Pagi itu Yasa, Aldo dan Evan datang ke rumah Aldo. Terlihat keluarga Aldo datang, suasana berkabung dan haru terasa sangat kental. Mamahnya Aldo terus saja menangis dan memeluk saudaranya. Tak lama Mbok Darmi memberikan minuman pada Yasa dan yang lainnya.
"Makasih Bu." jawab Yasa tersenyum.
"Sama-sama, monggo silahkan diminum." jawab Mbok Darmi dan kembali pergi ke dapur.
"Rumah nya Aldo gede banget yak? Bagus juga rumahnya, itu ada aer mancur di taman depan, emang kagak kebuang-buang tuh aer nya?" kata Evan sambil meneguk segelas air dingin.
"Jangan norak deh, malu kalau kedengeran yang lain." jawab Yasa.
"Kok semalem lu gak bangunin gua?" tanya Evan.
"Udah!" jawab Yasa dan Indra kompak.
"Ciee kompak kaya paduan suara." jawab Evan sambil menunjuk Yasa dan Indra.
"Elu di bangunin susah, eh lu kenapa sih tidurnya kaya kecoa kebalik gitu?" tanya Indra.
"Ah masa? Perasaan gua tidurnya gak ngerasa gitu dah! Kan gua sweet banget tidurnya." jawab Evan. "Eh Vika sama Icha udah kalian kabarin?"
"Udah, katanya nanti pulang kuliah mereka kesini, mereka sekalian wakilin kita buat absen kelas." jawab Yasa.
Setelah dari pemakaman Yasa, Indra dan Evan kembali ke rumah Aldo. Terlihat Aldo hanya terdiam dan duduk bersama mereka.
"Al yang sabar ya, ikhlasin." kata Evan.
"Iya makasih Van. Iya gua udah ikhlas kok." jawab Aldo.
"Emang kejadiannya murni kecelakaan? Bukan di tabrak atau dirampok?" tanya Evan masih penasaran.
"Iya murni kecelakaan tunggal." jawab Aldo.
"Al, maaf gua mau tanya sama lu, tapi maaf sebelumnya ya. Ini emang bukan waktu yang tepat, tapi gua cuma mau selesaikan masalah ini." kata Yasa.
"Iya kenapa Yas?" tanya Aldo bingung.
"Hmmm.. Waktu lu liat foto seseorang di kamar kosong itu, trus lu langusung lari ke luar dan pergi. Emang kalau boleh tau lu kenal sama yang ada di foto?" tanya Yasa.
"Oh yang yang waktu Indra……" kata Evan.
"Sssstt! Van! Sambung Yasa dengan menatap tajam mata Evan. Dengan mulut komat kamit Evan hanya terdiam menunduk.
"Emang ada apa sama gua?" tanya Indra bingung.
"Hmm… gini, waktu lu kemasukan arwah Jingga elu masuk ke kamarnya. Trus lu kaya ngasih tau ada sebuah foto disitu." kata Yasa menjelaskan masalahnya.
"Trus?" tanya Indra bingung.
"Makannya gua mau tanya sama Aldo, kenapa lu pergi abis lihat foto itu? Atau….." kata Yasa.
"Atau apa?" tanya Evan penasaran.
"Atau lu merahasiakan sesuatu dari kita?" tanya Yasa sambil memandang Aldo. Sementara Indra dan Evan penasaran menatap Aldo. Terlihat Aldo terdiam dan menunduk. Matanya berkaca-kaca, pandangannya langsung mengalihkan ke arah luar jendela.
"Al lu mau ketawa ya? Kok bibir lu bergetar?" tanya Evan bingung.
"Nggak, gua gak ketawa kok." jawab Aldo tersenyum menatap Evan. Terlihat air matanya berlinang di pipinya.
"Aldo nahan nangis! Bukan mau ketawa! Lu gak peka banget sih jadi orang! Sono ke dapur!" kata Yasa.
"Oh nahan nangis, trus ngapain gua ke dapur?" tanya Evan bingung.
"Bantuin Ibu Darmi." Sambung Indra. Dengan mulut komat kamit Evan menatap Yasa dan Indra.
"Sebelumnya makasih ya, kalian emang teman-teman gua yang selalu menghibur gua. Kalian sangat respect dan solid banget. Beruntung banget gua bisa berteman dan masuk ke dalam kehidupan kalian. Jadi………." kata Aldo yang langsung menunduk dan menangis. Sementara Evan mengusap punggung Aldo untuk menenangkan. Kemudian Yasa beranjak dari duduknya.
"Lu mau kemana?" tanya Evan bingung.
"Mau ambil minum buat Aldo." kata Yasa.
"Gak usah! Biar gua aja yang pergi ke dapur, maap ya Al gua izin ke dapur." kata Evan.
"Iya gak apa-apa, maaf kalau ngerepotin kalian." jawab Aldo menghapus air matanya.
"Nggak kok, gak ngerepotin." Jawab Evan yang langsung beranjak dari duduknya dan pergi ke dapur untuk menemui Mbok Darmi.
KAMU SEDANG MEMBACA
JINGGA 2 (BAB 1 s/d BAB 38 ).. End ✔️
HorreurCerita ini melanjutkan dari Jingga sebelumnya. Tentang tiga sahabat dan tiga mahasiswa bernama Yasa, Indra dan Evan yang menempati kostan dengan bangunan yang terlihat tidak begitu modern. Setelah mengetahui kejadian yang di alami oleh Jingga dan...