Yasa menutup pagar setelah mobil Aldo masuk ke dalam garasi. Sementara Indra turun dari mobil membawa tasnya. Yasa pun membuka pintu kostan.
"Yas! Ini si Evan di bangunin susah banget." kata Indra.
"Lah itu anak tidur di mobil pules banget, padahal jarak dari kampus ke sini gak jauh loh, di kira pulang piknik kali ya!" kata Yasa.
"Tau tuh, Van! Bangun! Mana tidurnya mangap, kaya tidur orang mudik ke kampung halaman." kata Indra, namun Evan masih tertidur dengan pulas.
"Sini gua yang bangunin." kata Aldo.
"Yah elu yang bangunin berasa di nina boboin sama lu Al hahaha, cuma Evan yang tau caranya." kata Indra sambil tertawa. Kemudian Yasa membuka pintu depan dan meletakkan tasnya di bangku teras, kemudian ia berjalan ke arah mobil.
"Van, ada tukang gorengan lewat, lu mau gak?" tanya Yasa.
"Hah? Manaaa? Mauuu…..!" jawab Evan dengan respon yang cepat dan gaya yang masih mengantuk. Sementara Aldo dan Indra hanya menahan tawa. Kemudian Evan turun dan berjalan ke arah pagar.
"Lah dia masih sempoyongan gitu jalannya, ngelindur yak?" kata Aldo.
"Udah biarin aja Al dia maunya kaya gimana." jawab Yasa sambil menutup pintu mobil.
"Tapi kasian liatnya." sahut Aldo yang langsung mengunci mobil dengan sensor.
"Mana abang gorengannya?" tanya Evan yang berdiri dan sambil memegang pagar.
"Woy! Masuk! Tadi abangnya udah lewat dari tadi!" kata Yasa dengan tertawa dan gaya cueknya. Kemudian Evan membalikkan badan dan menatap Evan dengan mulut komat kamit. Akhirnya mereka masuk ke dalam kostan. Saat Evan menutup pintu dan menyeret tas nya ia seperti menarik-narik sesuatu.
"Yas! Ini kenapa pintunya susah di tutup? Udah rusak ya?" tanya Evan denga mata yang setengah terpejam.
"Astaga! Itu lu nutup pintu tapi tas lu masih nyangkut di luar Evan!" kata Indra.
"Oh gua pikir pintunya rusak, besok ganti lah pintunya yang otomatis bisa kebuka, kaya di emol-emol gitu, yg ada sensornya." jawab Evan dengan mulut komat kamit.
"Banyak gaya lu! Makan masih pake telor sama kecap aja pake segala mau ganti pintu otomatis. Riya banget lu!" canda Yasa. Sementara Aldo dan Indra hanya tertawa melihat tingkah Evan.
Malam itu mereka sedang belajar di ruang makan. Dengan serius Yasa sedang menjelaskan tugas pada Indra dan Evan. Tak lama telfon Indra berdering. sementara yang lainnya hanya menatap Indra heran.
"Ndra kok gak di angkat?" tanya Yasa.
"Gak tau, ini kok privat number?" tanya Indra.
"Udah angkat aja, kali aja dari keluarga lu. Lagian lu kan jarang - jarang terima telfon." kata Evan.
"Ah gua males kalo gak ada nomor yang jelas." kata Aldo.
"Ya udah sini gua yang angkat." sahut Yasa.
"Oke.. Ok gua yang angkat. Halo?" sapa Indra saat mengangkat telfonya. Namun tak ada suara apapun yang terdengar.
"Siapa Ndra coba lo loud speaker!" kata Evan.
"Halo.. Halo, dengan siapa ini?" tanya Aldo penasaran. Namun hanya terdengar suara nafas yang sedikit terengah-engah, membuat Aldo dan yang lainnya saling menatap bingung.
"Eh lu nelfon sambil marathon ya?" tanya Evan.
"Pem…bu…nuh…..!" terdengar dalam suara di telfon saat menggunakan loud speaker. Sontak membuat yang lainnya terkejut. Indra segera mematikan telfonya.
"Idiihh, kok ngomongnya gitu? Suaranya cewek yak?" tanya Evan dan langsung mendekap tangan Aldo.
"Iyak! Ih aneh banget sih!" kata Indra dan meletakkan kembali handphonya di atas meja.
"Ya udah tenang.. Tenang… kita lanjut belajar lagi ya." jawab Yasa. Mereka pun kembali fokus mengerjakan tugas.
"BRAAAAAAAAAAKKKKKKK!!!" Terdengar suara seperti sebuah pukulan ke pintu. Yasa dan yang lainnya terkejut dan menoleh ke arah kamar kosong itu.
"Udah ah, yuk belajar di kamar aja yuk!" kata Evan.
"Ya udah yuk yuk pindah ke kamar." jawab Yasa. Kemudian mereka merapihkan buku dan laptop. Saat yang lainnya masuk dan Indra mematikan lampu. Ia terdiam, Indra merasa seperti ada bayangan yang melintas keluar dari kamar kosong itu. Dengan bergegas Indra masuk ke dalam kamar depan menyusul yang lainnya.
Malam itu suasana senyap, hanya suara kipas yang terdengar menderu membawa hembusan angin ke area kamar. Tanpa disadari ada rambut yang acak-acakan dan kepala yang mendekat merayap di dinding mendekat ke kepala Indra. Tatapan mahluk itu sangat tajam, bau anyir seperti darah menyengat ke hidung Indra. Saat Indra membuka matanya Indra terkejut, matanya membelak dan kepalanya mengoyang perlahan, gerakan itu kaku. Tak lama Indra memejamkan mata. Namun bibirnya tersenyum seperti ada sebuah energi yang merasukinya.
*Hanya sebuah ilustrasi gambar.
KAMU SEDANG MEMBACA
JINGGA 2 (BAB 1 s/d BAB 38 ).. End ✔️
TerrorCerita ini melanjutkan dari Jingga sebelumnya. Tentang tiga sahabat dan tiga mahasiswa bernama Yasa, Indra dan Evan yang menempati kostan dengan bangunan yang terlihat tidak begitu modern. Setelah mengetahui kejadian yang di alami oleh Jingga dan...