"Lu lama banget belanjanya udah kek emak-emak" ucap Rizal sambil sesekali menyuap makanannya.
"Vin, menurut lu Alvan bakal tanggung jawab?" Tanya Dani kepada Vino, ia mengabaikan ucapan Rizal.
"Iya, pasti. Alvan gak sebejat itu"
"Kalau menurut gue sih enggak, dari cara dia ngelawan Bundanya" kata Dani.
"Bener noh, selama gue bertemen sama Alvan, gak pernah gue liat dia ngelawan Bundanya sendiri" timpal Rizal.
"Kenapa dia bisa ngehamilin anak orang uy? Kapan mantap-mantapnya coba?"
"Kasihan uy, cewek tuh keliatannya baik-baik"
"Tapi bodoh cuk, kalau gue jadi dia. Langsung lapor polisi, lah ini malah mingkem sampe hamil" cerocos Rizal.
"Mulut kalian kek cewek, ember" ucap Vino disela-sela dia menyuap makanannya.
Dani dan Rizal yang mendengar ucapan Vino hanya saling tatap, ora peduli. Mereka tetap makan sambil ghibah.
"Nih, Dan di cuci ya" ucap Vino setelah selesai makan.
"Lah, kok gue?"
"Iya, kan tadi gue udah masak"
"Tadi gue pergi belanja" balas Dani. Vino pun melihat Rizal,
"Tadikan gue bantuin lu masak"
"Sudah sudah, biar bi Anik aja yang nyuci. Kalian istirahat aja, pasti capek udah kerja seharian di kantor"
"Hehe, iya bi. Maaf ya ngerepotin" ucap Rizal.
"Not have akhlak lu Jal"
"Gak apa-apa, toh ini tugasnya bibi"
"Tadi Dani beli Snack bi, Dani taruh di meja bar. Di ambil aja"
"Makasih loh ya den, nanti kalau butuh sesuatu, panggil bibik aja" ucap bi Anik sebelum meninggalkan mereka.
**
Di kasur king size, terdapat 3 pria yang sedang tertidur pulas. Salah satu dari mereka, terlihat membuka matanya dan menggerakkan badannya.
"Woy, bangun anj*ng", suara khas orang bangun tidur mengisi ruangan tersebut.
"Gue bukan anjing, bangke" ucap salah satu dari mereka yang masih tengkurap.
"Gue bukan bangke, setan"
"Ribut banget anjer" Vino yang tidak tahan mendengar itu, langsung bangun dan berjalan keluar dengan linglung karena masih setengah sadar. Ketika membuka pintu, matanya terbelalak dan langsung sadar. Ia sudah melihat Alvan dengan pakaian yang rapi.
"Mata lu biasa aja anjer, kek liat setan aja lu" ucap Alvan.
"Tumben jam segini dah rapi" sahut Dani yang berada di belakang Vino.
"Gue mau ke rumah bunda"
"Baguslah, minta maaf terus cium kaki bunda lu" kata Rizal.
Alvan hanya mengangguk dan sebelum pergi ia mengatakan, "Bersihin tempat tidur, terus jangan sampai lu pake baju gue lagi" katanya sambil melihat Dani yang menggunakan kaos merek Balenciaga nya. Dani hanya cengir melihat tatapan Alvan.
***
"Assalamualaikum! Alvan pulang!" Ucap Alvan setengah berteriak. Dia langsung menuju meja makan.
"Wa'alaikum salam" ucap semua orang yang ada di ruang tersebut.
Sebelum duduk di kursi makan, ia memeluk bundanya dari belakang yang sedang menata lauk di meja.
"Maafin Alvan" ucapnya. Tapi tidak ada respon dari Bundanya.
Ali yang melihat itu hanya tersenyum pahit, ia mengerti perasaan bundanya sekarang, melihat putranya sendiri melakukan hal bejat yang sangat sulit di maafkan.
"Ayo, makan dulu" ajak Ali. Alvan pun melepas pelukannya.
