Bu Rina membawa Tyra keluar ruang isolasi ketika melihat hampir seluruh matras basah terkena air seni Tyra, sementara Widuri diberi tugas untuk membersihkan ruang isolasi.
Cobaan apa lagi yang Kau berikan ya, Tuhan???
Widuri mengelus dada.
Sabar... sabar... gue nggak boleh ngamuk di sini, batin Widuri.
Bu Rina memandang kejadian itu sebagai suatu kesempatan baik untuk mengajarkan ADL (Activity Dialy Living) pada Tyra. Bu Rina yakin sekali, di rumahnya Tyra tidak diajarkan kemandirian sebab sampai sekarang anak itu belum bisa memakai celana dalamnya sendiri. Untuk buang air saja Tyra masih melakukannya sembarangan, sesuka hatinya. Bukan hanya masalah buang air Tyra butuh bantuan, tapi juga untuk makan. Saat jam makan siang tiba, sesekali tangan Tyra masih harus dipegang agar dapat memegang sendok dengan benar.
Ibunya selalu meminta diajarkan akademik, padahal kemandirian Tyra jauh lebih penting dari semua itu. Bu Rina dan Arsenio sudah sering memberikan penjelasan kalau terapi perilaku tidak bertujuan untuk mengajarkan materi akademik melainkan lebih kepada perilaku dan kemandirian anak. Tetapi tetap saja dia berkeras dengan kemauannya.
Sebenarnya bukan tanpa alasan dia melakukan hal itu. Mami Tyra ingin menunjukkan pada suaminya kalau Tyra bukan anak bodoh. Papi Tyra yang bekerja sebagai ahli kimia merasa malu memiliki anak berkebutuhan khusus. Standar kepintaran yang diterapkannya pada Tyra didasarkan pada akademik. Padahal setiap anak itu pintar, hanya saja dalam bidangnya masing-masing. Beruntung Tyra bisa mengikuti materi akademik yang diberikan.
Saat ini Bu Rina sedang memberikan materi bilangan berpangkat. Perkalian dan pembagian hanya hal kecil bagi Tyra. Dalam sekejap soal yang diberikan dapat dijawab dengan mudah. Begitupun dengan penjumlahan dan pengurangan dalam bentuk soal cerita. Gadis kecil itu berbakat, namun sayang kedua orang tuanya tidak memandang demikian.
Keadaan Tyra juga semakin parah karena orang tuanya tidak menerapkan diet ketat padanya. Sudah berulang kali Bu Rina menganjurkan untuk tidak memberikan makanan yang mengandung terigu, susu sapi, dan gula. Tapi berulang kali juga, dietnya bocor. Sudah dapat dipastikan, kalau Tyra tantrum berarti dietnya bocor lagi. Repot, begitu alasan Mami Tyra setiap kali diingatkan tentang diet. Padahal tidak untuk selamanya Tyra harus diet. Nanti, setelah jamur kandida yang berada dalam pencernaannya berkurang dan Tyra sudah mandiri serta tidak sering tantrum lagi, secara bertahap Tyra akan diperbolehkan untuk mengonsumsi makanan yang mengandung terigu, gula, dan susu sapi.
Tanpa sadar, sesungguhnya Mami Tyra sedang memasukkan racun secara terus menerus ke dalam tubuh Tyra sehingga segala upaya yang diberikan kepada anaknya tidak dapat memberikan hasil maksimal. Ibarat tanaman yang diberi pupuk, begitulah jamur kandida bila terus-menerus mendapat makanan dari terigu, gula, dan susu sapi. Mereka akan bertumbuh subur dan menghambat perkembangan anak.
Tyra adalah anak yang tidak diinginkan. Dia lahir tidak lama setelah orang tuanya menikah. Pada awal pernikahan, Mami Tyra masih ingin mempertahankan karirnya sebagai petugas laboratorium di sebuah rumah sakit ternama. Ketika mengetahui dirinya hamil, dia menggunakan segala macam cara untuk menggugurkan kandungannya, tapi Tuhan berkehendak lain. Tubuh mungil itu bukannya hancur tapi justru terus berkembang dalam rahim ibunya. Sampai akhirnya dia menyerah dan membiarkan Tyra berada dalam rahimnya dan dilahirkan prematur.
Setelah Tyra lahir, dia menyesal karena pernah mencoba menggugurkan bayi mungil itu. Wajah cantik Tyra dan rambutnya yang hitam telah meluluhkan hatinya. Saat itu dia belum tahu kalau Tyra dilahirkan sebagai anak spesial. Terkadang rasa malu masih suka menyelinap masuk dalam hatinya karena memiliki anak tidak normal. Emosinya juga sering ikut meledak bila Tyra tantrum, apalagi jika berada di tempat umum. Namun dari lubuk hatinya, sesungguhnya dia sayang kepada anak spesialnya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
PROMPTER: Cinta dalam Ketidaksempurnaan
ChickLit[TAMAT] #1 autis per 22 Sept - 21 Okt 2019 Widuri, seorang lulusan sastra Indonesia mempunyai mimpi menjadi editor, tapi tak ada satu pun panggilan interview yang datang. Sampai akhirnya, Rhea, sahabatnya, menawarkannya untuk bekerja sebagai prompte...