita di bawah langit yang sama kok, bee. Udah deh, have a nice sleep and sweet dream Irida”
“have a nice day, Ainesh ku”
Setelah memutuskan sambungan video call nya dengan Irida, Ainesh memandang pigura yang terpajang di dinding kamarnya. Foto yang diambil sekitar setahun yang lalu, foto seorang gadis manis bergaun biru yang jauh di sana, gadis yang selalu ia rindukan. Gadis yang selalu manja dengannya, yang terkadang ceroboh, lugu , polos kadang juga bar-bar . Pemilik senyuman manis yang memikat. Gadis yang dipuja banyak lelaki, dan Ainesh benar-benar merasa beruntung bisa memenangkan hati nya. Membuat iri para pemuja nya yang lain. Dia, gadis itu juga satu-satunya gadis yang ingin ia nikahi.
"Irida, aku kangen kamu" bisik Ainesh masih sambil memandangi fotonya.
_________
KAMU SEDANG MEMBACA
Menolak Luka (END)
RomanceCerita pertama dari #LukaSeries Hidup itu pilihan, dan aku memilih untuk menolak luka. -Irida Harris Ryanda _____ Maafkan jika niat baikku menolong seseorang berbuah penghianatan untukmu, pelangiku. -Ainesh Albara _____ Aku bukan orang ketiga, aku...