Fifteen

762 65 0
                                    

"Love does not begin and end the way we seem to think it does. Love is a battle, love is a war; love is a growing up."

Makan malam mereka berjalan lancar, saling menggoda satu sama lain dan June punya syarat kalau mereka kencan tanpa diketahui teman-temannya, Rose mengiyakan karena dia juga berpikiran tidak sanggup menjelaskan keingin tahuan orang lain tentang hubungan dia dengan June.

June akhirnya tahu kalau Rose tidak suka belut, kaki ayam dan saos tomat. Rose suka makanan manis, dia bercerita sering membantu Ibunya membuat kue kalau lagi di Busan.

"Ngomong-ngomong soal Busan, aku Jumat mau ke Busan sampai Senin." info Rose.

"Lama banget, ada acara apa?" tanya June

"Ada acara keluarga, Senin siang sudah balik ke Seoul, Selasa bisa latihan lagi sama kalian." Rose menjelaskan, dia tidak memberitahu Senin adalah hari ulang tahunnya.

"Yah, baru juga kencan sudah ditinggal gitu aja." muka June cemberut.

Tangan Rose mencubit hidung June, "Lucu banget kalau cemberut gini. Cuma beberapa hari,  nanti aku video call kamu. Janji."

"Janji? setiap saat setiap hari?" pinta June.

"Hahahaha... bisa di gorok papaku, masa setiap saat mesti hubungin kamu, terus waktu sama keluargaku kapan?" Rose melanjutkan makannya.

"Bilang saja, ada yang kangen dan butuh diperhatikan." tangan June memegang tangan Rose yang tidak digunakan makan. June memandangi muka Rose tanpa berkedip.

"Apa?" tanya Rose.

"Ga nyangka aja, sepertinya baru kemarin aku menabrak kamu, sekarang kamu duduk didepan aku dan sudah jadi teman kencan." jawab June disertai menjulurkan lidah untuk mengoda Rose.

"Waktu itu sebal banget sama kamu, tidak minta maaf pula, belum lagi Lisa bilang kalau kamu dan teman-temanmu pembuat onar di kampus." balas Rose sambil ketawa keinget raut muka Lisa.

"Kirain anak kampus anggap aku dan teman-temanku sebagai mahasiswa keren karena sering bawa nama baik kampus di luar acara kampus, tenyata pikiran mereka kita pembuat onar? yang benar saja..." muka June antara mau marah dan bingung.

"Abaikan, hanya opini publik karena mereka tidak kenal kalian." tangan Rose sudah pindah ke pipi June dan mengelusnya dengan ibu jarinya.

Tangan June langsung menangkup tangan Rose dipipinya, "Kalau kayak gini rasanya aku malas pulang, maunya sama kamu terus hahahaha... tapi ini sudah larut malam, kamu juga butuh istirahat." June berbicara sambil mengarahkan tangan Rose ke mulut dan mengecupnya.

"Ayo aku antarkan kamu pulang atau kalau ga aku tidur di apartemen kamu." tantang June dan memutar bola matanya.

"Hahaha besok kita ketemu lagi." Rose berdiri membenarkan bajunya dan memakai coatnya.

"Wajar ga sih?" tiba-tiba Rose bertanya ketika dalam perjalanan ke apartemennya.

"Wajar apa maksud kamu?" kali ini June melepaskan tangan Rose karena jalannya sedikit berkelok, dia fokus ke kemudi.

"Waktu yang secepat ini, perasaan yang seperti ini." jawab Rose masih tidak lepas memandangi June disampingnya.

"Aku ganteng ya? kamu ga bakal rugi." balas June dan dia menatap balik ke Rose.

"Jangan mulai hahaha...." Rose memukul bahu June.

"Sakit tau."

"Oh iya? maaf maaf." Rose mengelus-elus bahu June.

June menarik tangan Rose meletakkannya di atas pahanya, "Aku bohongin kamu." ujarnya.

"Dasar." Rose menggunakan tangan yang lain untuk mengecek handphonenya.

Just Go.. | JunrosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang