Ponsel di atas meja makan bedering. Sambil memasang ikat pinggang, Arsenio menatap layar ponsel. Tangan gempalnya langsung menekan tombol hijau dan mengaktifkan loudspeaker.
"Horas, Mak. Ada apa, Mak?" tanya Arsenio pada penelepon.
"Sudah zalan kau?" Mama Arsenio balas bertanya dengan logat batak yang sangat kental.
"Belum, Mak. Sikit lagi. Masih beres-beres aku," jawab Arsenio. Matanya tertuju pada tangannya yang sedang mengancingkan kepala ikat pinggang berwarna hitam.
"Ah, lambat kali kau zadi laki-laki. Macam perempuan saza. Bisa ketinggalan pesawat kau nanti."
"Tenang, Mak. Udah siapnya semua barang-barangku."
Arsenio mendengar suara klakson mobil dibunyikan sebanyak dua kali. Ia melongok ke teras, rupanya taksi yang diordernya sudah siap di depan rumah.
"Berangkat dululah aku ya, Mak. Sudah datang taksiku."
"Hati-hati di zalan. Zangan sampai ada yang ketinggalan," kata Mama menasihati.
"Siap, Bos."
Arsenio pamit lalu mematikan sambungan telepon. Ia memakai jaket dan menarik ritsletingnya sampai di dada. Leher kaus oblongnya masih sedikit terlihat. Arsenio mengalungkan headphone di lehernya dan menggantungkan tas ransel biru di pundak kanan. Ia menarik koper berukuran sedang kemudian memasukkannnya ke dalam taksi. Arsenio siap berangkat meninggalkan sejuknya kota Bandung. Taksi biru berlogo burung membawanya ke Bandara Internasional Husein Sastranegara.
Matahari bersinar cerah pagi ini, membuat kota Bandung terasa hangat. Arsenio melepas jaket dan memasukkannya ke ransel. Sambil duduk di kursi tunggu, Arsenio memperhatikan orang yang berlalu-lalang. Banyak turis di bandara Husein, khususnya yang berasal dari Malaysia. Arsenio bisa langsung tahu begitu mendengar mereka berbicara dalam bahasa Melayu. Arsenio langsung teringat serial kartun favoritnya di tivi, Upin & Ipin. Apalagi saat Upin, Ipin, dan kawan-kawan menyanyikan lagu Pisang Goreng Ngap Ngap. Lirik lagu tersebut otomatis muncul di otaknya.
Hari ini hari goreng pisang
Kena bagi dua ringgit sorang
Jangan bagi seribu alasan
Bagi saja duit pada kami
Goreng pisang... goreng pisang...
Goreng pisang... pisang goreng
Ngap Ngap
Sama-sama kita makan pisang goreng
Ngap-Ngap
Arsenio menelan air liurnya. Mendadak ia ingin makan pisang goreng. Matanya memandang ke sekeliling, mencari toko yang menjual pisang goreng. Dia menemukannya. Sambil menyeret kopernya, Arsenio berjalan mendekati pisang yang digoreng menyerupai kipas. Ketika dia melihat harganya, Arsenio kembali menelan ludah.
Mahal kali. Banyak kali dia ambil untung. Nanti kalau sampai Medan, kuminta Mamakku buatlah. Bisa puas aku makan pisang goreng.
Arsenio kembali ke tempat duduknya yang belum ditempati orang lain. Sambil bersandar, ia membaca buku yang di bawanya. Tak lama kemudian terdengar pemberitahuan bahwa penumpang dengan tujuan Medan diperbolehkan masuk ke dalam pesawat. Arsenio menyimpan bukunya lalu berjalan mengikuti arahan petugas.
***
Hujan turun sangat deras, membuat bintang-bintang tak mau menunjukkan sinarnya. Widuri duduk bersila di atas kasur. Laptop kesayangannya pun sudah siap bekerja. Jari lentiknya mulai menari di atas tuts keyboard. Alunan lagu dari live streaming Spekta Radio menemaninya menghabiskan malam terakhir di kamar kosnya.
Widuri mengetik, menghapusnya, mengetik lagi,dan menghapusnya lagi. Ternyata menulis surat pengunduran diri tidak semudahyang ia bayangkan. Dan ini adalahpengalaman pertamanya membuat surat pengunduran diri. Widuri memutuskan untuk berselancar di dunia maya,mencari contoh surat resign yang dapat ditirunya, dan akhirnya menemukan contohkalimat yang cocok. Ia hanya perlu mengganti nama, mengisi data pribadi, danmencantumkan alasan pengunduran dirinya. Beres.
KAMU SEDANG MEMBACA
PROMPTER: Cinta dalam Ketidaksempurnaan
ChickLit[TAMAT] #1 autis per 22 Sept - 21 Okt 2019 Widuri, seorang lulusan sastra Indonesia mempunyai mimpi menjadi editor, tapi tak ada satu pun panggilan interview yang datang. Sampai akhirnya, Rhea, sahabatnya, menawarkannya untuk bekerja sebagai prompte...