Forty-eight

619 64 0
                                    

"Work like you don't need the money, love like you've never been hurt and dance like no one is watching"

-ROSE POV-

Hal yang paling sulit dijelaskan adalah, saat kamu berada di sisi orang yang kamu rindukan tapi tetap saja rindu, yang aku rasakan sekarang. June masih memejamkan mata, hari ini kami akan berkeliling kota dengan bis yang sudah aku pesan. Namun aku tidak tega membangunkannya.

Aku tahu dia cemburu tadi malam, terlihat dia tidak nyaman waktu temannya mengundangku untuk datang ke pestanya. Bukan June namanya jika tidak bisa aku alihkan. Dia mulai bergerak dalam tidurnya, kemudian membuka matanya menatapku.

"Morning, cantik." sapanya lantas mencium dahi dan menarikku makin melekat ke tubuhnya.

"Pagi, nyenyak banget ya tidurnya?" tanyaku yang aku sudah bisa menduga jawabannya sambil merapikan rambut June.

"Bagaimana tidak, kamu ada di satu ranjang yang sama, tidak ingin hari ini cepat berlalu. Begini saja terus sudah buat aku bahagia atau kita lanjutkan yang tadi malam?" godanya tanpa melepas pelukannya, kemudian tangannya mengusap perutku secara lembut.

Tanpa sadar aku mendesah karena sentuhannya, secara tiba-tiba June mengangkat tubuhku ke atas tubuh terlentangnya. Aku menghadapnya, meletakkan kedua tanganku diatas dadanya sebagai tumpuan kepalaku.

"Kamu tidak capek?" tanyaku, badan June jauh lebih atletis, aku sudah siapkan diri setiap video call dengannya tapi tidak dengan berhadapan langsung.

"Aku tidak pernah capek jika berhubungan dengan kamu, Rose." June menarik hidungku.

"Bukannya akhir-akhir ini kamu sibuk dengan kuliah, kapan olah raganya?"

"Malam hari waktu kamu pamit tidur aku ketempat kebugaran yang ada di lantai bawah, besoknya sebelum kamu bangun aku lari pagi." jawabnya membuat aku kagum dengan tekad hidup sehatnya.

"Wow.." jawabku.

"Tidak bisa berkata apa-apa, Rose? Senang dengan tubuhku yang sekarang?" tanyanya, aku jawab cengiran lalu menggigit bibirku sendiri.

Tidak menunggu waktu lama, June sudah menciumku, cara mencium yang berbeda dari sebelumnya, lebih lembut dan menyenangkan. Aku membalasnya dengan sedikit gigih, karena bagaimanapun aku suka June yang terburu-buru dalam hal ciuman.

"Mulai agresif, sayang? kamu yang membuat nafsuku tidak terbatas, hanya kamu hehe..." ucap June di tengah-tengah ciuman kami, selanjutnya dia meneruskan ciumannya serta mengangkatku lagi untuk duduk di pangkuannya. June sudah posisi duduk di ujung tempat tidur, tanpa melepas ciumannya.

Ketika aku melepas ciuman kami untuk ambil nafas. June menurunkan aku dari pangkuannya.

"Buruan mandi, nanti kita ketinggalan bis, aku yang buat sarapan." ucapnya sambil memukul pinggulku lantas keluar kamar.

Sebenarnya penasaran June akan masak apa, tapi ku urungkan niat untuk bertanya. Aku bergegas ke kamar mandi. Setelah mandi, tanpa melepas handuk di kepala, aku keluar kamar disambut aroma butter.

Punggung June lebar sekali, tidak mungkin tidak jatuh hati ke orang yang punya fisik sempurna seperti dia. Aku melangkah pelan-pelan kemudian memeluknya dari belakang.

"Tumben pakai kaos?" tanyaku, sebab setiap diapartemenku June selalu telanjang dada.

"Kamu mau makanan kita kena keringatku?"June balik badan, menaikkanku di meja pantri miliknya.

"Sekarang kamu punya hobi baru ya?" ejekku.
"Apaan?" tanya June selagi menata sarapan kami di meja sampingku.
"Angkat beban haha... " jawabku.
"Kamu bukan beban bagiku, tapi kalau tanya soal hobi, ini bisa jadi hobi baruku." ucap June sembari membuka kedua kakiku, June mendekat dan melepas handuk di kepalaku mencium bibirku.

Just Go.. | JunrosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang