[duapuluhtiga]

223 21 0
                                    

Bisma berjalan gontai, menarik salah satu kursi dan mendudukinya. Cowok itu masih melamun, menatap kosong lurus ke depan.

"Ngapain lu?" Bisma menoleh, menatap datar tukang martabak itu.

"Numpang duduk A'," balas Bisma datar kini kembali menatap lurus.

A' Mansyur mendelik, menatap tak suka ke arah Bisma.

"Cuma cewek cantik ya yang boleh manggil A'. Lu siapa emang? Cantik ae kagak," sahut A' Mansyur sewot sendiri.

Bisma jadi menoleh, menatap tukang martabak itu datar tanpa berkedip.

"Di banner depan bacaannya martabak A' Mansyur, terus salah saya dimana?"

A' Mansyur mendengus, melengos pelan kini jadi memalingkan wajah.

"A' Mansyur kenapa sih? Kayaknya sewot banget sama saya?" Bisma bertanya polos, merasa risih dengan nada bicara tukang martabak itu yang terbilang sinis.

"Masih berani nanya kenapa, kamu? Nih ya Bis, kamu itu nggak lebih ganteng dari saya. Jadi nggak usah sok sok an deh nyakitin Ciara, nggak bersyukur banget udah dapet yang bening." cibir A' Mansyur jengkel.

Bisma mengernyit, tak mengerti dengan ucapan tukang martabak itu.

"Apa sih A'? Nggak jelas banget," balas Bisma jadi mendelik kecil.

A' Mansyur mendelik, kemudian mendekat geram sendiri. Laki-laki itu menggulung lengan bajunya, menatap Bisma nyalang siap menyerang.

"Sini lah Bis maju, pengen gua bonyokin tuh muka biar nggak sok kecakepan." ujar A' Mansyur makin sebal.

Bisma memutar bola matanya jengah, kini jadi merogoh kantong untuk mengambil HP. A' Mansyur berdecak, merapihkan kembali lengan baju yang sempat ia gulung.

"Lu tuh kalo ada masalah diselesaiin, bikin anak gadis kesayangan gua galau aja." A' Mansyur mencibir sebal, kini melangkah ke arah gerobak dan mengaduk adonan.

Bisma yang tadi sibuk merunduk pada HP jadi mendongak, mengernyitkan dahi bingung begini.

"Emang siapa sih yang galau?" tanya Bisma jengah sendiri, ya gimana, capek juga kalo diomelin mulu.

A' Mansyur berdecak, membalikkan badan kini jadi menatap Bisma tepat.

"Daritadi kan gua udah bilang Njing, budeg amat lu bocah." A' Mansyur berujar geram, mendelik sinis kemudian berbalik dan fokus pada adonan.

"Lah gua nggak denger," ujar Bisma mengedikan bahu, coba tak peduli banyak.

A' Mansyur menghela napas kasar dari dekat gerobak, mengelus dada coba menyabarkan diri. Andai ia hilang kendali, bisa dilempar gerobak tuh si Bisma bacot.

"Ara yang galau Bis, Ara. Kenal nggak lu? Kalo nggak kenal tuh Ciara, anaknya Pak Chandra sama Bu Vani, adeknya Cania, nona mudanya Mbak Erna." ujar A' Mansyur gemas sendiri.

"Kemaren dia kesini, galau gitu. Lu pikir gua nggak tau kalo kalian lagi deket? Gini-gini gua update ya tentang Ara. Ya gimana, anak gadis tercantik sekomplek." ujar A' Mansyur mulai bercerita.

"Walaupun gua cuma tukang martabak ya Bis, tapi gua ganteng. Kalo kaya aja udah mau tuh si Ara sama gua," lanjutnya mulai percaya diri.

Bisma yang tadi serius mendengarkan jadi mendelik, mencibir kecil mendengar penuturan tukang martabak itu.

"Ada masalah apa sih? Diselesaiin kek. Kalo gelud mulu mana jadi Pak Davi sama Pak Chandra besanan,"

Ponsel Bisma bergetar, menampilkan beberapa notifikasi dari aplikasi chat.

Tante Vani: Bis liat Ara ga? Blm balik sampe skrg

Bisma mengerutkan dahi, melirik kecil pada arloji di pergelangan tangannya. Sudah jam lima sore dan gadis itu belum pulang? Yang benar saja!

Bisma: bisma gak liat tante

Tante Vani: duh bis gmn y, tante khawatir nih. Mau nyari lg buat kue, takut gosong euy kl ditinggal

Bisma menghela napas berat, berpikir sebentar apa yang harus ia lakukan. Setelah menimang keputusannya beberapa kali, cowok itu kembali mengetikkan sesuatu pada layar hape.

Bisma: yaudah biar bisma yang cari tan

Bisma menghela napas berat, memandangi sekali lagi chat yang baru ia kirimkan. Cowok itu berdiri, memasukkan hape ke saku celana siap untuk pergi.

"Mau kemana lu Bis? Belum beli dah maen pergi pergi aja," ujar A' Mansyur memergoki.

Bisma hendak menjawab, namun getaran di ponselnya membuat cowok itu kembali diam. Ia merogoh kantong, mengambil hape dan melihat si penelpon.

Dita is calling.....

Bisma mengernyit, menggeser tombol hijau dan menempelkannya di telinga.

"Kenapa?" tanyanya datar coba untuk kalem.

"Bis aduh gimana ya.....iniloh....." suara Dita terdengar panik membuat Bisma mengerutkan kening bingung sendiri.

"Ngomong yang jelas Ta," ujar Bisma tegas sudah mulai penasaran.

Terdengar helaan napas berat dari seberang telpon, "Bis..........Ciara...........kecelakaan."

Genggaman Bisma pada hape jadi melemas, jantungnya seakan mencelos begitu saja.

"Bis?" terdengar suara Dita dari arah telpon membuat Bisma meneguk ludah coba menenangkan diri.

"Kesini ya Bis, deket indomaret depan komplek lo orang." suara Dita terdengar memelas, membuat Bisma makin panik dan was-was.

Pemuda itu memejamkan matanya sejenak, kemudian membukanya kembali.

"Gua kesana sekarang," ujarnya tegas kemudian mematikan sambungan telpon secara sepihak.

Bisma mengepalkan tangan, melangkah lebar pergi dari area makanan pinggir jalan itu.

***

A/n:

Puanjanggggg yaaaaa

Aku sibook gaes

Mo lomba huhu

Salam,

Park safia korapat mendes.

Kurir My Love✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang