Jam menunjukkan pukul satu pagi, rintik hujan mulai turun, sesekali terdengar gemuruh petir yang menyambar di langit. Angin sedikit menghembuskan dedaunan, membuat suhu kamar menjadi dingin. Saat petir kembali menggelegar cahaya nya sangat terlihat di luar jendel, namun ada sosok bayangan putih yang berdiri di luar jendela, hanya terlihat mata yang berwarna putih dan darah yang menetes di wajah mahluk itu.
Evan dengan gaya kayangnya tidur dengan sangat nyenyak, sesekali ia mengusap hidungnya dan membuka mulutnya, air liurnya menetes ke bantal. Terlihat Yasa dan Indra tidur menyamping, sementara Aldo dengan tidur terlentang sambil memeluk guling. Suara petir kembali terdengar, membuat Aldo kaget dan terbangun. Matanya melirik ke langit kamar, perlahan ia membalikkan tubuhnya ke arah Evan.
Aldo sangat terkejut saat ia melihat ada sosok bayangan putih yang tidur di samping Evan. Perlahan Aldo menelan air liurnya, jantungnya berdegup kencang, kemudian mengangkat kepalanya memastikan sosok itu di dekat Evan. Aldo terkejut saat mahluk itu tiba-tiba menatap dirinya dengan bola mata yang berwarna putih. Aldo berusaha memejamkan matanya. Tubuhnya gemetar, kemudian perlahan Aldo membuka matanya. Ia terkejut melihat mahluk itu menatap dirinya di hadapanya dengan wajah tersenyum dan gigi yang tampak putih.
"AAAAAAAAAAAAAAAAAAHHH!!" Teriak Aldo dan langsung duduk di kasur. Yasa dan Indra pun terbangun.
"Al, lu kenapa? Mimpi lagi?" tanya Yasa perlahan. Sementara Aldo tetap diam dan sedikit gemetar.
"Aldo, sadar, lu baik-baik aja kan?" tanya Indra. Kemudian Aldo menoleh ke arah Aldo dan Yasa, ia mengangguk memastikan semuanya baik-baik saja.
"Ya udah gua ambilin minum dulu ya." kata Indra. Terdengar suara gemuruh petir. Tak lama hujan pun turun.
"Gua ikut!" kata Aldo yang berusaha turun dari kasur. Yasa pun juga ikut menemani Indra dan Aldo ke luar kamar. Suasana di ruang makan gelap, hanya pantulan lampu kamar mandi luar yang menyinari. Perlahan Indra menyalakan lampu ruang makan dan membuka kulkas. Yasa menyuruh Aldo untuk duduk di bangku makan.
"Lu gak apa-apa?" tanya Yasa.
"Gak.. Gua gak kenapa-kenapa, tadi cuma mimpi doang." jawab Aldo.
"Nih minum dulu biar lu tenang." kata Indra memberikan segelas air dingin. Aldo meneguk air itu dan meletakkan gelasnya di hadapan nya. Rintik hujan masih terdengar di luar, angin berhembus sedikit kencang membuat hawa terasa dingin.
"Lu mimpi apa?" tanya Yasa.
"Hmmm… gua mimpi tidur di kasur itu, trus gua kebangun karena ada suara petir, pas gua balik badan ke arah jendela, gua liat si Evan ada yang temenin tidurnya."
"Trus?" tanya Indra dengan serius.
"Trus gua berusaha mastiin dong, gua angkat kepala gua, tapi mahluk itu nengok ke gua dan gua berusaha pejamin mata. Tapi karena gua penasaran gua coba buka mata lagi, dan gua kaget mahkuk itu ada di hadapan gua." kata Aldo dengan wajahnya yang terlihat takut.
"Oh ya udah gak apa-apa, semua baik-baik aja, jangan takut ya." kata Yasa.
"Tapi Yas." kata Aldo.
"Tapi apa?" tanya Yasa penasaran.
"Kejadiannya sama persis kaya sekarang, hujan turun deras di mimpi gua." kata Aldo.
"Oh, mungkin lu ngelindur kali. Kalau kata orang tua dulu ngelindur itu kaya mengigau dan halusinasi." kata Indra.
