Seperti biasa malam itu Yasa, Evan dan Indra mengerjakan tugas di ruang makan sambil menikmati secangkir susu cokelat hangat. Angin berhembus datar cukup membuat hawa terasa sejuk di dalam ruangan. Tiba-tiba terdengar suara shower kamar mandi di dalam kamar mereka.
"Lah itu shower kamar mandi kok nyala? Lu tadi mandi gak ditutup ya?" tanya Yasa menatap Evan yang sedang menulis di buku.
"Idiihhh, nuduh nya luar biasa, kagak lah! Gua masih inget kok keran nya udah gua matiin!" jawab Evan dengan mulut komat kamit.
"Coba diliat, nanti air jadi boros loh kalau di diemin." jawab Indra yang sedang sibuk mengetik sambil mengusap tungkuk lehernya.
"Sono gih Van! Coba lu matiin keran kamar mandinya." Kata Yasa.
"Aaahhhh! Ogah! Temenin lah kalau mau nyuruh, udah tau gua paling males ngadepin hal-hal begitu." jawab Evan dengan mulut komat kamit. Kemudian Yasa menggelengkan kepala beranjak dari duduk nya dan berjalan perlahan membuka pintu kamarnya. Kemudian Yasa menengok ke belakang punggungnya dengan heran.
"Lu ngapain pipi lu nempel di punggung gua?" tanya Yasa.
"Hehehehhe, penasaran sih, cuma ngumpet doang di punggung lu." jawab Evan yang lagsung berdiri tegak mengusap punggung Yasa. Kemudian mereka melihat ke arah kamar mandi. Yasa segera masuk ke dalam kamar mandi dan mematikan keran shower dam berbalik arah ke pintu. Seketika Yasa melihat Evan yang menyender di pintu kamar mandi.
"Lu lupa kali tadi matiin keran nya." tanya Yasa.
"Ih sumpah Yas, kalau gua lupa seharusnya dari tadi air nya ngucur kedengeran dong." kata Evan membela diri.
"Trus siapa dong?"
"Mana gua tau, coba aja lu tanya sama keran nya siapa yang buka?" canda Evan dengan mulut komat kamit. Seketika lampu kamar mandi berkedip beberapa detik. Yasa dan Evan menatap ke arah lampu kamar mandi.
"listriknya gak kuat ya?" tanta Evan.
"Ah mana mungkin, kan kita gak perah masalah sama listrik." jawab Yasa.
"Berasa di club malem deh gua lampunya kedip-kedip." jawab Evan dengan cengengesan.
"Ya udah minggir, ngapain berdiri depan pintu!" kata Yasa. Tiba-tiba shower kembali mengeluarkan air. Yasa dan Evan menatap shower dengan heran.
"Lah kok nyala lagi? Apa udah kendor ya keran nya?" tanya Evan."kagak tau, lu tanya aja sama shower nya." jawab Yasa sambil mematikan keran shower dan berbalik arah menuju pintu kamar mandi.
"Idihh dia bales dendam loh." jawab Evan dengan mulut komat kamit memandang Yasa yang keluar kamar. "Ehh tungguin gua!"
Saat Evan dan Yasa keluar kamar terlihat lampu kamar kembali berkedip seperti ada sebuah energi yang menariknya.Selesai mengerjakan tugas Indra mencuci gelas di dapur, Yasa bermaim game di laptopnya. Sementara Evan sedang asik memegang handphonnya.
"Lu ngapain sih Van?" tanya Yasa tengah asik bermain game.
"Nih lagi foto selfie aja hehehe, iseng... Ternyata gua ganteng banget yak!" jawab Evan tersenyum memandang layar kameranya. Kemudian ia membalikkan kamera ke arah Indra yang sedang mencuci piring. Yasa pun sedikit melirik ke arah layar hamdphone Evan.
"Dih, PD banget lu! Ndra awas lu, di isengin sama Evan tuh, mau di foto-foto." kata Yasa. Sementara Indra membalikkan badan menghadap Evan sambil bertolak pinggang.
"Cekreekkkkkkkk"
"Ya ampun itu handphon lu kameranya bunyi banget?" tanya Indra.
"Hahahahahaha! Yah namanya juga handphone seadanya, coba sekali lagi gua foto lu!" jawab Evan membidik Indra yang sedang berdiri melipatkan tangannya ke dada.
"Cekreeeeekkkkk"
"Hehehehe, udah nih.. Eh tapi....." kata Evan terdiam, wajahnya sedikit pucat. "Yas... Yas! Coba liat deh...!" kata Evan menunjukkan hasil foto Indra.
"Ada apaan? Coba liat?" tanya Indra.
"Coba sekali lagi ya gua foto, lu diem disitu!" kata Evan.
"Cekreeeekkkkkkk"
"Emang ada apaan sih?" tanya Yasa menengok ke arah Evan dan melihat ke layar handphonnya. Yasa dan Evan terdiam pucat dan saling menatap.
"Kalian liat apaan? Jangan aneh-aneh deh!" sahut Indra.
"Ahhhhh Yas, gua gak mau liat lagi sumpah!" kata Evan yang langsung menarik baju Yasa untuk menutup matanya. Yasa pun terdiam sambil menatap Indra yang tetap berdiri memandang aneh ke arah Yasa dan Evan.
"Serius! Kalian liat apaan?" tanya Indra penasaran. Dengan perlahan Yasa memberikan handphon Evan menunjukkan sesuatu. Saat Indra meraih handphone Evan ia melihat fotonya dan terkejut. Indra pun membelak mata menatap Yasa.
"Udah apus deh itu fotonya?" kata Evan yang masih menutup matanya ke baju Evan.
"Ini apaan sih lu! Baju gua ntar sobek lah!" jawab Yasa. "Ya udah Ndra lu hapus coba."
Dengan perlahan Indra kembali melihat hasil fotonya. Ia terkejut melihat fotonya sedang berdiri, namun ada dua buah kaki yang bercucuran darah yang sedang duduk di punggungnya. Hanya terlihat kaki tanpa badan dan wajah. Indra pun menghapus foto itu, setelah di hapus ia meletakkan handphone Evan di atas meja dan mengusap-usap tungkuk lehernya.
"Pantes dari pagi gua ngerasa kaya pegel banget ya." jawab Indra. "Hmmm... Saya gak tau kamu siapa, tapi tolong jangan duduk di tungkuk leher saya ya. Please saya mohon." sahut Indra sambil berdoa. Yasa pun meraih handphone Evan dan kembali mencoba mengambil gambar Indra yang tetap bediri.
"Coba lu diem disitu, gua coba foto lagi." jawab Yasa.
"Cekreeeeekkkkkkkkk"
Dengan perlahan Yasa melihat hasil fotonya dan memperbesar gambarnya.
"Gimana Yas?" tanya Indra.
"Udah gak ada kok." jawab Yasa.
"Aahh udah apuss..! Apuss pleasee!" sahut Evan.
"Iya bawel! Ini mau gua hapus." jawab Yasa yang lagsung menghapus fotonya dan meletakkan handpone Evan di atas meja. Sementara Yasa dan Indra hanya saling menatap pucat.
*hanya sebuah ilustrasi gambar
KAMU SEDANG MEMBACA
JINGGA 2 (BAB 1 s/d BAB 38 ).. End ✔️
HorrorCerita ini melanjutkan dari Jingga sebelumnya. Tentang tiga sahabat dan tiga mahasiswa bernama Yasa, Indra dan Evan yang menempati kostan dengan bangunan yang terlihat tidak begitu modern. Setelah mengetahui kejadian yang di alami oleh Jingga dan...