Forty-six

562 63 10
                                    

"If you want to be happy, be."

-JUNE POV-

Perkuliahan sudah di mulai dua minggu ini, Rose masih sibuk mencari pekerjaan dan menjadi tutor di tempat kursus tari milik Jiso. Aku tidak suka Rose terlalu pesimis melihat masa depannya sendiri. Dia memiliki kelebihan yang tidak dia sadari.

Beberapa hari terakhir terasa berat buat hubungan kami berdua, setiap aku menghubungi dia untuk menyemangatinya, yang ada dia selalu merasa semakin jatuh, seperti halnya sekarang.

"Kamu enak punya kemampuan menggambar, bikin lagu, uang mengalir begitu saja, sedangkan aku? Aku tidak punya bakat apa-apa selain menari dan menari. Aku capek June."

"Sayang, setiap manusia dilahirkan punya bakat masing-masing, belum juga satu bulan kamu melamar kerja, tunggu sebentar lagi, pasti kamu dapat pekerjaan." Aku tidak tahu sudah berapa kali kalimat tersebut keluar dari mulutku.

"Pasti rekan dan saudara papa sedang menertawakanku, soalnya dulu aku tidak masuk kedokteran seperti kak Jayden."

"Kamu bukan Rose yang aku kenal, Rose yang aku kenal penuh rasa optimis, kamu pintar bahasa asing, kamu pintar adaptasi dengan orang lain, nilai kuliah diploma kamu juga tinggi. Sabar ya sayangku, aku video call ya, kangen banget lihat muka cantik kamu."

"Aku tidak lagi dalam kondisi baik June, jangan video call dulu, aku pasti ganggu kamu. Lanjutkan mengerjakan tugas kuliah kamu, aku siap-siap tidur."

"Kamu tidak pernah mengganggu waktuku, beneran kamu sudah mau tidur?"

"Iya..besok aku harus ke tempat kak Jiso lebih pagi dari biasanya." Suara Rose terdengar semakin lemah.

"Oke, jangan terlalu menguras tenaga, jaga kesehatan."

"Kamu juga." jawabnya singkat.

"Good nigt, Rose. I love you.."

"I know.." Rose menutup telpon. Dia tidak pernah lagi membalas ucapanku. Aku tidak bisa marah, kondisi Rose saat ini memang butuh pengertianku.

Esoknya ketika kuliah sudah selesai, aku makan sendiri di kantin, tidak berapa lama datang temanku satu-satunya di kampus ini, Hirari.

Perempuan mungil yang aku temui hari pertama masuk kelas umum Perancangan Kota. Perempuan yang banyak bicara, sedikit mirip Rose untuk sifatnya. Selalu mampu mengawali pembicaraan.

"Muka kamu gitu amat, menu kantin tidak sesuai selera atau Rose cuekin kamu lagi?" tanyanya begitu dia sudah duduk di depan mejaku.

Kami sudah saling cerita satu sama lain, Rose bakal heran aku bisa terbuka selain dengan dia, Hirari adalah perempuan mirip Rose, yang tanpa sadar kita akan sangat percaya serta menceritakan semua masalah kita kepadanya.

"Rose tidak pernah cuekin aku, aku sudah berapa kali bilang soal itu, ini soal mood dia yang tidak bagus gara-gara belum mendapatkan pekerjaan." belaku.

"Hahaha oke, maafkan aku salah kalimat, tugas mata kuliah Manajemen Pembangunan Kota kamu sudah selesai?"

Aku menjawab dengan anggukan, kemudian melanjutkan makan siang.

"Lihat boleh? siapa tahu aku dapat inspirasi dari kerjaan kamu?"

"Alasan, bilang saja mau nyontek, minta tolong tunangan kamu si pak tua, bukannya dia lebih pakar soal itu."

"Harga diri, aku harus bisa menunjukan kalau aku mampu kuliah jurusan ini tanpa bantuan dia."

"Perempuan dimana-mana sama, pria juga butuh di anggap, minta tolonglah jika emang perlu." jawabku sebab Hirari mengingatkanku akan Rose.

Just Go.. | JunrosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang