Malam itu Yasa, Aldo, Evan dan Indra sedang menikmati makan malam di ruang makan. Suasana terasa dingin dan hanya saling memandang.
"Al, lu mau nambah?" tanya Yasa tersenyum.
"Nggak Yas, makasih." jawab Aldo terdiam.
"Ndra lu kok makannya dikit banget? Kenyang? Apa gak enak?" tanya Yasa.
"Gua cape Yas." kata Indra. Sementara yang lain hanya saling melirik dan memahami keadaan Indra.
"Abisin makannanya, ntar gua yang abisin loh." Sahut Evan berusaha mencairkan suasana.
"Van!" sahut Yasa menatap Evan. Dengan mulut komat kamit.
"Gua duluan ya, mau istirahat." jawab Indra yang langsung masuk ke dalam kamar.
"Yah kok ngambek? Kan cuman becanda." jawab Evan sambil menarik piring milik Indra.
"Heh! Tangan lu gak usah narik-narik piring orang!" kata Yasa.
"Ih sayang tau nasi gorengnya masih banyak, cuma ngambil kerupuk kok." jawab Evan tersenyum.
"Lu tadi dari mana Al?" tanya Yasa.
"Eehh.. Anuu tadi gua pulang sebentar ke rumah." jawab Aldo gugup.
"Gak bawa cemilan dari rumah?" tanya Evan yang asik menikmati nasi gorengnya.
"Nih anak makan mulu! Gemuk enggak tapi makannya banyak!" kata Yasa.
"Ia nih gak tau, kok gua laperan mulu yak!" jawab Evan.
"Lu gak apa-apa kan?" tanya Yasa.
"Gua gak apa-apa sih, gua juga masih sanggup ngabisin makanan lu kalo lu mau kasih mie gorengnya ke gua." sahut Evan yang tetap asik makan.
"Gua gak nanya sama lu!" jawab Yasa.
"Eehh dikira nanya, abis lu ngomong sama gua tapi gua gak fokus liat muka lu hehehe." jawab Evan tesenyum.
"Gua gak apa-apa kok, hmmm ya udah abis ini kita kerjain tugas yuk!" kata Aldo mengalihkan pembicaraan. Sementara Yasa mengangguk tersenyum.
*****
Sementara itu di rumah Aldo terlihat Angga sedang menikmati makan malam bersama mamahnya. Mbok Darmi menyiapkan minuman dingin dan kembali ke dapur.
"Angga, apa kamu mau pulang kesini?" tanya mamahnya.
"Gak tau mah, aku lagi bosen di tempat Om." jawab Angga denga sedikit cuek.
"Kenapa kamu bosan? Bukannya dulu kamu sendiri yang mau tinggal sama Om?" tanya mamahnya.
"Iya sih, cuma apa-apa selalu di nasehatin sama Om, males!" jawab Angga.
"Angga, kamu tinggal di rumah orang harus bisa menempatkan diri dengan baik, jangan seenaknya sendiri gitu, bukan berarti kamu bebas di sana lantas kamu semaunya sendiri, lihat adikmu si Aldo, dia rajin kuliah, dan sekarang dia selalu nginep di rumah temennya. Kalian ada apa sih sebenarnya?" tanya mamahnya.
"Ah anak manja kaya gitu di bela! Aku yang kakanya aja selalu di omelin! Itu urusan dia lah mau kemana kek, mau ngapain kek! Aku gak perdul!" sahut Angga.
"Angga! Kamu gak boleh ngomong gitu! Kasian Aldo, setidaknya dia sudah menunjukan keseriusan untuk kuliah karena dia ingin cepat bekerja, mungkin suatu saat dia akan menggantikan posisi mamah." kata mamahnya.
"Ah mamah gak adil! Kenapa dia aja yang suruh kelola hotel itu! Aku anak mamah juga gak di anggep!" jawab Angga ketus.
"Tunjukin dong kalau kamu bisa mandiri dan mau sungguh-sungguh, kuliah jarang masuk, kerjanya foya-foya. Bagaimana mamah mau percaya sama kamu? Suatu saat kamu akan menghancurkan dirimu sendiri!"
"Ah! Diocehin terus bosen! Di sana di nasehatin, disink di ocehin! Mendingan aku pergi aja lah!" kata Angga sambil beranjak dari duduknya dan berjakan menuju kamarnya.
"Angga! Mau kemana kamu? Kenapa sih kamu gak pernah mau berdamai sama adikmu? Apa yang kalian rahasiakan?" tanya mamahnya dengan nada tegas.
"Bukan urusan mamah! Aku akan pergi sesuka hati aku! Percuma gak ada yang sayang sama aku! Gak sudi aku berdamai sama anak manja kaya dia!" jawab Angga yang langsung keluar membawa tas nya dan kunci mobil. Sementara mamahnya hanya menatapnya dengan cemas. Mbok Darmi pun menghampiri sambil merapihkan piring kotor.
"Sabar Bu, Mohon maaf kalau saya lancang, tapi menang mas Angga itu punya dendam sama mas Aldo."
"Apa Mbok Darmi tau?" tanya Mamahnya Angga. Dengan ragu Mbok Darmi menceritakan kejadian tadi sore.
Dalam perjalanan Angga hanya terdiam di dalam mobil sambil mengendarai mobil sport nya. Angga membayangkan saat dulu dimana pasangannya menyukai Aldo, mendekati Aldo dan mencari perhatian pada Aldo.
"Tiiiiiiinnnnnnnnnn!!!!" suara klakson menyadarkan Angga, ia segera kembali fokus ke jalan.
"Aaagggrrhhhh brengsek! Sampai kapanpun gua dendam sama Aldo! Gua akan temuin Jingga! Tapi dimana ya rumahnya?" kata Angga yang tetap mengendarai mobilnya. Terdengar suara nafas yang menghembus dari kuping kiri Angga. Namun saat Angga melihat kaca spion dalam untuk memastikan ia terkejut melihat ada sosok wanita yang sedang menunduk di belakang mobil. Dengan wajah yang menyeramkan dan putih pucat penuh darah. "AAAAAAAAAAAHHHHH!"
"BRAAAAAAAAAKKKKKKKKKKKKKK!" suara benturan keras dan pecahan kaca yang berkeping-keping terdengar. Suara gemuruh klakson seketika terdengar bergantian. Hanya tetesan darah yang menetes di kening Angga, matanya membelak tak berkedip, nafasnya terhenti, darah yang mengalir keluar dari mulut Angga. Seketika seperti suara tawa yang ada di bangku mobil menghilang entah kemana.
*Hanya sebuah ilustrasi Gambar.
KAMU SEDANG MEMBACA
JINGGA 2 (BAB 1 s/d BAB 38 ).. End ✔️
TerrorCerita ini melanjutkan dari Jingga sebelumnya. Tentang tiga sahabat dan tiga mahasiswa bernama Yasa, Indra dan Evan yang menempati kostan dengan bangunan yang terlihat tidak begitu modern. Setelah mengetahui kejadian yang di alami oleh Jingga dan...