Kini mereka berempat sudah berada di kost Putri dan Hana. Mereka sedang menyantap sarapan, sewaktu perjalanan pulang Sulis turun sebentar di pinggir jalan untuk membeli nasi bungkus.
Hana tidak menghabiskan sarapannya.
"Aku udah kenyang"
"Udah kenyang? Kamu kan baru menyantapnya tiga kali, kok bisa kenyang sih" tanya Putri heran.
"Aku udah gak lapar lagi" katanya.
"Loh, Na. Kamu harus makan biar kandungan kamu sehat terus, kandungan kamu lagi lemah Na" ucapan Ledya membuat Hana terdiam, sedangkan Sulis menatap tajam Ledya.
"Maksud kamu apa?"
Semuanya terdiam, tidak ada yang berani bicara.
"Na, kamu hamil. Apa kamu belum tau itu? Usia kandungan kamu baru seminggu Na, dokter bilang kandungan kamu lemah. Jadi, kamu harus makan teratur biar kandungan kamu tetap sehat" jelas Sulis yang memberanikan dirinya untuk bicara.
Sekarang giliran Hana yang terdiam, terpaku, dadanya merasa sesak, air matanya mulai mengalir, tangisnya mulai pecah.
"Ini gak mungkin, enggak mungkin. Hiksss, ini gak mungkin" ucapnya sambil memegang perutnya.
Hana bangun, tidak tahu dia akan kemana, dia berjalan tanpa arah seperti mencari sesuatu. Sampai akhirnya dia terdiam dan berteriak dengan tangannya yang meremas-remas perutnya yang masih rata. Putri yang melihat itu lantas berdiri.
"Astagfirullah! Istighfar Na, istighfar" ucap Putri sambil berusaha melepas cengkraman Hana di perutnya sendiri, dia memeluk Hana erat. Ledya dan Sulis yang melihat adegan itu menangis, tidak menyangka jika Hana akan mendapat ujian seberat itu. Tidak menyangka melihat Hana, gadis yang sangat kuat dan sabar bisa sangat frustasi seperti itu.
"Tenang Na! Tenang. Ingat Allah Na" ucap Putri lagi dan mengeratkan pelukannya, Hana menangis sesenggukan di pelukan Putri.
Di saat Putri akan melepaskan pelukan mereka, Hana tiba-tiba merosot duduk di depan Putri yang masih berdiri.
"Aku mohon Put, jangan kasih tau kak Ramdan, aku mohon" tangisan yang awalnya sudah mulai mereda kembali pecah ketika Hana mengingat kakaknya yang berada jauh di sana, yang selalu ia rindukan. Ia merasa bersalah, mengingat kakaknya selalu mengirimkan uang setiap bulannya untuk sekolah. Dimana seharusnya dia menuntut ilmu, ia malah hamil di luar nikah. Dia tidak tahu akan bagaimana reaksi kakaknya melihatnya hamil tanpa suami.
Putri pun ikut duduk dan mendekap tubuh bergetar Hana.
"Kalau itu mau kamu aku akan rahasiakan" jawab Putri dengan tangannya yang menepuk dan mengelus punggung Hana.
Ledya dan Sulis yang sedari tadi hanya menonton mulai ikut duduk dan mendekap Hana.
"Kamu punya kita disini Na, jangan sungkan untuk cerita masalah kamu ke kita, ingat kita sahabat" kata Ledya.
"Na, kita selalu menunggu cerita kamu. Mungkin kita bisa bantu" tambah Sulis.
-
Hana sudah mulai tenang, kini mereka berempat berada di dalam kamar tidur yang berada di kost tersebut. Tidak ada yang memulai pembicaraan sampai pada akhirnya Putri yang memutuskan untuk berbicara terlebih dahulu.
"Siapa orangnya?" Tanpa menjelaskan lebih lanjut, mereka mengerti siapa yang di maksud.
Sebagai jawabannya Hana hanya menggelengkan kepalanya, Putri semakin sedih melihat sahabatnya tersebut.
"Coba di ingat lagi Na!"
"Aku enggak tau dia siapa, aku enggak tau namanya, aku hanya ingat wajahnya" Hana mulai bercerita.
KAMU SEDANG MEMBACA
Karena Kesalahan Satu Malam [TAMAT]
Romance"Karena kesalahan satu malam aku menghabiskan sisa hidupku bersamamu, menghabiskan waktuku bersamamu hingga membuat hatiku bergetar setiap kali disisimu dan sepertinya aku mencintaimu. Apakah akan seperti ini selama sisa hidupku sementara kamu menci...