Widuri melangkahkan kaki memasuki gedung. Dia mengenakan kebaya kutu baru yang dipadukan dengan kain batik untuk bagian bawahnya serta sepatu hitam berhak pendek yang membuat penampilannya terlihat anggun dan elegan.
Widuri tidak terlalu banyak terlibat dalam acara ini karena Tyra tidak datang untuk menampilkan bakatnya. Gadis kecil itu masih sakit. Paling Widuri bisa membantu dalam hal lainnya.
Di sudut ruangan, Arsenio sedang berkumpul bersama orang tuanya dan juga Mokmok, sekuriti rumah Arsenio di Medan. Dia memaksa ikut untuk menyaksikan acara pentas seni. Mokmok terpukau begitu melihat Widuri memasuki ruangan.
"Bah, bening kali, Bang," ucap Mokmok tanpa berkedip sambil memandang Widuri. Arsenio menoleh dan ikut terpukau melihat kecantikan Widuri. Biasanya gadis itu hanya mengenakan kemeja, celana jin, tas ransel, dan sneakers.
"Dia bagianku! Jangan coba-coba kau ganggu!" tegas Arsenio.
"Bah, macam mananya Abang ini? Setiap ada yang bening, pasti kau sikat. Padahal tadi aku yang duluan lihat dia," gerutu Mokmok. Mereka semua tertawa mendengar gurauan Mokmok.
***
Dugaan Widuri kalau anak berkebutuhan khusus tidak bisa berkarya ternyata salah. Semua undangan yang datang dibuat takjub dengan penampilan anak-anak.
Saat pertama kali memasuki gedung, para undangan disambut dengan pameran lukisan yang dilukis sendiri oleh Vonny. Alunan musik dari permainan piano Sachi juga menemani para undangan menikmati lukisan. Jauh ke dalam, terbentang spanduk bertuliskan "Pagelaran Seni Rumah Ananda. Dengan Cinta Dan Kasih Sayang Semuanya Akan Terasa Indah."
Arsenio naik ke atas panggung dan membuka acara. Penampilannya malam ini jauh berbeda dari biasanya. Jas hitam dan sepatu kulit mengilat dengan hak pendek di bagian belakang membuatnya terlihat gagah. Hati Widuri bergetar begitu melihat penampilan Arsenio. Apalagi saat lelaki itu sedang menyampaikan tujuan diadakannya acara pentas seni, dia terlihat begitu berkarisma.
Setelah Arsenio menyampaikan kata sambutan, Adi naik ke atas panggung dan menampilkan tariannya, Cing-cing berlenggak-lenggok di panggung bak peragawati, kemudian disusul dengan penampilan anak-anak lainnya.
Hati Widuri terasa hangat melihat penampilan mereka. Walaupun Tyra tidak jadi tampil, namun semua di luar dugaannya. Kalau tidak melihat langsung mungkin Widuri tidak akan percaya dengan semuanya. Penampilan mereka sangat bagus, walaupun tidak sempurna seperti anak-anak normal. Tapi, itulah kelebihan mereka. Setiap anak punya bakat.
Acara pentas seni berlangsung lancar dan dapat dikatakan sukses. Banyak donatur yang tergerak untuk membantu Rumah Ananda. Semua para undangan berdiri dan memberikan tepuk tangan. Setelah membungkukkan badan sebagai tanda hormat, Arsenio mempersilakan tamu-tamunya untuk menikmati hidangan yang telah disediakan.
"Kenapa kau senyum-senyum sendiri?" tanya Arsenio yang membuyarkan lamunan Widuri. Lelaki bertubuh tambun itu berdiri tepat disebelahnya.
"Mereka hebat," jawab Widuri. "Gue harus belajar banyak, terutama untuk bisa mencintai mereka apa adanya," lanjutnya lagi. Pandangannya terarah pada anak-anak yang baru saja tampil menutup acara.
"Aku bersedia mengajari kau untuk mencintai apa adanya," kata Arsenio.
Widuri menoleh ke arah Arsenio. Pandangan mereka bertemu dan untuk beberapa saat mereka saling pandang tanpa berkata apa pun.
"Widuri, rupanya kamu di sini juga," kata Pak Linggom membuyarkan adegan saling tatap itu. Di belakangnya berdiri Theo yang celingak celinguk mencari Rhea.
"Loh, Papa kok di sini?" kata Widuri terkejut.
"Ini acara yang Papa bilang. Kamu kenapa ada di sini?"
"Yang ngadain acara ini tempat kerja Widuri, Pa," jawab Widuri.
"Loh, ada Arsenio di sini. Ini orang yang mau Papa kenalin ke kamu. Dia orang baik. Jarang ada anak muda seperti dia," tutur Pak Linggom penuh semangat.
Widuri memandang Arsenio bingung. Sementara Arsenio menatap Widuri sambil menaikkan sebelah alisnya.
"Berarti kalian sudah saling kenal ya? Baguslah kalau begitu. Kalian lanjut mengobrollah, Papa mau ambil minum dulu." Pak Linggom meninggalkan Widuri dan Arsenio.
"Neng, Abang orang baik lho. Jalan sama Abang yuk," goda Arsenio. Sesungguhnya dia juga sedang menyatakan isi hatinya. Tangan kanannya dikepal dan ditempelkan dipinggangnya sehingga terbentuk celah berbentuk huruf O. Arsenio menanti Widuri menggandeng tangannya.
"Rese lo!" balas Widuri kemudian meninggalkan Arsenio. Jantungnya berdebar kencang dan pipinya memerah. Arsenio tertawa lalu berlari kecil mengejar Widuri.
~ TAMAT~
=========================
Hai, Teman. Terima kasih sudah membaca Prompter sampai Tamat. Kalian keren.
Terima kasih untuk teman-teman kamAksara yang mendukung aku setiap hari supaya cerita ini selesai. Sampai-sampai ada yang nemenin aku sampai tengah malam buat bahas Widuri dkk. Wkwkwk
Terima kasih buat Evelyn Tanugraha karena sudah mengijinkan Spekta Radio untuk aku pakai sebagai stasiun radio favoritnya Widuri. Kalian bisa baca kisah tentang Spekta Radio di AM FM milik Gavet Lou. Kalau kalian jeli, kalian akan menemukan part yang sama dengan part di Prompter.
Terima kasih buat Mba Irohsuirah, ide temanya sudah aku pakai dan aku kasih bold di atas.
Tadinya aku memang berencana nulis Prompter ini sampai part 60. Tapi berhubung naskahnya panjang banget, jadi ceritanya aku bagi dua.
Sekali lagi terima kasih buat semuanya. Nantikan karya-karyaku yang lainnya.
Salam
🙏🏻
KAMU SEDANG MEMBACA
PROMPTER: Cinta dalam Ketidaksempurnaan
ChickLit[TAMAT] #1 autis per 22 Sept - 21 Okt 2019 Widuri, seorang lulusan sastra Indonesia mempunyai mimpi menjadi editor, tapi tak ada satu pun panggilan interview yang datang. Sampai akhirnya, Rhea, sahabatnya, menawarkannya untuk bekerja sebagai prompte...