Malam itu semua tertidur pulas, suasana semakin senyap, hanya terdengar suara burung malam di alam terbuka, hawa dingin benar-benar membuat semuanya tertidur nyenyak. Tiba-tiba tv di kamar Aldo menyala, membuat ia terjaga, perlahan Aldo menbuka matanya dan melihat tv yang menyala, kemudian dengan sedikit malas Aldo bangun dari tidurnya dan meraih remot tv. Saat kembali ke ranjang ia melihat Evan yang tertidur pulas dengan gaya kayang nya, dan mulut yang terbuka. Terlihat bantal guling dan selimutnya yang sudah terjatuh di lantai. Dengan perlahan Aldo duduk di ranjang dan beranjak dari kasurnya untuk mengangkat bantal guling Evan.
Dengan perlahan Aldo juga mengambil selimutnya dan meletakkan di tubuh Evan. Tiba-tiba Evan menggerakkan kakinya dan menendang area vital Aldo. Sontak membuat Aldo meringis kesakitan. Dengan rasa mulas Aldo berusaha menahan rasa ngilu dan mules karena tendangan dari kaki Evan.
Aldo pun membalikkan badan dan perlahan membuka celananya, memastikan alat vitalnya dalam kondisi baik-baik saja.
"Aduhh.. Untung gak apa-apa." guman Aldo perlahan.
Tiba-tiba Evan merubah posisinya, menendang bokong Aldo, hingga membuat Aldo tersungkur di ranjang.
"Ya ampun, pantes gua di ingetin sama Yasa sama Indra tadi, baru tau gua kalau Evan tidurnya begini." gumam Aldo.
Kemudian Dengan perlahan Aldo merangkak ke ranjangnya dan kembali menarik selimutnya. Saat ia memejamkan mata Aldo tak menyadari ada sosok mahluk yang berdiri di pojok pintu kamar, rambut yang panjang, rambut acak-acakan dan tatapan tajam.
Di kamar Yasa dan Indra terlihat senyap, hanya lampu tidur berwarna kuning yang menyinari ruang kamar. Yasa tak menyadari selimutnya seperti ada yang menarik ke bawah, Yasa pun mulai merasa kedinginan dan membuka matanya memastikan keadaan dirinya. Yasa pun duduk di kasur sambil melihat Indra yang masih tertidur pulas, kemudian Yasa berusaha mengambil selimutnya dan menariknya ke kasur. Saat Yasa berdiri dari duduknya ia melangkahkan kaki ke pintu kamar dan namun ia tak menyadari ada sosok kepala dengan mata yang putih muncul dari bawah kasurnya.
Kemudian di Kamar Vika dan Icha suasana terlihat terang, mereka terlihat tidur dengan nyenyak. Tiba-tiba lampu kamar berkedip beberapa detik, dan bangku di ujung kamar seperti bergeser membuat Icha terbangun. Ia memastikan suara itu dan berusaha beranjak dari tidurnya. Icha pun berdiri dari kasur dan berjalan membuka pintu kamarnya, berjalan menuju dapur untuk mengambil segelas air mineral dari kulkas, dengan suasana dapur yang redup dan senyap Icha memberanikan diri. Tak lama Yasa pun juga keluar kamar. Icha pun menengok ke arah kamar Yasa.
"Eh gua pikir siapa, lu ngapain Cha?" tanya Yasa sambil menghampirinya.
"Gua haus, makannya gua keluar, gua lupa bawa air ke kamar." jawab Icha. "Lah elu mau ngapain? Indra udah tidur?"
"Ohh, sama gua mau minum. Hmm.. Indra tidur nyenyak banget, mungkin hawanya dingin kali jadi tidurnya nyenyak." jawab Yasa.
"Iya dingin banget. Padahal gua udah pake sweater loh ini." kata Yasa.
Tiba-tiba Yasa dan Icha terkejut mendengar sesuatu dari ujung dapur.
"Bunyi aapaan tuh?" tanya Icha menengok ke arah pintu.
"Paling tikus, ya udah yuk kita lanjut tidur. Besok kita jalan-jalan." kata Yasa yang kembali ke kamarnya setelah meneguk air mineral, sementara Icha pun juga kembali ke kamarnya dan menutup pintu.
Mereka tak menyadari ada sosok wanita yang berdiri di balik pintu dekat dapur.
*Hanya sebuah ilustrasi gambar.
KAMU SEDANG MEMBACA
JINGGA 2 (BAB 1 s/d BAB 38 ).. End ✔️
HorrorCerita ini melanjutkan dari Jingga sebelumnya. Tentang tiga sahabat dan tiga mahasiswa bernama Yasa, Indra dan Evan yang menempati kostan dengan bangunan yang terlihat tidak begitu modern. Setelah mengetahui kejadian yang di alami oleh Jingga dan...