"Gua gak tau Ndra. Tapi kenapa gua yang selalu di hantui? Apa salah gua?" tanya Aldo bingung dengan wajah yang sedikit kacau. Tiba-tiba terdengar suara tangisan dari kamar ujung yang kosong. Sontak Yasa, Indra dan Aldo terdiam saling memandang. Mereka pun berdiri dari duduknya dan menghampiri kamar itu, Indra berusaha memberanikan diri menempelkan kupingnya ke pintu. Namun tangisan itu menghilang. Indra menengok ke belakang dan memadang Aldo dan Yasa.
"KKKKKRRRRRRRRREEEEKKKK!!!" Tiba-tiba suara itu seperti garukan sebuah kuku yang menggaruk ke pintu. Sontak membuat mereka terkejut dan berlari ke kamar.
"DEBUUUUKKKKKKK…!!" Terdengar suara dari dalam kamar. "Haaaaaduuuhhhhhhh sakittttt!" teriak Evan yang terjatuh sambil memegang keningnya.
"Eh Van! Lu ngapain duduk disitu?" tanya Yasa.
"Mata lu kiceerrrrrrr!! Gak liat apa gua kejedot pintu gara-gara lu buka pintu!!" kata Evan sambil meringis dan mulut komat kamit.
"Yaaahh maaf Van, lagian gua pikir lu masih tidur!" kata Yasa.
"Gua kebangun denger suara petir, trus gua mau ke toilet, makannya gua bangun. Eh tunggu!" kata Evan bingung saat berusaha berdiri dari duduknya.
"Kenapa lagi?" tanya Indra yang masih berdiri dan menahan pintu kamar.
"Ini Yasa, Aldo, Trus Indra." kata Evan sambil menunjuk dan menghitung.
"Iya ini kita!" kata Indra.
"Trus.. Yang di.. Belakang Indra siapa?" tanya Evan dengan wajah sedikit pucat, perlahan Indra menoleh ke belakang, ia terkejut melihat sosok mahluk berwajah seram dengan mata yang melotot memandang Indra di dekat kulkas. Tiba-tiba Evan terjatuh di lantai.
"Yah Evan pingsan!" kata Yasa.
"Ya udah kita bantu gotong aja!" kata Aldo yang berusaha mengangkat Evan.
"Astaga ini anak gak gemuk, tapi kok berat banget ya?" kata Indra.
"Ya udah lah kita seret aja, sini gua tarik di ketiaknya, kalian bantu angkat kakinya aja." jawab Yasa. Kemudian mereka menyeret tubuh Evan ke kasurnya dan menyelimuti tubuhnya.
"Trus gimana ini?" tanya Aldo bingung. Yasa pun menempelkan kupingnya ke dada Evan. Kemudian Yasa mendekatkan telunjuknya ke hidungnya, dan memastikan denyut nadinya di tangannya.
"Denyutnya masih berdetak sih, hembusan nafasnya juga hangat, ya udah biarin dia pingsan deh, paling besok dia bangun." kata Yasa.
"Ini kasih minyak angin aja kali ya di dadanya, biar nafasnya legaan." kata Indra sambil mengusapkan minyak angin ke dada Evan. Kemudian Yasa menyalakan lampu kamar dan melihat keadaan sekitar.
"Al, gak apa-apa kan kalau lampu kamar nyala pas kita tidur lagi?" tanya Yasa.
"Iya gak apa-apa kok, ya udah gua mau cuci muka dulu." kata Aldo yang langsung masuk ke kamar mandi tanpa menutup pintu kamar mandi. Sementara Yasa dan Indra kembali ke kasur dan menarik selimut. Kemudian Aldo keluar kamar mandi dan menutup rapat pintu kamar mandi dan membaringkan tubuhnya ke ranjang.
"Ya udah kita tidur lagi ya, jangan lupa baca doa." kata Yasa. Kemudian mereka melanjutkan tidur di malam itu. Suara rintik hujan dan hawa dingin membuat mereka kembali tertidur dengan nyenyak.
KAMU SEDANG MEMBACA
JINGGA 2 (BAB 1 s/d BAB 38 ).. End ✔️
HorrorCerita ini melanjutkan dari Jingga sebelumnya. Tentang tiga sahabat dan tiga mahasiswa bernama Yasa, Indra dan Evan yang menempati kostan dengan bangunan yang terlihat tidak begitu modern. Setelah mengetahui kejadian yang di alami oleh Jingga dan...