Widuri berdiri, menempelkan tubuhnya di dinding toilet. Telapak tangannya pun ikut menempel. Gadis itu membenturkan kepalanya di dinding beberapa kali.
"Yailah, dia pake acara pipis di celana lagi," katanya pelan.
Di dalam ruang terapi, Rhea telah menyiapkan materi selanjutnya yang akan diberikan pada Adi. Lebih dari lima menit Rhea menunggu, tapi Widuri dan Adi belum juga kembali. Akhirnya Rhea keluar ruangan dan menyusul mereka di toilet. Toilet di Rumah Ananda sebenarnya lebih mirip kamar mandi di rumah-rumah yang di dalamnya terdapat kloset, bak mandi dan shower.
"Neng, si Adi udah belum pipisnya?" tanya Rhea sambil mengetuk pintu.
Penyelamat gue datang. Kenapa ga dari tadi, sih?
"Udah," jawab Widuri sambil membuka pintu.
"Dia udah pipis noh, di celana," lanjut Widuri.
Rhea melihat celana Adi dan benar, celana coklatnya basah.
"Yah, Adi. Kok bisa pipis di celana lagi? Kan kemaren udah pintar pipisnya," ucap Rhea lemas. Widuri berjingkat pelan sambil menggigit bibir bawahnya hendak keluar dari toilet. Rhea dengan cepat menangkap tangan Widuri.
Buset dah nie cewek, gerakannya cepet banget. Baru juga mau kabur.
"Jangan ke mana-mana lo. Ini anak diajarin mandi aja, deh. Biar sekalian basah."
Waktu untuk belajar mandi sebenarnya masih lama, menjelang makan siang. Tapi, Adi terpakasa harus belajar mandi karena separuh badannya telah basah dengan air kencingnya. Terkadang materi yang diajarkan memang sering berubah mendadak, tergantung situasi dan kondisi yang berlangsung saat itu.
"Ya udah, lo mandiin, deh. Asik, gue bisa santai. Mandiin yang bersih ya, Bu."
Ada sedikit rasa senang karena bisa terbebas dari Adi. Widuri hendak meninggalkan Rhea dan Adi, tapi lagi-lagi Rhea berhasil meraih tangannya.
"Mau ke mana lo? Lo yang mandiin, tanggung jawab lo. Lo buka pakaiannya! Gue ngambil handuk sama baju gantinya dulu," tegas Rhea lalu meninggalkan Widuri dan Adi.
Widuri sudah benar-benar ingin teriak. Apes benar nasibnya hari ini. Widuri semakin pusing. Dia sama sekali belum pernah memandikan anak kecil, mengingat dirinya anak paling kecil dalam keluarga. Apalagi yang harus dia mandikan sekarang adalah anak laki-laki berkebutuhan khusus. Lengkap sudah penderitaannya. Rasanya ia ingin jam kerjanya cepat-cepat selesai.
Widuri mengingat ritual mandinya, lalu menerapkannya pada Adi. Widuri membantu Adi memakaikan sampo di kepala Adi. Dia memegang tangan kecil itu lalu mengarahkannya untuk keramas. Widuri juga membantu Adi untuk memakai sabun diseluruh badannya.
Setelah semua badan Adi penuh dengan busa sabun, Widuri mengambil gayung berisi air. Dia mundur beberapa langkah untuk menghindari cipratan air. Mendadak Adi memutar keran shower yang berada tidak jauh dari posisinya, seketika air mancur membasahi Widuri dari ujung rambut sampai ujung kaki. Habis sudah kesabarannya.
"AAADDDIIIIII...," teriak Widuri lalu membanting gayung yang dipegangnya ke lantai. Dengan cepat dia memutar keran agar dirinya tidak semakin basah.
Suara gayung menghantam lantai terdengar di telinga Rhea yang duduk tidak jauh dari toilet. Menangkap ada sesuatu yang tidak beres, Rhea buru-buru ke toilet dan langsung membuka pintu dengan sekuat tenaga.
"Ada apa, Neng?" tanyanya panik. Tapi, begitu Rhea melihat penampilan Widuri sekarang, dia langsung tertawa terbahak-bahak. Sahabatnya itu kini telah basah kuyup.
"Puas lo?" katanya jengkel, "Minggir!" lanjutnya. Widuri keluar dari toilet, tangannya bersentuhan dengan tangan Rhea. Rhea hanya senyum-senyum saja lalu membilas busa sabun dan sampo di tubuh Adi.
Rhea naik ke lantai dua, ke tempat anak-anak latihan menjemur pakaian.
KAMU SEDANG MEMBACA
PROMPTER: Cinta dalam Ketidaksempurnaan
ChickLit[TAMAT] #1 autis per 22 Sept - 21 Okt 2019 Widuri, seorang lulusan sastra Indonesia mempunyai mimpi menjadi editor, tapi tak ada satu pun panggilan interview yang datang. Sampai akhirnya, Rhea, sahabatnya, menawarkannya untuk bekerja sebagai prompte...