BAB 8

2.3K 159 37
                                    

          Pagi hari burung-burung berkicau merdu, saling bersaut-sautan seraya menyampaikan pada alam akan kehadiran mereka. Kupu-kupu hilir mudik mengepakkan sayap indahnya mengeilingi bunga di taman. Yasa, Indra dan Evan berjalan melewati jalan menuju kampus sambil membawa titipan dagangan Ibu kost.
Setelah sampai di kampus mereka saling membantu melayani pesanan kue yang mereka jual.

     Siang itu setelah jam mata kuliah selesai mereka berkumpul di kantin. Yasa, Evan, Indra dan Aldo memesan semangkuk mie ayam. Sementara Icha memesan sepiring mie goreng.

     "Vika hari ini bawa menu apa?" tanya Evan sambil menyantap mie ayamnya.

     "Hari ini bawa orek tempe, ikan asin, sama  kerupuk." jawab Vika tersenyum.

     "Oh Cinderella nya penuh kearifan lokal ya." canda Evan.

     "Hah? Maksudnya?" sahut Icha.

     "Itu kan kota makan sama gambar botol minumnya gambar Cinderella, tapi menunya warteg banget, makannya kearifan lokal. Biasanya kan kalau cerita-cerita princess makannya mewah." jawab Evan.

     "Oohh.. Hahah bisa aja lu nyet!" jawab Icha.

     "Kok lu gak pake gaun kerajaan juga sih? Ka biar thema nya sama kaya gambar kotak makanny." tanya Evan.

     "Jangan dong, ntar gua gerah!" jawab Vika. Sementara Indra, Icha dan yang lainnya hanya menggelengkan kepala tersenyum mendengar percakapan mereka.

Namun Yasa memperhatikan Indra yang memegang lehernya berkali-kali, sperti merasakan sesuatu.

     "Lu kenapa Ndra?" tanya Yasa.

     "Gak tau nih, badan gua berat banget, kaya pegel gitu." jawab Indra.

     "Coba lu rentek leher lu, kali aja lu salah bantal." jawab Evan.

     "Rentek apaan?" tanya Yasa.

     "Ya kaya di goyangin lehernya gitu kaya mau diurut." jawab Evan.

     "Lu sakit Ndra?" tanya Aldo.

     "Gimana ya, gak sakit kaya demam sih. Cuma berat aja badan gua, trus kayanya gua kadang rada mual." jawab Indra sambil megusap-usapkan lehernya dan tetap menikmati mie ayamnya.

     "Coba Van lu kerokin gih, kali Indra masuk angin." jawab Icha.

     "Pake balsem? Mau gua kerokin Ndra? Minum obat gih." tanya Evan.

     "Ngga, makasih, mungkin gua salah bantal." jawab Indra tersenyum dan terus menikmati makan mie ayamnya.

     "Eh bentar ya!" kata Evan beranjak dari duduknya dan berlari ke suatu tempat.

     "Itu kenapa lagi dia tiba-tiba lagi makan langsung pergi?" tanya Yasa.
Tiba-tiba Evan menggandeng Aris dan menghampir mereka.

     "Mau kemana lu? Duduk sini aja!" tanya Evan. Sementara yang lainnya tersenyum melihat Aris yang bingung sambil menggenggam sebuah plastik hitam.

     "Lu bawa apaan Ris?" tanya Icha.

     "Hmmm ini Kak.. Bawa cemilan. Kaka mau?" jawab Aris menunduk sambil mengunyah kacang.

     "Wah tau aja kita lagi makan mie ayam, taro di meja aja kacang nya, ntar juga dibantuin makannya." jawab Evan sambil tersenyum memandang Aris.

     "Van! Jangan gitu ah! Udah lu mau makan mie ayam gak?" tanya Yasa memandang Aris.

     "Udah kak, tadi makan bubur ayam di kantin sana." jawab Aris menunjuk ke arah depan.

     "Kacangnya enak banget kayaknya." kata Evan sambil mengangkat alisnya tersenyum memberi tanda.

     "Evan!" sahut Yasa memandang Evan, dengan mulut komat kamit Evan menunduk dan menghabiskan mie ayamnya.

     "Udah tenang aja Ris, cemilan lu aman kalau ada kita." jawab Icha.

     "Iya kak makasih, aduuhh... Sakit." jawab Aris perlahan sambil meringis kesakitan.

     "Lu kenapa?" tanya Indra.

     "Itu di ciwit sama Ka Evan pahanya." jawab Aris mengadu.

     "Jangan suka gangguin orang lain!" kata Yasa dengan mata melotot menadang Evan sambil menjewer kuping Evan.

     "Iyaa iiyaaaaaa... Ish! Pake ngadu lagi!" jawab Evan dengan mulut komat kamit. Sementara yang lainnya terdenyum memandang Evan.

Selesai makan mereka membayar pesanan makan dan minum, kemudian mereka berjalan menuju kelas. Namun Yasa melihat Evan sedang menikmati seplastik kecil kacang koro.

     "Masih laper?" tanya Yasa.

     "Nggak, cuma ngemil doang." jawab Evan.

     "Tumben punya cemilan." tanya Yasa heran.

     "Dikasih sama Aris tadi."

     "Bohong! Orangnya mana?" tanya Yasa.

     "Udah pergi ke kelasnya kali." jawab Evan.

     "Jangan dibiasain ambil makanan orang ya!" kata Yasa memandang Evan dengan serius.

     "Iyeee..." jawab Evan dengan mulut komat-kamit.

     "Besok lu ganti cemilan si Aris!" kata Yasa.

     "Iyeee bawel!" jawab Evan yang langsung berlari membawa kacang koronya masuk ke dalam kelas. Yasa pun hanya menggelengkan kepala melihat tingkah Evan.

JINGGA 2 (BAB 1 s/d BAB 38 ).. End ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang