Part 4 : Berbahagia di Atas Penderitaan Orang

8.4K 352 0
                                    

Vote + Komentar + Share

Sebuah mobil sport Mercedes Benz-AGT melaju dengan sangat kencang membelah jalan yang cukup sepi, hanya keheningan yang mengisi ruang dalam mobil tersebut. Sehingga, suara dering dari sebuah handphone memecah keheningan.

Seorang pria menjawab panggilan tersebut sambil mengendarai mobil sport-nya.

"Oy Van, kapan nyampe anjirr?! Tamunya udah berangkat kesini, masa' lu mau kasih kesan yang buruk sih baru pertama meeting, bisa-bisa gagal tanda tangani kontrak nih. Kesempatan emas jangan di lalaikan begini" suara ceramahan yang tidak lain adalah Vino, sahabatnya sekaligus sekretaris pribadinya.

"Lagi berapa menit?!" tanya Alvan.

"Gue harap lu datang 5 menit lagi, sebagai CEO lu harus cepetan datang anjir, masa' tamunya yang duluan dateng sih? Malu-maluin perusahaan aja lu bos"

"Ceramah mulu lu dari tadi"

"Iya sih, sebagai saha-"

"5 menit gue nyampe". Setelah mengucapkan itu, dia mematikan telponnya sepihak.

Vino be like : "Bangs*t dah! Selalu aja kek gini, belum selesai ngomong udah matiin. Untung Boss gue, sahabat juga sih. Tapi, keliatan gak seperti sahabat"

Mobil sport itu berhenti di pinggir jalan, Hana yang diam semenjak tadi mulai melihat Alvan.

"Maaf! Gue bisa cuman ngantar lu sampai sini, gue udah telat nih. Gue ada meeting sama perusahaan Amerika masalahnya, jadi gue gak bisa telat" jelasnya pada Hana, ada sedikit raut wajah yang merasa bersalah.

Bukannya turun dari mobil, Hana malah hanya diam tidak percaya. Bagaimana mungkin, setelah melakukan hal itu pada Hana sekarang dia menurunkan Hana di tengah jalan.

Alvan mengambil dompetnya dan mengeluarkan uang Rp100.000 untuk diberikan kepada Hana.

"Nih, aku kasih uang tunai buat bayar angkutan Bus-nya"

Alvan menyodorkan uang tersebut tetapi Hana tidak menerimanya, ia hanya menunduk.

"CK, buang waktu gue aja" ucap Alvan.

Alvan menarik tas selempang yang Hana pakai dan memasukan uang tersebut sekaligus cek yang Hana tolak sebelumnya.

Alvan turun dari mobil, ia membuka pintu mobil untuk Hana, ia juga melepaskan seat belt (sabuk pengaman) untuk Hana hingga jarak wajahnya dengan Hana hanya 5 cm. Alvan menatap dalam mata Hana, sontak Hana langsung menundukkan kepalanya. Alvan memberikan kecupan manis di kening Hana lalu berbisik.

"Maaf! Tapi, bisakah kamu turun secepatnya"

Hana pun turun dengan perasaan yang sangat berat. Dengan begitu cepat, Alvan memasuki mobilnya kembali dan melaju dengan cepat.

Hana berjalan dengan berat kaki di trotoar jalan. Berjalan sendirian menuju halte bus.

***

"Put, sarapan dulu yuk. Hari ini pasti Hana pulang" ucap Sulis yang semenjak tadi membujuk Putri untuk sarapan.

"Gimana gue mau enak sarapan disaat gue sama sekali enggak tau gimana keadaannya Hana" jelas Putri.

"Ya Allah put! Masa' lu mau nyambut Hana dengan keadaan kek gini sih. Liat dong kantung mata lu tuh! Pasti Hana sedih liat keadaan lu kayak gini. Lu tau sendiri kan Hana orangnya kek gimana, terus ntar dia merasa bersalah banget karena ngebuat lu kayak gini karena gak mau sarapan, Lu tuh har-" Sulis pun memulai ceramahnya karena sudah tidak tahan dengan pendirian Putri yang tidak mau sarapan.

"Loh, itukan Hana?!" Ucap Ledya yang memotong ceramahan Sulis.

Sontak Putri berdiri dan menghampiri Hana yang baru saja memasuki gerbang.

