6.Tamu

2.2K 188 12
                                    

Bismillahhirrokhman nirrokhim.
Lanjut baca yuks.😄😄

Enjoy reading.... 😀😄

Jangan lupa Vomennya di tggu kuy 😁

*******

Cahaya matahari yg menyilaukan mata membangunkan seorang gadis bertudung yang tengah berbaring di salah satu bangsal rumah sakit.

"Oennie, oennie sudah sadar?" Sapa suara gadis berusia 17 tahun menyapa Aliya yang mulai mengerjapkan mata dan mengembalikan kesadarannya.

"Ini dimana Momo-ssi?"

"Kak Al ada di klinik,kakak pingsan semalam di depan pintu aparteman kita," jawab gadis bersurai hitam sepunggung itu.

"Eemhh. Kalau gitu ayo kita pulang, aku sudah baikan" kata Aliya mencoba membangunkan badannya yg lemah dan menarik jarum infus di tangan kanannya. Sejujurnya ia benci berada di rumah sakit atau klinik. Aroma obat-obatan sering kali membuatnya pusing dan mual.

"Jangan kak" lanjut Momo menahan tangan kiri Aliya yg mencoba menarik jarum infus di tangan kanannya. "Dia menyuruh ku menjaga kakak sampai benar-benar membaik. Dia bahkan membayarkan semua keperluan kakak selama disini dan membuatku berjanji tidak akan membiarkan kakak keluar dari sini sampai benar-benar pulih kembali." Lanjut gadis itu menatap tajam mata Aliya. Mencoba menunjukkan rasa khawatirnya dan rasa khawatir Dia.

"Apaan sih dek? Cuma kelelahan ini. Lagi pula Dia itu maksudnya siapa??" Tanya Aliya tak mengerti. Kepalanya mulai terasa pening lagi.

"Kakak akan segera mengetahuinya, dia melakukan ini juga untuk sebuah imbalan kak, bukan cuma-cuma" lanjut Momo merebahkan kembali tubuh lemah Aliya. "Makanya kakak harus segera sehat, makan dan istirahat yg banyak. jadi Dia akan segera menemui kakak lagi." Aliya terkejut. Semenjak tumbuh dewasa, ini pertama kalinya Momo banyak bicara lagi. Dia berubah semakin dingin saat kakaknya pergi wamil dan ibunya meninggalkannya.

Perlahan Aliya mengusap air mata yang mulai luruh dari manik sipit si kecil yg di anggap adik baginya itu.
"Hey. Sudahlah, kenapa kamu menangis? Kemana Momo ku yg kuat dan savage itu ha?" Aliya menyunggingkan senyum kaku dengan bibir pucatnya, mencoba menggoda dan menguatkan si adik.

"Kak...jangan begini lagi, Momo takut kak, Jangan tinggalin Momo kayak Oppa dan Mama..."
Lanjut Momo beruraian air mata.

"Ya Alloh sayyang, kemari lah" Aliya menepuk tempat disisi kirinya. Meminta yg lebih muda tidur di sampinnya. Membuat kasur klinik yg sempit itu penuh dengan tubuh mereka yg saling memeluk. Suara sesengukan terdengar lebih keras di dekapan Aliya.

"Ssssshhuutttt. Udahlah sayang, kenapa sampai begininya? Kakak cuma kelelahan, lihatkan. Kakak baik-baik aja sekarang. Sssssttt udah ya, Kamu lupa ya? Kakak ini wonder women" kata Aliya terkekeh. Tangannya mengusap lembut punggung sang adik. Tapi deru tangis itu tak kunjung reda.
Tanpa terasa bulir bening air mata Aliya mulai ikut menetes. Tapi ia masih mencoba menahan isakannya agar tak sampai terdengar oleh yang lebih kecil Sesaat ia biarkan kesunyian melingkupi mereka dan membiarkan bendungan air mata penuh beban buncah membanjiri ruang klinik itu. Berharap dengan begini beban mereka bisa sedikit berkurang. Membuatnya melupakan exsistensi tentang dia.

Esoknya Aliya sudah merajuk lagi minta pulang, padahal badannya baru agak segar. Panasnya aja belum benar-benar turun. Dan karna Momo tak tahan mendengar Aliya meraung-raung, akhirnya Momo mengalah dan membawa Aliya pulang.

Di rumah, Anak-anak menyambut Aliya dengan bahagia. Mereka bahkan langsung berhamburan memeluknya saat pintu rumah baru di buka.

"Anak-anak masuk dulu, jangan disini meluknya, dingin. Nanti oemma Al sakit lagi." Perintah Momo mutlak. Karna sekarang mereka berpelukan di depan pintu yg terbuka. Jadilah Aliya melangkah membawa anak-anak keruang keluarga yg telah di ubah sedemikian rupa menjadi ruang baca.

My Frozen Idol[End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang