Malam itu mereka mengangkat kasur dan meletakkannya di ruang tv, sebelum tidur mereka bermain kartu. Keseruan sangat terasa saat yang kalah mendapatkan coretan bedak yang sudah di campur dengan air.
"Hahahaa, ih lu cemong-cemong mukanya kaya anak depan kostan!" canda Evan sambil menunjuk Yasa.
"Lah elu kaya donat serebuan yang pake gula bubuk!" jawab Yasa sambil tertawa.
"Eh kok makin dingin ya?" kata Vika sambil menutup piyamanya dengan selimut. Tak lama terdengar suar rintik hujan.
"Hmmm, mantab! Udah berkabut, dingin, trus ujan. Andai disini bisa bakar api unggun seru kali ya, atau ada tungku panas gitu kaya di luar negri." kata Evan menggigil.
"Emang lu pernah ke luar negri?" tanya Indra.
"Udah dong, ke belanda, thailand, hongkong, sama bekasi." jawab Evan.
"Oh bekasi juga luar negri ya? Tempat siapa tuh beksi?" tanya Yasa tersenyum.
"Gak ada sih, cuman waktu itu gua ke mall sana doang hahaaha!" jawab Evan.
"Emang serius pernah keluar negri?" tanya Vika berbisik.
"Kagak, cuman mimpi doang sih, yang penting mimpi gua bisa ke luar negri." jawab Evan berbisik.
"Ih Evan bohong, katanya cuman mimpi doang tuh." kata Vika sambil memandang yang lainnya.
"Laah lemes banget mulut lu Vik!" jawab Evan dengan mulut komat kamit.
"Eh besok kita balik ke jakarta jam berapa? Kita check out nya paling lama jam sebelas siang loh." tanya Indra.
"Kita berangkat dari sini jam sepuluh pagi aja." sahut Yasa.
"Ya udah yuk kita tidur! Besok Aldo kan juga harus nyetir, kasian kalau dia ngantuk." kata Indra.
"Tenang, kalau Aldo capek, gantian gua yang bawa mobil." jawab Yasa.
"Iya nih, udah ngantuk, mana diluar hujan lagi, kita udahan yuk mainnya" sambung Vika.
Akhirnya mereka mengakhiri permainan kartunya dan meletakkan di meja, sementara yang lainnya pergi ke kamar mandi untuk membasuh wajah mereka secara bergantian.
Jam menunjukkan pukul satu pagi, suasana terasa senyap, hanya terdengar suara hujan. Terlihat Mereka tidur dengan nyenyak, kecuali Evan yang tidur dibatasi oleh bangku, hanya terlihat lampu dari arah dapur, sedangkan ruang tv terlihat gelap.
Namun mereka tidak menyadari ada sosok mahluk yang mengintip dari arah kamar mandi. Sekelebat sosok itu menghilang.
*Hanya sebuah ilustrasi gambar.
Aldo membalikkan tubuhnya menghadap dapur, terdengar seperti ada sebuah aktivitas di dapur, dengan perlahan Aldo membuka matanya, ia melihat ada sosok yang berdiri menghadap tembok. Sontak membuat Aldo terdiam pucat, tangannya mulai meraba dan menepuk punggung Yasa, seolah ia tak mau berpaling dari pandangannya, terasa hawa hangat dari kuping sebelah kiri Aldo.
"Yas itu.. Itu…siapa?" kata Aldo. Namun tak ada jawaban dari Yasa, namun Aldo hanya merasakan kehangatan di sisi sebelah kirinya, perlahan matanya melirik ke kiri, namun tak ada siapapun yang menghampirinya. Aldo mulai memberanikan diri menengok ke samping kiri, namun ia hanya melihat Yasa yang masih tertidur pulas. Aldo kembali menoleh ke arah dapur, namun sosok itu menghilang. Dengan jantung yang berdegup kencang Aldo membaringkan tubuhnya dan menutup wajahnya dengan selimut. Aldo terkejut saat ia merasakan sebuah pelukan.
Dengan memberanikan diri Aldo membuka selimutnya dan mengintip, ia terkejut ada sosok rambut berwarna hitam yang sedang memeluknya, Aldo tak dapat berkutik, keringatnya sudah mengucur deras. Ia kembali memejamkan matanya dan tak ingin melihat lagi, namun ia mendengar suara itu memanggilnya, dan Aldo seperti mengenali suara itu.
"Aldo….."
KAMU SEDANG MEMBACA
JINGGA 2 (BAB 1 s/d BAB 38 ).. End ✔️
HorrorCerita ini melanjutkan dari Jingga sebelumnya. Tentang tiga sahabat dan tiga mahasiswa bernama Yasa, Indra dan Evan yang menempati kostan dengan bangunan yang terlihat tidak begitu modern. Setelah mengetahui kejadian yang di alami oleh Jingga dan...