Part 16 : Meminta Pertanggungjawaban

6.9K 296 23
                                    

Hanya keheningan yang mengisi ruangan tersebut, mereka berdua hanya terdiam. Alvan menuduki kursi kebesarannya. Lalu mengatakan,

"Apakah cek yang aku berikan kepadamu itu kurang?"

"Tidak, itu bahkan lebih dari cukup untuk aku gunakan bersalin nanti"

"Aku disini memberitahukan bahwa aku hamil" tambah Hana.

"Lalu?" Tanya Alvan.

"Aku meminta pertanggungjawaban, aku hamil anak mu"

"Aku tidak yakin itu anakku" jawab Alvan dengan tatapan tajamnya melihat Hana.

Jawaban yang sering ia dengar di dalam drama, Hana hanya mengira jika kalimat itu hanya ia dengar dalam drama saja. Tapi, ia sendiri mengalaminya.

"Mungkin saja kamu mengandung anak dari teman tidur mu sebelumnya" tambah Alvan dengan tatapan merendahkannya.

"Apa yang kamu katakan? Aku bukan wanita penghibur" balas Hana, matanya memerah mendengar perkataan Alvan yang menurutnya sangat kejam.

"Itu menurut mu, di mataku kamu pelacur. Karena wanita baik-baik tidak akan menyerahkan tubuhnya dengan suka rela bodoh"

"Aku bukan pelacur, kamu yang memaksaku. KAMU MELECEHKAN KU!!!" teriak Hana dengan tangisannya yang sudah mulai pecah.

"BERANI SEKALI PELACUR BERTERIAK DI RUANGAN KU!" Alvan membalas perkataan Hana dengan teriakan yang lebih keras. Wajah Alvan memerah, perasaannya bercampur aduk, ada perasaan takut juga dalam dirinya.

Ketika Alvan berteriak, pintu ruangan Alvan terbuka dan menampilkan pria gagah perkasa dengan tangannya mengepal dan jalan cepat menuju Alvan. Pria tersebut menghantam pipinya hingga membuat sudut bibirnya berdarah.

"Kakak tidak pernah punya adik yang kasar ke cewek" ucap pria yang tidak lain adalah Ali, kakaknya. Ali menarik kerah kemeja Alvan.

"Bisa-bisanya kamu berteriak seperti itu kepada wanita, huh. Ayah tidak pernah mengajarkan itu Van" tambah Ali.

Didepan pintu yang masih terbuka lebar, terdapat dua anak yang menatap adegan Ali dengan Alvan dengan tatapan takut. Di belakangnya ada tiga pria yang ikut menatap marah Alvan.

Ali melepaskan pegangannya di kerah kemeja Alvan, kemudian dia mengambil kotak cake yang ada di meja Alvan lalu memberikannya kepada Vino.

"Tolong jagain Queen sama Arkan ya, kakak mau ngomong sama Alvan dulu"

"Come here Queen and Arkan, We Will play game together. Come on, follow uncle" ( Kesini Queen dan Arkan, Kita akan bermain game bersama. Ayo, ikuti paman ) Ucap Rizal kepada Queen dan Arkan.

"Sok inggris kek bener ae" timpal Dani.

"Syirik ae kintil ayam"

"Ck, Jan ribut uy. Nambah masalah" Ucap Vino, dia menggendong Queen dan memegang tangan Arkan. Dia pun berjalan meninggalkan ruangan Alvan.

*

Ali, Alvan dan Hana duduk di sofa yang ada di ruangan Alvan. Ali menatap intens Hana hingga membuat Hana tidak nyaman. Ketika Ali menyadarinya, Ali pun bertanya.

"Apakah kamu mengenal adikku?" Tanya Ali.

Hana tidak menjawab pertanyaan Ali, ia hanya melihat Alvan yang duduk sambil menundukkan kepalanya, sesekali ia memijat tengkuk lehernya. Ada rasa cemas yang ia rasakan.

"Van, bisa ceritain kakak apa yang terjadi?" pertanyaan pun juga di layangkan kepada Alvan, tetapi nihil. Ali tidak mendapatkan jawaban apapun.

"Ayo kita pulang, kita selesaikan ini di rumah" ucap Ali ketika sudah tidak tahan dengan keadaan, tubuhnya makin panas saja melihat dua orang yang hanya diam dan tidak menjawab pertanyaannya.

