Bel pulang sekolah baru saja berbunyi, sama halnya dengan siswa lain yang ingin segera pulang maka Ciara pun begitu. Tak suka menunggu hingga sepi, gadis itu memilih berdesakan dengan orang banyak ketimbang disuruh menunggu.
Ciara berjalan bersisian dengan Dita, sahabatnya. Di sekolahnya Ciara memang terkenal jutek oleh sebab itu ia hanya memiliki sedikit teman dekat.
"Ra, yang kemaren jemput lo itu Cania? Anjir makin cakep, ya." ujar Dita mulai bergosip. Memang ya, berjalan tanpa gosip itu kurang afdol. Kaya ada yang kurang gitu.
Ciara hanya melirik, enggan untuk membalas ucapan temannya itu.
"Tapi serius deh Ra, cakep banget anjir. Lo aja kalah, padahal dulu kan jelas cakepan lo daripada dia. Pake skincare apasih njir? Mau beli juga nih gue biar ikutan kinclong," Dita masih sibuk mengoceh, maklum lah menggosip adalah hobinya.
"Lo mah semua orang dibilang cakep. Orang pake ini lo ikutin, orang pake itu lo ikutin. Muka lo rusak baru tau rasa," Ciara mengomel kecil, menegur temannya yang memang suka ikut-ikutan.
"Ya apa ya...........hormon pengen ikutan cantik juga kali?" Dita bertanya ragu, mulai menebak sendiri apa keinginannya.
Ciara melengos pelan, lelah sendiri dengan temannya yang labil ini. Wajah kusutnya jadi berubah, merekah begitu saja melihat punggung tegap pemuda jangkung di depannya.
"He Ra mau kemana? Eh anjir gue ditinggalin! Ra woi, tunggu!" Dita sudah berteriak heboh, coba mencegah Ciara berlari lebih jauh meninggalkannya.
***
Gadis itu sudah berhenti, merunduk kecil coba mengatur nafas. Niatnya ingin menghampiri, menyapa penuh senyum seperti biasanya. Tapi......
"Yang kemaren siapa Vin? Gebetan lo? Cakep sih, bening juga." satu pemuda sudah berargumen, membuat Ciara menghentikan langkah dan mulai memasang telinga sibuk mendengarkan.
"Lah anjir, baru lagi? Gila lo Vin, Ciara mau lo kemanain?" satu pemuda lain menggelengkan kepala, takjub dengan temannya itu.
Pemuda itu- Gavin hanya terkekeh, tak ingin menanggapi ucapan kedua temannya.
"Tapi ya menurut gue emang mendingan yang kemaren, soalnya yang kemaren agak kalem gitu kayanya. Gak kaya Ciara noh, juteknya kebangetan." ujar salah satu pemuda tadi, Dito namanya.
"Lo kalo ketauan Ciara, abis lo Dit digorok ama dia." salah satu pemuda lain tertawa, namanya Baim.
Gavin hanya tertawa kecil, sembari menggeleng pelan belum berniat nimbrung.
"Tapi itu kemaren anak kuliahan kan ya, Vin?" Baim bertanya memastikan dan dibalas anggukan oleh Gavin.
"Tapi kalo diliat-liat Ciara tuh bening kok Vin, ngapa lo duain dah? Sayang loh, udah mau setahun juga." Dito kembali bertanya, tak habis pikir dengan temannya itu yang masih berselingkuh padahal pacarnya sangat cantik.
"Ya seperti yang lo bilang tadi, Ciara tuh jutek. Manja juga, keras kepala. Gue gak suka aja gitu sama sifatnya, pengen move ke yang lebih kalem aja gitu." Gavin membalas kalem, seolah tanpa beban sedikit pun.
Ciara yang berada tepat di belakang pemuda itu dengan jarak yang tak terlalu jauh, sudah pasti mendengar semua percakapan mereka. Dan itu, menyakitkan. Benar-benar menyakitkan.
Diduakan. Dan yang lebih parah, dijelek-jelekan di depan teman-teman cowok kekasihnya.
Kalau berani tuh ngomong di depan gitu loh, ini kenapa jadi kesannya gibah sekaligus julit?
"Kalo udah bosen bilang, pake segala selingkuh lagi." Ciara akhirnya angkat suara, penasaran respon apa yang akan diberikan oleh kekasih brengseknya itu.
"Ra, dari kapan lo disini?" Gavin sudah panik sendiri, wajahnya jelas memucat khas orang ketahuan.
"Dari tadi sih, dari lo jelek-jelekin gue." balasnya santai tak merasa terganggu.
Gavin menggigit bibir bawahnya sendiri, tiba-tiba gemetar dan ciut begini. Memang ya, aura seorang Princess Ciara Vani itu sangat kuat dan mencekam.
"Ra sumpah, itu semua salah paham. Gue khilaf Ra, serius. Janji gak ngulangin," Gavin sudah memohon, menunjukan jari telunjuk dan tengahnya hendak berdamai.
"Khilaf sampe ngajak jalan bareng? Khilaf apa doyan?" Ciara menyindir sinis membuat Gavin jadi merapatkan bibir sampai meringis kecil.
"Mau apa sih? Putus? Yaudah bilang, ribet banget pake selingkuh." Ciara berujar datar, seolah tak mau ambil pusing dengan semuanya.
Gavin mulai mendekat, meraih kedua telapak tangan Ciara coba merayu gadis itu. Tapi Ciara bukan cewek murahan yang akan luluh hanya karena dipegang tangannya, Ciara ya Ciara. Cewek paling realistis di dunia ini.
"Udah gak usah bacot, gue tau lo pengen putus. Udah bebas kan sekarang? Dah sana jalan sama tante-tante anak kuliahan itu," Ciara melengos kasar, memalingkan wajah enggan menatap pemuda itu.
Merasa tak ada pergerakan dari Gavin, Ciara lalu menghela nafas kasar. Gadis itu menyingkirkan tangan Gavin dari tangannya, tanpa kata langsung pergi menjauh dari sana.
"Emang ya semua cowok tuh brengsek. Dia pikir gue bodoh apa mau dijadiin bucin dia selamanya? Yaiya sih gue emang bodoh karena baru tau dia selingkuh padahal kita udah mau satu tahun. Halah dasar Gavin sialan, kampret, gak tau diri, dog, bangsat, kebun binatang berjalan!" Ciara sibuk mengomel, tak jarang mengumpat dan menyumpahi mantannya itu.
"He anjir hati-hati dong!" Ciara berjengit kaget, refleks meninggikan suara karena hampir tertabrak.
"Aduh Mbak maaf, lagian Mbak jalannya ke tengah tengah sih bukannya di trotoar aja." pengendara itu ikut protes, tak terima dianggap salah.
"Yaudah sih biasa aja, udah tua nyolot lagi." Ciara mencibir sinis, mendelik tak suka pada pengendara itu.
Pengendara motor yang tadi memakai helm full face nya kini membukanya setengah, memperlihatkan wajah putihnya walau hanya setengah.
"Heh kurir gila! Ngapain lo? Ngikutin gue, ya?" Ciara memicing curiga, membuat Bisma mendelik kecil merasa tak terima.
"Paan sih, ini jalanan umum. Ngapain juga ngikutin lo, gak penting." balasnya mulai sewot sendiri.
"Nyolot banget sih lo, gue doain jasa kirim lo gak laku!" ujar Ciara mulai menyumpahi.
Bisma mendelik sinis, mencibir kecil merasa tak suka.
"Kalo galau gak usah ke jalan, sekalian aja tuh ke gedung pencakar langit jadi kalo mati gak ada yang disalahin." kurir itu kembali menutup kaca helmnya, menarik gas lalu pergi dari sana.
"Heh kurang ajar ya lo, gue sumpahin jatoh sampe gak bisa kerja tau rasa, lo!" Ciara berteriak nyaring, sudah sebal karena diejek tadi.
****
A/n:
Ngapasi susah banget motongnya:(
Padahal pengennya pendek gitu biar ringan, huhu aku cry:(
Dahlah.
Salam byutipul,
Park safia korapat mendes.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kurir My Love✔
Teen Fiction(COMPLETED) [ALKANA SERIES] Jika setiap orang sangat menanti datangnya kurir paket, maka berbeda halnya dengan Ciara. Ciara benci kurir, apalagi kurirnya pemuda itu. selengkapnya bisa langsung ke prolog..