Aldo berdiri di tengah jalan, ia melihat kendaraan ramai berhenti dan terpaku pada satu pandangan, ia melihat suasana itu seperti tak asing buatnya, Aldo hanya melihat sekeliling dengan rasa bingung.
"Ada apa ini? Dimanakah aku ini?" ucapnya sambil melihat sekeliling, namun ia mulai tersadar melihat orang-orang di dalam mobil melihat sesuatu di sebrang jalan. Dengan perlahan Aldo menengok ke belakang, ia terkejut kerumunan orang, Aldo membalikkan badan dan berjalan perlahan ke arah kerumunan orang-orang, dan berusaha menerobos, Aldo terkejut melihat seseorang yang tergeletak dengan kepala penuh darah mengalir ke aspal dan mata yang masih membelak terbujur kaku.
"JINGGGGGGGGGGAAAAAAAAAAAAAAAAAAAA!!!!!!!" Teriak Aldo histeris, dan langsung terbangun dan duduk di kasur. Sontak membuat Yasa, Indra dan Evan terbangun.
"Al.. Aldooo! Lu kenapa bro?" tanya Yasa yang perlahan menepuk pipi Aldo.
"Bentar gua mau ambil air dulu." kata Indra yang langsung beranjak menyalakan lampu kamar dan bergegas ke luar kamar.
"Aldo, sadaaar, lu kenapa?" tanya Evan dengan panik berusaha menggoyang-goyangkan tubuhnya. Tak lama Indra masuk ke dalam kamar membawa segelas air mineral.
"Al, ini lu minum dulu, Al, lu sadar kan?" tanya Indra. Namun Aldo hanya terdiam, matanya memerah, jarinya kaku, lehernya seperti terpatah-patah, tatapannya kosong. Sementara Yasa, Indra dan Evan bingung dengan tingkah Aldo.
"Eh dia kaku banget loh badannya! Badannya dingin!" kata Evan sambil mengusap-usapkan tangannya.
"Eh lu ngapain Van! Kok jarinya lu kocok-kocok gitu?" tanya Yasa.
"Yaaa anuu biar gak tegang, makannya gua elus-elus." jawab Evan.
"Udah setop bukan begitu caranya! Jorok lu ah!" kata Indra. Dengan mulut komat Evan menghentikannya.
"Al… Aldoo, bangun…" kata Yasa.
Bola matanya bergerak tak karuan, dan perlahan Aldo menggerakan tangannya seperti merapihkan poninya.
"Idihhh kok Aldo ngondek?" tanya Evan bingung.
Kemudian Aldo mendorong Indra yang ada di hadapannya dan Indra berusaha menahan diri karena membawa segelas air.
"Astaga, kok lu jorokin gua Al?" tanya Indra bingung. Kemudian Indra meletakkan gelas di lantai dan memegang kedua jempol kaki Aldo.
"Lu ngapain Ndra? Kok jempolnya di pencet?" tanya Evan bingung.
"Gua mau mastiin aja, kalau dia kesakitan berarti bukan dia." kata Indra yang langsung memencet kedua jempol Aldo.
"Kalo dia gak kesakitan?" tanya Evan lagi.
"Berarti…. itu Aldo.." jawab Indra.
Yasa dan Evan makin bingung dengan ucapan Indra, kemudian Aldo mendunduk dan seperti meraung, tangannya seperti membentuk sebuah cakaran, jarinya tak karuan menekuk-nekuk, Aldo pun menangis.
"Kok Aldo nangis tapi gak keluar air mata ya? Al, lu kenapa?" tanya Yasa bingung. Kemudian saat Aldo menunduk, perlahan ia terdiam, matanya menatap Indra dan menunjuk ke arahnya.
"PEMMMBUUNUUUHH! KAAAAAAMUUU PEMBUNUHHHHHHHH!" Teriak Aldo dan meronta, seketika lampu kamar berkedip. Yasa, Evan dan Indra terkejut dengan teriakan Aldo. Dengan sigap Aldo berusaha mencekik Indra, sementara Indra berusaha melepaskan tangan Aldo.
"Eh Al! Sadar Al!" kata Yasa sambil menarik tangan Aldo, sementara Indra dengan napas tersedak dan berusaha berontak dari genggaman leher Aldo, Evan berusaha menarik Indra ke belakang hingga mereka terjatuh ke lantai.
KAMU SEDANG MEMBACA
JINGGA 2 (BAB 1 s/d BAB 38 ).. End ✔️
HorreurCerita ini melanjutkan dari Jingga sebelumnya. Tentang tiga sahabat dan tiga mahasiswa bernama Yasa, Indra dan Evan yang menempati kostan dengan bangunan yang terlihat tidak begitu modern. Setelah mengetahui kejadian yang di alami oleh Jingga dan...