Ciara nampak celingak celinguk, memperhatikan kanan kiri seperti mencari sesuatu. Gadis itu menoleh, menatap Bisma bingung sedangkan cowok itu malah bersikap tenang.
"Motor lo mana?" tanya Ciara tak tahan dan akhirnya bersuara. Bisma mengernyitkan dahinya.
"Gua nggak bawa motor, gua bawa itu." katanya enteng sambil menunjuk sebuah sepeda gunung yang terparkir.
Ciara mengikuti arah yang ditunjuk Bisma, kemudian mendelik kecil tak terima.
"Lo......serius?" tanyanya ragu tanpa menoleh, masih memperhatikan sepeda itu lamat-lamat.
"Hooh. Emang kenapa sih?" tanya Bisma penasaran, tak tahan juga diberi pertanyaan yang sama oleh cewek itu.
Ciara menghela napas kasar, hampir mengumpat bila tak bisa menguasai diri. Ia berbalik, menatap Bisma gregetan sendiri.
"Bis plis lah. Kalo ini masih sepeda cewek, gua maklum. Tapi ini? Ini sepeda cowok Bis, nggak ada tempat duduk penumpangnya. Lo pikir gua mau duduk dimana ha? Di ban?!" ujar Ciara sewot sendiri, kini mengomel sebal pada cowok di depannya itu.
Bisma nampak cengengesan, menggaruk tengkuknya yang tak gatal malu sendiri.
"Ya gua tadi buru-buru. Kata Dita lo kecelakaan, ya gua langsung gaspol nggak pake nuker sepeda dulu. Lagian gua tadi dari martabak A' Mansyur, kan kelamaan kalo balik ke rumah dulu." katanya membela, tak mau disalahkan.
Ciara menghembuskan napas lelah, mengelus dada coba untuk sabar.
"Terus mau gimana? Lo yang naik gua yang dorong, gitu?" sindir Ciara pedas. Bisma meringis kecil, melangkah maju menghampiri sepedanya, melepas standar kemudian menaikinya.
"Nggak usah didorong lah, gua bisa kayuh. Nih sini, duduk di sini aja." ujar Bisma menepuk pelan besi panjang di dekat stang dan jok.
Ciara mendelik. Bagaimana bisa ia disuruh duduk disitu? Nempel banget dong nanti!
"Buruan, udah mau malem." tegur Bisma tak sabaran.
Ciara menggeleng pelan, menolak tawaran itu.
"Gua jalan aja dah. Deket ini," katanya beralasan, mengeratkan pegangan pada tali tas siap melangkah pergi.
"Orgil yang mesum itu masih suka berkeliaran," ujar Bisma tiba-tiba membuat Ciara otomatis berhenti, mencebikan bibirnya sebal kemudian melangkah mendekat.
"Nggak usah modus!" peringat Ciara galak, membuat Bisma mengulum bibir hampir tersenyum.
Ciara menepuk tangan Bisma keras, membuat cowok itu mengaduh dan mencibir kecil lalu menurut untuk mengangkat tangannya. Ciara mulai duduk di besi panjang itu, sedikit bergeser mencari posisi nyaman. Sebenarnya lebih enak kalau jalan kaki, hanya saja..........kan gawat kalo papasan sama orgil mesum. Entar kalo diapa-apain gimana?
Setelah nyaman Ciara mulai menatap depan, mengerucutkan bibir sebal sendiri. Bisma meletakkan tangannya pada stang, siap mengkayuh sepedanya untuk pulang. Pemuda itu tersenyum kemenangan.
***
Di sepanjang jalanan komplek, mereka hanya diam. Menikmati semilir angin sore yang menerpa kulit dan menusuk tulang.
"Ra, lo denger........sesuatu nggak?" tanya Bisma hati-hati masih sibuk mengkayuh.
Ciara mengernyitkan dahi, menggeleng pelan berterus terang.
"Masa sih nggak denger? Keras banget loh bunyinya." ujar Bisma misterius, membuat Ciara meneguk ludah tiba-tiba merinding.
"Bis nggak usah nakut-nakutin!" tuturnya galak malah jadi mengancam.
Bisma hampir tertawa, kemudian mengulum bibir coba menguasai diri. Niatnya hanya iseng, tapi kalau mendapat respon begini dari Ciara, ya mana bisa dilewatkan!
"Serius deh gede banget bunyinya. Kayak suara detak jantung gitu, lo denger nggak?" tanya Bisma serius membuat Ciara tersentak, menggigit bibir bawahnya tiba-tiba grogi.
Melihat respon Ciara yang hanya diam, Bisma hampir tertawa. Pemuda itu berdeham pelan coba menguasai diri.
"Nggak denger ya? Atau itu suara detak jantung lo sendiri makanya......nggak kedengeran?" tambah Bisma membuat pipi Ciara memanas, tiba-tiba malu begini.
"Lo sakit jantung Ra? Perlu dibawa ke dokter? Atau.......dibawa ke hatiku?" ujar Bisma kini menggoda jahil.
Ciara menggeram sebal, menoleh sedikit dan menabok tangan cowok itu keras. Bisma tertawa keras membuat Ciara makin dongkol dan ngambek.
"Gede banget Ra suaranya. Serius, kayak speaker dangdutan." lanjut Bisma masih menggoda.
"Gua jorokin ke sumur ya lo, Bis!" ujar Ciara geram kembali memukul tangan cowok itu keras.
Bisma tertawa keras. Kemudian merunduk, hendak melihat mata gadis itu.
"Jadian aja......gimana?" goda Bisma sembari menaik turunkan alisnya.
Ciara mendengus keras, "Mati aja sana lo!
Dan Bisma kembali tertawa.
***
A/n:
Apasi ga feel:(
Bomat bay.
Jodoh cogan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Kurir My Love✔
Teen Fiction(COMPLETED) [ALKANA SERIES] Jika setiap orang sangat menanti datangnya kurir paket, maka berbeda halnya dengan Ciara. Ciara benci kurir, apalagi kurirnya pemuda itu. selengkapnya bisa langsung ke prolog..