"Di coba nanti", bisik Ali dan mengusap lembut punggung Alvan.
Keadaan pun sangat canggung, hanya terdengar suara sendok dan detak jam di ruangan tersebut. Sesekali Kalsum memperhatikan Azi dan Rina. Seperti, memberikan mereka lauk, dan menanyakan bagaimana rasa lauknya. Alvan yang melihat itu tentu cemburu, perhatian Kalsum kepadanya seperti sudah hilang. Mungkin, memang sudah hilang karena kelakuannya.
"Bun, Alvan minta maaf. Alvan tahu, Alvan salah" ucapnya ketika mereka sudah selesai sarapan. Tetapi, Kalsum tetap mengabaikannya.
"Baik, Alvan bakal bertanggung jawab", perkataan Alvan tersebut membuat Kalsum menghentikan aktivitasnya dari merapikan bekas sarapan mereka.
"Masih ingat rumah Hana kan li?" Tanya Kalsum kepada Ali.
"Iya Bun"
"Baiklah, segera siapkan mobil. Kita akan langsung kesana". Alvan yang mendengar itu langsung terkejut.
"Cepet banget Bun, Alvan harus mempersiapkan mental dulu"
"Kenapa harus siap mental dulu? Pas buat anak juga gak pake siapin mental, berarti kamu udah siap dong sama konsekuensinya"
"Buka gitu Bun, Alvan waktu itu gak sadar"
"Bik Rum!" Kalsum memanggil pembantu rumah tangganya.
"Bibik, udah koperin barang-barangnya Alvan kan?" Tanyanya.
"Iya, sudah"
"Suruh mang Asep buat bawa kesini, pemilik barangnya udah datang, tinggal di kasih aja" raut wajah Kalsum serius membuat Alvan ketar ketir, takut jika bundanya serius ingin mengusirnya.
"Bun,,, maafin Alvan" Alvan mulai menangis.
"Nak, kamu udah dewasa sekarang. Seharusnya kamu tau mana yang benar dan enggak. Bunda kasih kamu tinggal sendiri, karena bunda tau kamu udah dewasa. Tapi, kenyataannya belum. Bunda merasa sangat gagal mendidik putra bunda sendiri." Kalsum mulai menitikkan air matanya.
Alvan yang melihat itu langsung memeluk bundanya, ia menangis sesenggukan.
"Alvan akan bertanggung jawab, maafin Alvan, Bun"
Ia melepas pelukan dan mencium kaki bundanya. Ali, Azi dan Rina yang melihat itu pun ikut menitikkan air mata.
Kalsum menuntun Alvan untuk berdiri dan memeluknya lagi. Ali, Azi dan Rina pun ikut memeluk bundanya.
"Udah deh peluk-pelukannya, bunda capke nafas nih" ucap Kalsum, mereka pun melepasnya.
"Duh, jadi pada jelekkan. Sekarang bersiap kita mau pergi"
Alvan yang mendengar itu hanya mengangguk, ia memang harus bertanggung jawab atas perbuatannya itu.
Continue.....
Pendek ya part-nya? Untuk Part Bertanggung jawabnya memang segini ya.
Maaf kalau aku PHP terus sama kalian, bilangnya segera publish, tapi gak publish2. Terimakasih buat yang selalu nunggu lanjutannya ya.Scene sedihnya berasa gak? Atau agak kurang atau lebay gitu?😀
Kasih ⭐ + comment + share ya!!!
Aenul Risallah | Lombok | Sab, 11 April, 2019. 22:32
KAMU SEDANG MEMBACA
Karena Kesalahan Satu Malam [TAMAT]
Romance"Karena kesalahan satu malam aku menghabiskan sisa hidupku bersamamu, menghabiskan waktuku bersamamu hingga membuat hatiku bergetar setiap kali disisimu dan sepertinya aku mencintaimu. Apakah akan seperti ini selama sisa hidupku sementara kamu menci...