Pagi itu matahari bersinar cerah menghangatkan suhu tubuh yang terasa dingin. Yasa segera mengunci pagar, sementara Evan membawa dagangan ibu kost ditemani Indra, saat mereka berjalan mereka bertemu Mbak-Mbak depan kostan yang sedang menyiram tanaman.
"Pagi semua, wah seger-seger semuanya, udah pada sarapan belum?" tanya Mbak pertama.
"Pagi Mbak, nanti aja Mbak kalau sudah sampai kampus." jawab Yasa tersenyum.
"Loh itu bawa dagangan lagi ya?" tanya Mbak ke dua.
"Iya Mbak, mau beli?" tanya Yasa.
"Boleh deh, kita beli lima buah ya." jawab Mbak pertama, sementara Indra dan Yasa membantu mempersiapkan dagangan dan memberikan plastik berisi kue.
"Makasih ya Mbak." jawab Yasa tersenyum. Sementara Indra menerima uang yang diberikan dari Mbak ke tiga.
"Sama-sama, semangat ya belajarnya." kata Mbak ke dua.
"Iya Mbak makasih, ya udah kita jalan dulu ya." jawab Yasa.
Mereka pun dengan rasa bahagia berjalan menuju kampus.
Siang itu setelah jam pertama mata kuliah selesai Yasa, Evan dan Indra berjalan menuju kantin. Tak lama Aldo menyusul bersama Icha dan Vika.
"Hmm makan apa ya hari ini..." kata Evan sambil melihat sekeliling penjual makanan. Tak lama Evan memandang Vika yang dudum tersenyum dan meletakkan kotak makannya.
"Kenapa Evan? Mau makan siang bareng juga?" tanya Vika sambil meminum air dalam botol minumnya dengan sedotan.
"Ehehe.. Nggak, cuma mau nebak, pasti hari ini thema lu aquarium ya?" tanya Evan tersenyum memandang Vika dari rambut hingga ujung kaki.
"Lu liatin apaan sih! Sampe nunduk-nunduj gitu ke bawah kolong meja!" Kata Icha heran.
"ini, gua lagi perhatiin Vika hari ini, ternyata temanya aquarium." sahut Evan.
"Ih, bukan aquarium, tapi nuansa laut. Ada gambar ikan nemo, dory." jawab Vika.
"Oh laut ya? Oh ya bener, bajunya warna biru laut, sepatunya warna putih, bandonya ada kerangnya, trus tas nya ada gambar udangnya, sekilas kaya warung seafood ya." jawab Evan.
"Ih kok warung seafood?" jawab Vika merengut.
"Udah sih ribut bae berdua! Jangan gangguin Vika bisa gak!?" sahut Icha.
"Kan cuma kagum doang Cha." jawab Evan dengan mulut komat kamit memandang Icha.
"Lu mau makan gak Van? Buruan pesen." kata Yasa.
"Iye bawel, lu kaya aki-aki lagi ngomelin cucu nya ih!" jawab Evan sambil beranjak dari duduknya dan memesan semangkuk bakso malang.
"Hmm.... Aldo mah makan apa?" tanya Vika tersenyum.
"Hmm apa ya, kayaknya pesen nasi goreng aja." jawab Aldo tersenyum. Akhirnya smua menikmati makan bersama sambil membahas mata kuliah. Sementara Aldo hanya terdiam sambil mengunyah nas gorengnya.
"Lu kenapa Al? Kok diem aja?" tanya Icha.
"Hmm.. Nggak apa-apa kok." jawab Aldo tersenyum.
"Kalo ada masalah lu cerita aja Al, kali aja kita bisa bantu." jawab Yasa.
"Eeehh.. Gak apa-apa kok." jawab Aldo singkat.
"Jangan di pendem kek harta karun, ntar makin berat loh bebannya." kata Evan.
"Tumben lu pinter!" sahut Indra.
"Lah emang gua dari kecil pinter, waktu SD aja rapot gua ada merah nya." jawab Evan.
"Lah kalau ada merahnya berarti nila lu ada yang jelek pe'a!" kata Yasa.
"Ih nggak lah, jadi bagus warna rapotnya, masa warna hitam terus, sekali-sekali ada warna merah nya biar berwarna tulisanya." Jawab Evan.
"Emang yang merah dulu apa aja mata pelajarannya?" tanya Indra.
"Hmm.. Matematika, biologi, kimia, sosiologi, fisika.. Hmm apa lagi yaa...." jawab Evan.
"Lah itu mah pelajaran SMA kali!" sahut Icha.
"Oh, udah ganti ya mata pelajarannya? Tau deh gua lupa." jawab Evan sambil menggaruk-garukkan kepalanya.
"Pantes.." Sahut Yasa.
"Pantes apaan Yas?" tanya Evan bingung.
"Pantes lu suka telat mikir." jawab Yasa. dengan mulut komat kamit Evan menatap Yasa.
"Eh sebentar ya, gua mau izin ke toilet dulu." kata Aldo.
"Eh Aldo mau ke toilet? Gua ikut ah! Mumpung ada temennya hehehe. inget! Bakwan malang gua jagan ada yang di makan ya!" kata Evan sambil beranjak dan berjalan bersama Aldo.
Kemudian Aldo dan Evan berjalan menuju toilet yang berada di ujung lorong.
"Lu lagi mikirin apaan sih Al? Kek nya beban hidup lu berat banget." tanya Evan sambil menengok melihat Aldo.
"Hmm.. Nggak kok, emang gua kaya gini." kata Aldo.
"Kalo lu punya masalah jangan di pendem, kan skarang kita friend, jadi biar lu gak ngerasa beban sendiri. Kalau gua biasa ceplas ceplos, jadinya......."
"GEDEBUUUKKKKKKK!!!" Suara tubuh Evan yang menabrak pilar kampus.
"Eh Van, hati-hati, lagian lu jalannya gak liat ke depan sih." kata Aldo sambil menengok ke arah Evan.
"INI SIAPA SIH YANG NARO PILAR DISINI? NGALANGIN JALAN BANGET DAH! UDAH TAU GUA MAO LIWAT BUKANNYA MINGGIR!" kata Evan dengan wajah emosi menatap tembok pilar yang berdiri kokoh.
"Lah pilarnya gak salah Van, kan emang fungsinya buat menyangga atap gedung." kata Aldo sambil menahan tawa membantu Evan memegang tubuhnya.
"Iya tapi kan gua jadi ketabrak!" jawab Evan dengan mulut komat kamit melotot memandang pilar.
"Udah-udah sabar ya, yuk... Kita jalan lagi ke toilet, lu baik-baik aja kan?" tanya Aldo tersenyum sambil merangkul Evan.
"Iya tapi sakit kan jadinya." jawab Evan sambil mengusap-usap pipinya yang menabrk pilar kampus.
"Kasian pilarnya, semoga gak penyok-penyok tuh pilar." jawab Aldo perlahan.
"Apa?? Lu bilang apa?" tanya Evan memandang Aldo.
"Eh nggak, itu pilar nya kokoh banget berdiri disitu." jawab Aldo menahan tawa sambil merangkul Evan menuju toilet.
KAMU SEDANG MEMBACA
JINGGA 2 (BAB 1 s/d BAB 38 ).. End ✔️
HorrorCerita ini melanjutkan dari Jingga sebelumnya. Tentang tiga sahabat dan tiga mahasiswa bernama Yasa, Indra dan Evan yang menempati kostan dengan bangunan yang terlihat tidak begitu modern. Setelah mengetahui kejadian yang di alami oleh Jingga dan...