"Hana, kamu kemana aja?" Ucap Putri dan langsung memeluk Hana erat.

"Aku khawatir banget sama kamu. Aku, Sulis, Ledya dari kemarin malam nungguin kamu pulang" tambahnya.

Tetapi, yang dikhawatirkan hanya diam saja. Hanya tetesan air mata yang membasahi pipinya, hanya suara tangisan yang keluar.

"Hana kok nangis, kenapa?" Tanya Sulis yang sudah mulai khawatir banget.

Putri melepaskan pelukannya dan melihat Hana, dia melihat mata Hana yang sudah sangat bengkak karena terus menangis.

"Kamu kenapa?" Tanya Putri yang kaget melihat Hana yang sangat kacau.

"Aku mau istirahat" ucap Hana singkat, lalu berjalan memasuki kost dengan tertatih-tatih karena dia masih merasakan sakit di sekujur tubuhnya.

Putri, Sulis dan Ledya hanya melihat kepergian Hana dari hadapan mereka dengan tatapan bingung dan kaget karena melihat keadaan Hana yang sangat kacau. Selama mereka bersahabat, tidak pernah sekalipun mereka melihat keadaan Hana yang seperti itu.

"Hana kenapa?" Tanya Ledya.

"Lis, kok aku baru ngeh ya. Pakaian yang di pakai Hana berbeda dari yang kemarin" ucap Putri yang mulai bertambah bingung.

"Please deh Put, jangan mikir macam-macam" jawab Sulis menginginkan Putri untuk tidak berpikir macam-macam sebelum Hana menceritakan semuanya.

"Bukan gitu Lis, gue inget banget kemarin dia pakai baju kayak apa. Sekarang dia pakai beda, dia pergi kemana coba?"

"Udah-udah gak boleh su'uzon, dosa. Lebih baik kita masuk terus tanya Hana" Ledya mengingatkan Putri sekali lagi.

***

"Berkas udah lu persiapin kan?" Tanya Alvan yang sudah sampai dan berpakaian rapi tersebut.

"Udah clear semuanya Boss" jawab Vino dengan tegas.

"Selesai meeting kita langsung makan siang di hotel yang udah kita booking sebelumnya" tambahnya lagi,

"Persiapannya?"

"Nah, itu belum tahu juga boss" jawab Vino cengar cengir, Alvan yang mendengar jawaban tersebut menatap Vino dengan mata tajamnya hingga Dani dan Rizal datang menghampiri mereka.

"Nah, Dani yang ngurus hotelnya Van" ucap Vino dengan tangannya yang menunjuk Dani yang baru datang.

"Udah siaplah bos, gue pesan makanan terenak dah. Tuh pengusaha Amerika bakal kesem-sem sama makanan tuh hotel hingga membuat mereka ingin menandatangani kontrak" jelas Dani.

"Bangsul, iye-in. Awas aja kalau kagak, semua makanan itu lu yang bayar" jawab Vino bercanda.

"Kalau jadi tanda tangani kontrak, Lamborghini atau Ferrari-nya jadi kan bos?" Tanya Rizal sambil menaik turunkan alisnya.

Mereka para lelaki yang gila mobil sport mewah itu membicarakan mobil yang akan mereka beli jika berhasil bekerjasama dengan perusahaan Amerika serikat tersebut.

Mereka mengakhiri pembicaraan mereka ketika seorang satpam menghampiri mereka.

"Tamunya sudah datang pak" ucap satpam tersebut.

"Semoga berhasil Van!!! Semangat Lamborghini" teriak Rizal menyemangati Alvan.

"Bangs*t" kata Dani menimpali teriakan Rizal.

TBC...

19/03/2019|6:30PM,|LOMBOK

Saya butuh banyak dukungan dari kalian, jadi silahkan vote + komentar + share mumpung gratis dan tidak membutuhkan waktu yang banyak. Minta do'a-nya agar saya tetap istiqomah sama cerita saya dan tidak akan hiatus. Kritik dan Saran sangat diperlukan baik itu penulisannya atau jalan ceritanya! Jangan lupa tambahkan ke daftar perpustakaan kalian agar tidak ketinggalan part selanjutnya.

TEIMA KASIHH.....

Oleh : Aenul Risallah (@Risa-Lee)|IG : @anl.risllh_



Karena Kesalahan Satu Malam [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang