BAB 11 - Pertengkaran Pertama

11.8K 424 12
                                    

Kemarin hari yang cukup menyebalkan untukku. Tapi kata Pras menyeangkan, iyalah orang dia dapat apa yang dia mau. Aku mengaku salah menggunakan tanktop.

"Bell, aku laper," adunya baru pulang dari kantor, sementara aku seharian hanya berdiam diri di kamar.

Aku menengok, "Makanlah."

"Temenin," katanya.

"Gak mau! Aku kan udah, sana ah." Aku mengusirnya.

"Ambiln ke sini aja ya, aku mau mandi dulu."

"Hihh kamu nih nyuruh-nyuruh aja!"

Aku langsung memamatikan dulu ponsel yang sedang kugengam. Kemudian turun dan membawa makanan untuk Pras. Ibu mertuaku sedang liburan ke Singapura. Katanya harus gantian.

Ya terserah orang kaya saja. Sultan mah bebas. Aku mengambil lauk dan nasi.

"Non?" Kata salah satu pembantu di rumah ini.

"Iya?"

"Padahal minta saya ambilin aja," katanya.

"Nggak apa-apa Bi, itu si Pras pingin di kamar makannya."

"Loh, non panggil nama ke suami?"

Astaga ini pembantu kok malah ngeselin. Aku mengangguk sajalah. "Iya," kataku.

"Kalo kata Bibi, itu nggak sopan. Namanya suami harus dihormat Non. Supaya suami non juga diluar dihormati."

Pras memang bilang begitu. Tapi kenapa si Bibi malah nasehatin aku? Aku cukup tersinggung.

"Loh Bibi kenapa ngurusin rumah tangga saya?!" Kataku ketus.

"Bukan begitu non, saya hanya mau--"

"Bi, saya tahu saya nggak gaji bibi. Tapi bukan berarti bibi berhak mengatur-atur rumah tangga saya."

"Maaf non, bibi ini sudah tua, dan dari kampung. Jadi bibi dibesarkan dengan menghargai orang lain."

Aku benar-benar tersinggung. Aku langsung meletakan piring. "Maaf Bi, tapi orang tua saya, TIDAK MENGAJARKAN YANG NAMANYA SOPAN SANTUN." aku naik pitam.

Kudengar suara langkah, dari arah tangga. Pras mengenakan pakaian santai dengan wajah yang sudah bugar kembali.

"Kenapa ini?" Tanya Pras.

"Tuh, dia ngurusin rumah tangga kita." Aku duduk di kursi meja makan. "Aku tahu aku nggak ngegaji dia. Tapi dia benar-benar keterlaluan."

"Maksudnya bagaimana, Bi?"

Bi Inah menjelaskan. Matanya sudah berair. Sementara aku diam. Dia pasti takut dengan Pras.

Siapapun pasti takut dengan Pras. Kecuali aku. "Bella," kata Pras.

"Apa?" Kataku.

"Minta maaf, bi Inah sama sekali nggak salah. Kamu yang salah."

Aku mengerutkan dahi. "Kok aku?"

"Minta maaf sekarang! Aku nggak suka kamu ngelawan orang tua!"

"Aku nggak mau!" Egoku terkoyak.

"Kamu tuh ya--"

Aku langsung menjatuhkan piring. Dan pergi ke kamar. Samar-samar aku mendengar Pras meminta maaf kepada Bi Inah, dan mengejarku.

Aku langsung saja masuk kamar. Dan dia juga mengikuti langkahku. Aku mengeluarkan koper.

"Bella!" Teriaknya.

Aku tidak mau mendengarnya. Aku langsung memasukan beberapa baju secara random. Kemudian membawa ponsel dan charger.

He Buys Me ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang