Sudah seminggu, pria yang bernama Pras itu tidak menunjukan batang hidungnya. Bagiku itu benar-benar membuatkubahagia.
Dan kabar baiknya, aku juga diterima kerja di SMA, memang jadi guru honorer, sih, tapi lumayan. Yang pentingkan membagi Ilmu. Ilmu yang bermanfaat lebih segalanya dari pada uang.
Jiah Bella berquotes.
Dan hari ini, hari pertamaku mengajar. Wih, ibu biologi, mantep nggak tuh?
Sesampainya di sekolah aku langsung ke mejaku. Guru-guru tersenyum kepadaku, kebanyakan guru-guru disini, dari yang kulihat memang sudah berumur.
Di usiaku yang ke 22, aku bisa menjadi ibu untuk murid-muridku. Haduh, bangganya diriku.
Seorang guru olahraga berjalan ke arahku, "Bu Bella, ya?" Tanyanya.
Aku mengangguk. Kemudian tersenyum kaku, aku memang sedidikit sulit berkenalan dengan orang. Takut mereka menjauh karena tahu cerita hidupku. Dan menganggap aku anak haram, anak buangan, atau tuduhan jelek lainnya.
Bukan buruk sangka, tapi dari kecil semua tuduhan itu sudah aku terima, yang sepertinya memang begitu adanya.
"Saya Bram, guru olahraga." Dia mengulurkan tangan. Aku menerimanya. Tidak enak kan kalau mencuekan orang lain di depan orang lain. Apalagi aku masih baru di sini.
Tapi apa maksud pak Bram ya ngajak aku kenala. Jadi ge-er.
"Saya mau bilang, kalau ibu disuruh menggantikan wali kelasnya 11 IPA 5 yang lagi naik haji." Seolah menebak bahwa apa tujuannya berjalan ke arahku.
"Oh oke. Pak," hanya itubyang bisa aku katakan. Dan mengambil buku kertas yang berisi jadwal kelas.
Suasana semakin kaku, dan akhirnya Bram memilih undur diri. Kemudian aku berjalan menuju kelas 11 IPA 5, untuk memperkenalkan diri.
***
Akhirnya hari pertamaku terlewati dengan cukup baik dan sesuai rencana. Aku tersenyum senang. Aku segera membereskan barang-barangku, dan pamit terlebih dahulu kepada guru-guru lainnya.
Sembari memesan gojek, aku duduk di terminal sekolah. Melihat begitu banyak siswa SMA yang bercengkrama dengan sahabat mereka. Masa SMAku juga seindah itu, sebelum semua orang tahu identitasku.
Aku selalu memgumpat mengingat masa-masa mengerikan itu.
"Bu Bella," sebuah motor matic mendekatiku. Dan pemiliknya adalah Bram. Oke, bolehkah sekarang aku ge-er? Usia Bram memang sepertinya tidak jauh dariku terlihat seperti bujangan yang kikuk dan bingung cara mendekati perempuan.
Tapi menurutku dia lucu.
"Iya pak, Bram?" Kataku dengan sopan.
"Pulang bareng sama saya mau nggak?" Tanyanya.
Aku pikir-pikir kenapa tidak. Kelihatannya dia juga sudah niat membonceng seseorang. Okelah aku terima ajakannya. Mumpung gojek sudah kupesan.
"Nggak ngerepotin pak?"
Dia segera menggeleng. "Sama sekali enggak." Dan menyodorkan helm yang langsung aku pakai. Huh enaknya gratisan.
KAMU SEDANG MEMBACA
He Buys Me ✔
Romance[Telah Selesai] Aku kembali berdeham. "Bell, inget kamu sekarang istri aku, harus nurut. Selagi aku nggak ngerugiin diri kamu, kamu harus ikutin mauku." * * * Kedatangan seorang pria yang tidak pernah diduganya membawan...