BAB 8 - Pagi Pertama

13.8K 467 19
                                    

Pagi pertama menjadi istri. Aku bangun pukul 9 lebih, tenang saja, ini masa cutiku. Tidak boleh diganggu. Aku mengajukan cuti 3 hari, lumayanlah. Orang ngira aku honeymoon. Padahal mah tidur sampe siang.

Pras tentu saja sudah berangkat kerja. Dia bilang dia akan kerja, subuh tadi, sehabis kita salat berjaamah. Dia langsung mandi dan pergi.

Bodo amat.

Aku masih memakai kolor dan baju super longgar yang nyaman. Aku keluar dari kamar berniat mencari sarapan, tapi mau kuambil ke kamar sih, mana mau aku sarapan di bawah. Mana sodara-sodaranya Pras belum pulang lagi, nggak punya rumah apa ya?

"Haduh, istri kok dirumah mertua jam segini baru bangun," sindir si tante-tante.

Aku memutar bola mata, "Yaiyalah, kan namanya juga pengantin baru. Habis begadang semalam." Jawabku ketus.

"Hih Peti, kok, menantu kamu kok begitu," kata si tante rambut merah.

"Bella, ayo sini nak duduk," kata Mama mertua.

"Nggak ma, Bella Mau ambil roti aja. Udah kenyang kuping Bella, denger ocehan." Aku memang nggak sopan. Tapi aku nggak suka tertindas. Aku pemberontak. Aku bukan Cinderella. Aku Bella.

Sementara aku pergi ke kamar. Kudengar bisik-bisik mereka. Halah paling mencelaku lagi. Samar-samar aku mendengar mereka mengejekku, mengejek asal-usulku. Katanya aku nggak pantas dengan Pras.

Ya kan aku sudah bilang aku nggak pantas. Tetap saja Pras memaksa.

Ketika tiba dikamar, aku disambut dengan dering telfonku. Aku segera mengecek, nama yang tertera adalah suamiku❤. Really? Pasti kerjaan dia. Dia kan orangnya narsis.

Kuangkat dulu. "Apa?!" Ketusku.

"Masa suami lagi cari nafkah diketusin?"

"Bodo."

"Kamu urus cuti tambahan. Kita liburan ke Bali."

"Iiih nggak mau. Pasti ada maunya tuh," kataku dengan kesal. Namun lebih kesalnya aku hanya mendengar tut...tutt...tutt Dari sebrang sana. Sudah pasti dia menutup sebelum aku selesai bicara. Dasar tukang maksa.

Kuganti namanya di ponselku, monyet🐒, namun setelah kupikir-pikir nanti durhaka, kuganti jadi cuekin aja.

Sebuah notif kembali masuk ke ponselku.

Pak Bram.

Aku membukanya.

Are u happy, now?

I'm not.

Tapi aku tak bisa melakukan apapun. Aku hanya mengetik balasan.

Ya. Aku mencoba.

Pak Bram kenapa kita harus bertemu setelah aku bertemu dengan Pras. Kenapa kita tidak berjodoh. Aku memikirkan itu.

Dan aku mencoba untuk tidak memikirkan laki-laki lain, sementara jari manisku tersemat sebuah cincin yang terukir nama Pras.

Ini yang namanya patah hati. Ini yang mananya cinta tak bisa memiliki.

***

"Hei, bangun." Seseorang menepuk pipiku.

"Apa sih," kataku kesal.

"Kamu kebo ih, bangun ayo kita jalan." Dia mencoba membuatku duduk. "Ih Bella! Kamu belum mandi dari pagi?!"

"Mager."

He Buys Me ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang