BAB 19

2K 140 6
                                    

     Malam itu Evan dan Indra sedang menonton tv di kamar. Sementara Yasa dan Aldo sedang asik bermain game di ruang makan. Tiba-tiba lampu ruang makan berkedip, Aldo dan Yasa melihat ke arah lampu yang tergantung.

     "Waduh kenapa ini? Apa ada yang konslet ya?" tanya Aldo bingung.

     "Gak sih, biasanya gak begitu." jawab Yasa.
Tiba-tiba lampu semua padam, dan terasa gelap gulita. Indra dan Evan keluar dari kamar dan hanya menyalakan lampu flash dari hanphonenya.

     "Yah pake mati lampu lagi, padahal gak ada hujan." kata Evan yang memegang pinggang Indra.

     "Ini apaan sih lu pegang-pegang pinggang gua, sonoan dikit sih!" kata Indra. Kemudian Yasa membuka pintu depan dan melihat semuanya terasa gelap, hanya cahaya dari bulan yang terang menyinari jalan.

     "Semuanya mati lampu, ya udah ada lilin gak di dapur?" tanya Yasa.

     "Bentar gua cari dulu, kayaknya sih ada." sahut Indra.

     "Sory ya Al, kondisinya mati lampu disini." kata Yasa sambil duduk di depan laptopnya. Kemudian Evan duduk menghadap Yasa.

     "Iya gak apa-apa." jawab Aldo.

     "Wah tinggal satu lagi lilinya." kata Indra yang langsung menyalakan lilinya dengan mengambil api dari kompor dan meletakkannya di tengah meja beralaskan piring kecil.

     "Semoga mati lampunya cepet selesai ya, biar nanti kita tidur gak kepanasan." kata Evan.

     "Eh Al, mobil lu masukin garasi aja, biar nanti di gembok garasinya." kata Yasa. Kemudian Aldo mengambil kunci mobil yang berada di kamar dan keluar ditemani Indra. Sementara Yasa dan Evan ikut keluar dan duduk di teras depan. 
Setelah Aldo memasukkan mobil ke garasi, Indra segera menutup pagar dan menguncinya.

     "Ya udah kita disini aja, lumayan ada cahaya dari bulan." kata Evan yang duduk menyender di tembok. Saat Evan menoleh kepalanya ke arah laptop ia melihat cahaya layar laptop yang masih menyala. " Yas, itu laptop gak lu matiin?"

     "Udah kok, biar bantrenya gak drop." kata Yasa.

     "Itu masih nyala!" jawab Evan.

Kemudian Yasa beranjak dari duduk nya dan menoleh ke dalam melihat laptopnya yang menyala. Ia pun bergegas masuk ke dalam mematikan laptopnya. Sementara lilin masih tetap menyala di ruang makan dan Yasa bergegas keluar teras.

     "Wah berasa kemping ya kita? Coba kita bakar api unggun." kata Evan.

     "Asepnya gak santai cuy kalo bikin api unggun disini, scara ini kan komplek, bukan hutan." jawab Yasa. Seketika Indra beranjak dari duduknya dan masuk ke dalam.

     "Lu mau kemana Ndra?" tanya Evan.

     "Mau bikin susu cokelat." kata Indra, tak lama rintik hujan turun.

     "Wah pas banget Ndra! Disini ada tiga orang lagi kehausan, hehehe." kata Evan.

     "Ya udah bantuin gua yuk!" sambung Indra. Dengan mulut komat kamit Evan berjalan masuk bersama Indra ke dalam untuk membuat susu cokelat.
Saat Indra memanaskan air di kompor, Evan menyiapkan cangkir yang ia ambil di rak atas dan meletakkannya di meja. Tiba-tiba laptop Yasa kembali menyala.

     "Dih… kok laptop Yasa nyala lagi sih? Kan tadi dua udah dimatiin! Konslet kali yak!" kata Evan.

    "Ya udah lu matiin aja." jawab Indra sambil menyendok susu bubuk cokelat ke cangkir. Tiba-tiba tercium bau yang sangat menyengat yang terhembus angin.

     "Lu nyium bau wangi gak?" tanya Evan.

     "Iya, bau bunga, mungkin bunga dari taman, kan lagi hujan, kali aja ketiup angin dari luar, udah ini lu aduk aja susunya ya. Lu bawa dua cangkir buat lu sama Yasa." sahut Indra. Kemudian Indra berjalan keluar membawa dua cangkir.

     "Idiiihhh, gua di tinggal! Tungguin woy!" kata Evan yang bergegas mengaduk susu cokelatnya dan membawa dua cangkir nya. Namun saat Evan berjalan keluar tiba-tiba lilin yang berada di meja makan padam. Evan terdiam dan hanya melirik ke kiri. "Idihh, pait.. Paiit.. Pait.. Paitt." sambung Evan yang langsung berlari ke luar teras.

     "Lu kenapa Van? Kok ngomong pait? Emang susunya gak dikasih gula?" tanya Yasa. Kemudian Evan memberikan cangkir berisi susu kepada Yasa.

     "Bukan, itu tadi bau wangi di dalem, ya kan Ndra? Trus tiba-tiba lilinya mati. Trus laptop lu nyala. Makannya gua bilang pahit.. Pait... Pait." sahut Evan.

     "Lu pikir ngusir tawon pake bilang gitu! Ketiup angin kali. Eh yakin tadi udah matiin laptop gua?" tanya Yasa sambil meneguk secangkir susu cokelat.

     "Yakin, emang kenapa?" tanya Evan bingung.

      "Kok itu nyala lagi? Astaga!!" tanya Yasa saat melihat kedalam ruang makan dan Yasa terkejut.

     "Apaan Yas?" tanya Indra dan yang lainnya.

     "Itu ada yang duduk di depan laptop gua!" kata Yasa. Mereka pun mengintip ada sosok putih yang menunduk menghadap laptop.

 Mereka pun mengintip ada sosok putih yang menunduk menghadap laptop

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

*Hanya sebuah ilustrasi gambar.

JINGGA 2 (BAB 1 s/d BAB 38 ).. End ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang