Perkataan Rhea terus menari-nari di otak Widuri. Gadis berambut lurus tersebut masih belum rela kalau dirinya harus bekerja di tempat anak-anak berkebutuhan khusus.
Berhadapan dengan anak normal saja Widuri sudah buru-buru kabur, apalagi harus menangani anak-anak spesial. Tapi, dia juga tidak mau menghabiskan masa mudanya di toko ATK milik ayahnya.
Rasanya ingin sekali ia bekerja di penerbitan buku. Menjadi editor seperti Mama. Bermain-main dengan kertas dan tinta merah. Memberikan masukan untuk naskah yang di koreksinya.
Daripada tambah pusing, akhirnya Widuri mengambil ponsel layar datar miliknya, lalu mengetikkan watchasian.io, tidak lama kemudian deretan drama Korea memenuhi layar ponselnya. Widuri mencari drama Korea yang sedang diikutinya, "Romance is A Bonus Book".
Biasanya Widuri tidak terlalu menyukai drama Korea, berhubung serial tersebut mengambil setting di penerbitan buku, akhirnya Widuri tertarik mengikutinya. Lee Jong Suk memerankan Cha Eun Ho yang merupakan penulis jenius sekaligus kepala editor termuda di penerbitan tersebut, sedangkan Lee Na Young, lawan mainnya, memerankan Kang Dan Yi, mantan copywriter yang kemudian menjadi karyawan baru di penerbitan tersebut.
Mimpi gue banget nie. Masih muda sudah punya pekerjaan bagus. Jadi kepala editor pula. Gue juga mau kalau begitu.
Ia menumpuk bantal agar posisinya sedikit lebih tinggi. Rambut panjangnya diikat dengan karet gelang agar tidak mengganggu konsentrasinya saat menonton. Widuri berbaring di kasur lalu menekan tombol play. Ia menyaksikan adegan demi adegan dengan penuh khidmat. Belum lama serial itu mulai, layar ponselnya kini
berganti dengan tulisan "Rhea memanggil". Dengan sedikit kesal ia menerima panggilan itu."Onta, apaan lagi sih? Kerjaan lo ganggu gue mulu. Kemaren jari gue keiris gara-gara telpon lo. Sekarang gue lagi nonton film Korea, lo nelpon. Ngeganggu aja lo, ah," kata Widuri kesal.
"Buset nie cewek kerjaannya marah-marah mulu. Gimana lo mau dapat kerjaan kalau ngomel-ngomel mulu," goda Rhea.
"Lah jadi ke sana nyasarnya omongan lo. Ada apa nie telpon gue?"
Widuri memiringkan badannya sambil memeluk guling.
"Gue mau nanyain yang kemaren itu. Gimana, lo udah putusin belum?"
"Oh yang kerja di tempat lo itu?" tanya Widuri sambil mengingat-ngingat percakapan mereka.
"Iya," balas Rhea singkat.
"Yailah, Rhea. Kan lo ngomongnya baru kemaren. Ya belum gue putusinlah mau apa nggak." Hatinya sedikit kesal karena diminta memberikan keputusan secepatnya untuk sesuatu yang dia tidak sukai.
"Soalnya tempat kerja gue butuh cepat, Neng. Cuma butuh satu orang doang. Denger-denger temen gue lusa mau bawa orang buat jadi prompter. Kalau sampe tuh orang diterima, kan berarti kesempatan lo buat kerja hilang, Neng," kata Rhea menjelaskan.
Mendadak Widuri bimbang mendengar perkataan Rhea. Di satu sisi dia sangat ingin memiliki pekerjaan. Widuri tidak enak hati karena terus-terusan mendapatkan suntikan dana dari orang tuanya untuk bisa bertahan hidup di Bandung, padahal dia sudah lulus kuliah sejak 4 bulan lalu. Di sisi lain, Widuri ingin menjadi editor bukan prompter.
"Rhea, sebenarnya gue pingin banget kerja. Gue udah bosen nganggur. Tapi, kerjaan yang lo tawarin kayaknya berat banget buat gue."
"Lo kan belum coba. Coba aja dulu, daripada nganggur terus. Jaman sekarang banyak kok orang yang kerja nggak sesuai sama jurusannya pas kuliah. Yang penting kerjaannya halal, Neng. Memang lo mau terus-terusan dikasih duit sama Bokap lo? Inget umur, Neng. Udah tua lo."
"Asem lo. Gue masih muda keles. Umur gue aja belum nyentuh angka 25," kilahnya.
Rhea tertawa mendengar respon Widuri.
"Jadi gimana, nie? Lo mau nggak? Kesempatan nggak datang dua kali lho atau lo memang mau menghabiskan hidup lo di Mangga Dua?"
Widuri semakin bingung. Ambil atau nggak?
KAMU SEDANG MEMBACA
PROMPTER: Cinta dalam Ketidaksempurnaan
ChickLit[TAMAT] #1 autis per 22 Sept - 21 Okt 2019 Widuri, seorang lulusan sastra Indonesia mempunyai mimpi menjadi editor, tapi tak ada satu pun panggilan interview yang datang. Sampai akhirnya, Rhea, sahabatnya, menawarkannya untuk bekerja sebagai prompte...