"Apa yang perlu di selesaikan? Pekerjaan Alvan masih banyak kak" setelah berdiam diri, akhirnya Alvan bicara juga.

"Kalau emang gak ada masalah, ceritakan ke kakak siapa perempuan hamil ini"

"Ck, Alvan juga gak tau"

"Lalu, kenapa dia bisa datang ke kantor? Pasti ada alasannya lah"

"Dia cewek yang Alvan pernah liat di Club yang Alvan datengin, dia cewek penghibur yang cuman mau harta terus ngaku lagi ngandung anak Alvan" jelas Alvan berdusta.

"Aku bukan cewek penghibur" ucap Hana dengan mata yang memerah, dia berusaha tegar.

"Aku tidak pernah datang ke Club" tambah Hana lagi, dia pun mulai menangis.

"Aku datang kesini untuk menyampaikan jika aku mengandung anakmu bukan untuk mendengarkan hina-anmu" Setelah mengatakan itu, Hana berdiri dia mengusap pipinya yang basah akibat menangis. Dia melangkah keluar dari ruangan Alvan.

"Tunggu!" Kata Ali, Hana pun menghentikan langkahnya.

"Ayo kita selesaikan ini di rumah" kata Ali, dia pun juga ikut berdiri dan menatap Alvan.

"Untuk apa di selesaikan dirumah?"

"Van, kamu buat kesalahan besar. Dia lagi hamil anak kamu, kamu harus bertanggungjawab" jelas Ali.

"Belum tentu itu anak Alvan kak, mungkin aja itu anak dari pria temannya tidur sebelum Alvan" balas Alvan.

"Bagaimana jika itu anak kamu?" Tanya Ali serius.

"Lebih baik kita selesaikan ini di rumah, malu di denger sama pegawai"

Alvan mengacak-acak rambutnya, dia pun berdiri dan mengambil jasnya, lalu melangkahkan kakinya meninggalkan ruangannya dan juga Hana yang masih setia mematung di ruangan tersebut.

"Ayo!" Ajak Ali. Hana pun mengikuti langkah kaki Ali untuk meninggalkan ruangan tersebut.

Setelah sampai di parkiran, Alvan memasuki mobil sportnya.

"Sini, biar kakak yang nyetir" ucap Ali, dia takut melihat Alvan menyetir dalam keadaan emosi.

Alvan pun keluar dari mobil tersebut, sebelum Ali masuk kedalam mobil, ia membukakan pintu mobil untuk Hana dan mempersilahkannya masuk.

Mobil dengan logo banteng mengamuk itu pun mulai bergerak membelah jalanan yang cukup sepi karena masih jam kerja kantor.

Tidak lebih dari 30 menit, mobil tersebut sampai ke halaman rumah yang besar. Pintu mobil pun terbuka ke atas secara otomatis layaknya burung yang sedang memperlihatkan sayapnya.

"Ayo, silahkan masuk!" Kata Ali kepada Hana. Sedangkan Alvan sudah duluan masuk.

Kedatangan Hana pun disambut baik oleh nyonya rumah tersebut yang tidak lain adalah bundanya Alvan dan Ali.

"Assalamualaikum Bun!" Sapa Ali.

"Wa'alaikumsalam! Ada apa dengan Alvan? Dia bahkan gak ngucap salam langsung salamin Bunda terus langsung ke atas"

"Alvan buat kesalahan"

"Hm? Kesalahan apa? Dan siapa wanita hamil ini?" Tanyanya lagi kepada anaknya. Dia memandang Hana dengan ekspresi bingungnya.

"Dia calon istrinya Alvan" jawaban singkat Ali membuat Bundanya semakin bingung.

"Ayo,,, lebih baik kita duduk dulu" tambahnya lagi,

"Ayo ceritakan Bunda!"

"Alvan menghamili perempuan ini Bun..."

Assalamualaikum!
Maaf sangat terlambat publish, karena lagi sibuk banget. Ada waktu luang buat ngetik tapi idenya gak muncul...
Mohon di VOTE ya, biar aku semangat ngelanjutin ceritanya, di KOMENTAR juga!

Terimakasih!!!

By : Aenul Risallah|Lombok|Sab, 16.Nov.2019|10.16 WITA

Karena Kesalahan Satu Malam [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang