Part 51: WOW....

1K 94 4
                                    

Suara tangis Tyra terdengar sampai ke ruang terapi lainnya. Hal seperti ini biasa terjadi. Para terapis malah kadang terkesan cuek bila mendengar anak-anak menangis. Mereka akan dengan mudah mengetahui mana tangisan yang sungguh-sungguh dan mana tangisan yang hanya mencari perhatian supaya keinginannya terpenuhi. Orang awam yang melihat hal itu kadang menyebut para terapis dengan julukan "Raja Tega". Kadang para terapis sengaja membiarkan anak-anak menangis sampai berhenti dengan sendirinya supaya mereka tidak menggunakan tangisan sebagai senjata untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan.

"Udah dong nangisnya. Gue bingung nie mesti ngapain," kata Widuri memelas.

Bukannya diam, tangis Tyra malah semakin menjadi. Gadis itu berguling di lantai, Widuri mencoba mendekat sambil berjongkok dan mengikuti pergerakan gadis kecil itu.

"Ssstt... jangan berisik! Nanti ada Pak Polisi," ucap Widuri. Dia menempelkan jari telunjuknya di bibir. Respon Tyra tetap sama.

"Kalau nangis terus nanti di datangin kecoak lho."

Tyra tetap berguling sambil menjerit. Widuri melangkah ke pintu dengan niat mencari pertolongan, tapi dalam hitungan detik dia mengurungkan niatnya.

Kalau gue keluar nanti nggak ada yang ngawasin Tyra. Kalau dia nyakitin dirinya sendiri gimana? Tapi kalau gue nggak keluar, nie anak nggak bakalan diem dan gue makin stress denger suara nangisnya.

Widuri mondar-mandir di dalam ruangan. Kepalanya dipenuhi berbagai kemungkinan yang bisa dia lakukan untuk menenangkan Tyra. Sampai akhirnya dia menemukan ide cemerlang. Widuri akan meminta pertolongan pada terapis yang sedang berada di luar ruangan. Lagi pula sekarang sudah mendekati jam makan siang. Biasanya, sebelum makan siang anak-anak pasti diajarkan mandi terlebih dahulu. Sudah pasti akan ada terapis yang berada di luar ruangan. Tidak apa-apa kalau dirinya diminta memegang anak lain untuk sementara, yang penting Tyra bisa berhenti menangis.

Widuri menarik gagang pintu. Tapi, ada sesuatu yang berbeda. Seperti ada tekanan dari gagang pintu lainnya yang ikut mendorong pintu agar terbuka. Begitu pintu terbuka lebar, matanya bertemu pandang dengan mata Arsenio.

Mampus gue! Nie orang bener-bener ngawasin gue.

Widuri terdiam beberapa detik. Tangannya masih memegang gagang pintu. Kesadarannya kembali ketika Arsenio buru-buru masuk ke dalam ruang terapi tanpa berbicara sepatah kata pun. Tanpa sengaja lengan Arsenio menyenggol lengan Widuri. Gadis dengan rambut diikat ekor kuda itu mengerjap. Darahnya terasa mengalir lebih cepat.

Kok dia diem aja? Biasanya udah ngoceh-ngoceh sama gue.

Widuri membalikkan badan dan mendapati Arsenio sedang menggendong Tyra. Lelaki berambut ikal itu duduk dengan menyandar di tembok. Tyra duduk di depannya. Kedua kaki Arsenio mengunci kedua kaki Tyra. Lalu dia menyilangkan lengan Tyra dan memeluk gadis kecil itu dari belakang sekuat tenaga. Tyra menjerit dan meronta ingin melepaskan diri, namun tenaga Arsenio jauh lebih kuat. Tangisannya memenuhi ruang terapi.

Beberapa menit kemudian suara jeritannya mulai melemah, hingga akhirnya Tyra berhenti tantrum. Gadis kecil itu mulai tenang. Dia sesenggukan. Setelah Tyra benar-benar tenang, Arsenio melepaskan pelukannya kemudian membelai lembut rambut Tyra. Tangan tambunnya menyeka air mata gadis kecil itu.

Wow. Cuma digituin doang Tyra diem? Keren.

"Kenapa kau bengong di sana. Tolong ambilkan air minum untuk Tyra!" perintah Arsenio.

PROMPTER: Cinta dalam KetidaksempurnaanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang