Part 6 : Keadaan yang Kembali Mencair

7.3K 306 2
                                    

Sayup-sayup terdengar suara azan subuh berkumandang, Putri yang tidur di sofa terbangun, dia tidak tidur di kamar karena Hana mengunci pintu kamar lagi.

Mereka tinggal di sebuah kost yang sangat sederhana di perkotaan, hanya terdapat satu kamar, dapur, dan kamar mandi, serta ruang tengah  yang sekaligus tempat makan, serta menjadi ruang tamu juga dan disana terdapat satu buah televisi merek Polytron ukuran sedang, ruang tengah yang serbaguna.

Putri meregangkan otot-otot tubuhnya, dia merasa nyeri sendi karena sudah lama dia tidak merasakan tidur di sofa. Putri mengambil air wudhu untuk siap-siap menuju masjid menunaikan ibadah shalat subuh. Ia mencoba membuka pintu kamar tidur, dan pintunya terbuka, dia berniat untuk mengajak Hana ikut ke Masjid juga, Putri terdiam di depan pintu karena dia melihat Hana yang sudah menggelar sajadah dengan Al-Qur'an diatasnya.

Dia tidak jadi menuruti keinginannya untuk mengajak Hana ke Masjid, dia pun menutup pintu kamar tidur itu lagi dan berjalan menuju ke Masjid sendirian.

---

Suara klakson mobil yang memekakkan telinga terdengar di depan sebuah kost sederhana.

"Anjir, kok nyalain klakson pagi-pagi buta gini. Turun anjir ntar emak-emak pada keroyok lu" Omel Sulis kepada Ledya, yang di omelin malah cengi-ngiran.

"Assalamualaikum Put!!!" Teriak Ledya memasuki kost tersebut.

"Wa'alaikum salam" jawab Putri dengan lembut.

Ledya mendaratkan pantatnya di sofa dan menyalakan televisi, Sulis pun ikut duduk di sofa.

"Udah sarapan?" Tanya Putri dengan sedikit berteriak karena dia lagi di dapur.

"Belum" jawab Ledya dan Sulis kompak.

"Baguslah, aku lagi buat nasi goreng nih"

Sulis bangun dan menuju ke dapur berniat untuk membantu Putri, tetapi sesampai di dapur dia hanya menyandarkan tubuhnya di tembok dapur tersebut.

"Put, Hana belum keluar semenjak kemarin dari kamar?" Tanya Sulis.

"Iya, tadi subuh aku ke masjid sendirian"

"Kamarnya masih di kunci?"

"Iya"

"Lah, terus kemarin malam lu tidur dimana dong?"

"Di sofa, tapi tadi subuh udah gak kekunci lagi "

"Sumpah deh, gue gak tau masalahnya apa, kalau emang dia gak mau cerita yaudah kita gak maksa, tapi dia gak seharusnya ngabain kita kayak gini. Kesel deh gue, seharian menyendiri kek gitu, dia anggap kita apa coba" jelas Sulis dengan kekesalannya.

"Udah deh kita sarapan dulu, masih pagi jangan marah-marah" kata Putri menenangkan Sulis.

"Selamat sarapan, jangan lupa baca do'a dulu" Putri mengingatkan teman-temannya.

"Lah, Hana mana gak ikutan sarapan nih. Gue panggil ya" kata Ledya dan berdiri untuk memanggil Hana tetapi Sulis menahan tangannya.

"Biarin aja, dia gak mau sarapan. Dia mau mati kekeringan di kamar" kata Sulis yang membuat Ledya dan Putri terdiam mendengarnya.

"Ih, apaan deh Sulis. Ntar kalau Hana denger gimana?" Tanya Ledya khawatir.

"Bagus deh kalau dia denger, biar dia nyadar kalau gue udah capek liat sikap dia yang kayak gitu. Dia kira kita gak khawatir sama dia, tengah malam keliling cari dia, tanya orang sana sini buat nanyain dimana dia, telpon dia sampai Batre hp gue habis, gue harus nginep temenin Putri yang udah kek mayat hidup nge-khawatirin dia dan lu juga sampai ninggalin acara keluarga buat ikutan nyari dia. Eh, pas udah pulang malah ngunci diri di kamar ngabain kita yang khawatir banget sama dia" ucap Putri panjang lebar dan sengaja menaikkan volume suaranya berharap agar Hana bisa mendengar suaranya.

"Lis, kok lu gitu sih. Kita kan gak tau masalah Hana apa, mungkin dia butuh waktu sendiri" ucap Putri membela Hana.

"Serah deh gak tau gue, berangkat ke kampus sekarang deh nafsu makan gue hilang"

Sulis pun berdiri dan siap jalan keluar kost. Tetapi, langkahnya terhenti ketika kamar tidur Hana terbuka dan menampakkan Hana yang sangat berantakan.

"Maafin aku" kalimat pertama yang keluar dari mulut Hana setelah seharian penuh tidak berbicara dengan mereka.

"Pagi Na!" Sapa Ledya kaku, entah mengapa keadaan menjadi canggung.

"Hana sudah bangun ya, sini sarapan bareng kita. Hari ini aku buat nasi goreng banyak banget, mubazir kalau gak di habisin" Putri berusaha untuk mencairkan suasana yang sudah sangat canggung.

"Iya nih, ntar nasi gorengnya keburu dingin. Oy, Lis duduk lagi habisin tuh nasi goreng, Putri udah capek masak banyak masa' lu mau pergi aja" kata Ledya.

Mereka berempat pun duduk melingkar lesehan di ruang tengah, suasana hening mengisi ruangan tersebut.

"Hari ini aku belum bisa ke Kampus" ucap Hana memulai pembicaraan selepas mereka selesai sarapan.

"Okay! Tenang aja Na, kamu istirahat aja kalau masih capek" kata Ledya sembari memberikan senyum manis ke Hana.

"Yaudah! Kuylah jalan ntar kita bisa terlambat" sahut Sulis.

"Lis, maafin aku!" Hana memegang tangan Sulis.

"Iya, kita maafin kok. Kita juga gak tega liat lu kayak gini, gak masalah kalau lu gak mau cerita sama kita, tapi jangan abain kita Na, masa' seharian penuh lu ngunci diri di kamar. Kita khawatir banget sama kamu" jawab Sulis dan memeluk Hana lembut.

"Aduh baperrr" Ledya juga ikut memeluk Hana.

"Khmz, aku gak di ajak nih" ucap Putri yang baru saja keluar dari dapur.

"Sini-sini Ciput ku" Ledya merentangkan kedua tangannya untuk memberikan ruang pelukan untuk Putri.

"Kita jalan ya Na! Assalamualaikum!" Ucap Putri, Ledya dan Sulis kompak.

***

"Hari ini jam 10.00pm, ada pertemuan dengan mahasiswa/i Universitas Jakarta bos" Vino membacakan jadwal Alvan yang ada di iPad mini yang selalu ia bawa.

"Naskah pidatonya udah siap?" Tanya Alvan

"Itu mah urusannya Rizal"

"Gue harus baca dulu, dia kalau buat naskah isinya ngaco"

"Panggil dia, serahin sekarang naskahnya" tambah Alvan lagi.

Vino pun menuruti keinginan Bosnya, ia pun menelpon Rizal.

"Oy, kintil! Naskahnya bawa keruangan Alvan!" Ucap Vino to the point

"Belum selesai anjir, masih gue perbaiki"

"Cepetan kintil ayam"

"Idih, ayam mana punya kintil. Goblok"

Tepat setelah Rizal mengatakan itu, Vino menutup telponnya.

Vino mendaratkan pantatnya di sofa empuk ruangan Alvan dan mengangkat kakinya dengan menaruh kakinya diatas meja kaca, Alvan juga melakukan hal yang sama di mejanya.

Tidak ada yang namanya atasan dan bawahan bagi mereka jika sudah berkumpul, semuanya sama.

"Vin, lu masih main Free Fire?" Tanya Alvan.

"Iye masih, kenapa?"

"Main kuy!"

"Idih, lu udah gak main Pub'g lagi?"

"Masih, gue pengen main free fire aja"

Begitulah kegiatan mereka jika tidak ada kerjaan.

TBC...

4/04/2019|10:00AM,|LOMBOK

Saya butuh banyak dukungan dari kalian, jadi silahkan vote + komentar + share mumpung gratis dan tidak membutuhkan waktu yang banyak. Minta do'a-nya agar saya tetap istiqomah sama cerita saya dan tidak akan hiatus. Kritik dan Saran sangat diperlukan baik itu penulisannya atau jalan ceritanya! Jangan lupa tambahkan ke daftar perpustakaan kalian agar tidak ketinggalan part selanjutnya.

TEIMA KASIHH.....

Oleh : Aenul Risallah (@Risa-Lee)|IG : @anl.risllh_

Karena Kesalahan Satu Malam [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang